Kuartet AGC Music School Suguhkan Permainan Guitar Hero

Kuartet AGC Music School Suguhkan Permainan Guitar Hero

Ke empat gitaris dari AGC Music School hadir dalam gelaran DCDC Shout Out! Ngabuburit, dengan suguhan permainan gitarnya, lewat style bermain gitar masing-masing, yang mewakili personalnya. 

Jumat, 25 Mei 2018, bertempat di Headen Barbercoffee, Lap. Koni Jabar, Padasuka Cimahi, DCDC menggelar keseruannya lewat DCDC Shout Out! Ngabuburit. Keseruan ini bisa dirasakan dari sekitar pukul dua siang hari, ketika ke empat orang gitaris yang tergabung sebagai pengajar AGC music school tengah melakukan soundcheck. Kolaborasi ke empat gitaris ini menghadirkan harmonisasi permainan gitar menarik. Meski sempat diwarnai dengan guyuran hujan, namun memasuki sekitar pukul tiga sore hari untungnya reda, dan gelaran DCDC Shout Out! Ngabuburit ini dimulai sekitar pukul setengah empat sore hari oleh Soni Bebek, yang saat itu bertindak menjadi host bersama Andre vincent.

Mereka sedikit mengulas tentang DCDC Frirends Trade Market, dimana pengunjung bisa mendapatkan aneka macam produk kece dari brand-brand yang memang dekat dengan para penikmat musik, mengingat image yang melekat dengan produk-produk tersebut. Seperti misalnya Ant-Class, Hellfrog, Bloods, Eastern Wolves, Anti-Class, dan masih banyak lagi. Selain itu ada juga merchandise dari band-band keren, yang juga akan semakin membuat tampilan kalian keren lewat “fashion statement” dari band-band idola, sebelum rangkaian pertama dalam gelaran ini dimulai, lewat penampilan dari Karinding Keos.  

Sekitar pukul setengah 4 sore Karinding keos menjadi penampil pertama yang mengisi panggung Shout Out. Lewat ragam alat musik bambu yang mereka mainkan, seperti toleat, suling, renteng pedal, celempung, dan tentunya alat musik karinding itu sendiri. Karinding Keos tampil ciamik dengan lagu-lagu andalan mereka, seperti lagu “Murka Alam”, yang menambahkan nuansa musik Swedia dalam komposisi musiknya. Hingga lagu “Karinding Celempung”, dengan sedikit tambahan nuansa blues dalam aransemen musiknya. 

Selesai penampilan Karinding keos, acara diteruskan dengan social invesment bersama para presiden seperti Man Jasad, Pidi Baiq, dan Budi Dalton, lewat kunjungan ke mesjid Nurul Falah. Sementara itu di atas panggung Shout Out!, telah siap band Flight and Stereo yang akan tampil. Musik yang mereka suguhkan sedikit mengingatkan pada musik Angels And Airwaves, dimana musik pop punk yang mereka bawakan dibalut dengan pola permainan gitar delay ala Tom DeLonge Cs. Hal itu mereka aplikasikan dalam lagu berjudul “Bertahan”, dan lagu terakhir mereka sore hari itu yang berjudul “Berakhir Disini” .

Selesai dengan penampilan kedua band Shout Out!, giliran para gitaris “berbahaya” dari AGC Music School yang tampil. Sekitar pukul setengah lima sore hari, Gan Gan, Agung “Hellfrog”, Balum, dan Hin Hin siap dengan gitarnya. Namun sebelum ke empatnya tampil, ada sedikit kendala pada gitar Gan Gan, hingga akhirnya Balum tampil terlebih dahulu dengan lagu milik Steve Vai berjudul "Crying Machine". Ke empat gitaris yang merupakan personil dari beberapa band ternama seperti Burgerkill, Forgotten, Alone At Last, dan Nectura ini, hadir dengan suguhan permainan gitarnya, lewat style bermain gitar masing-masing, yang mewakili personalnya. Seperti misalnya Gan Gan dengan style speed gitarnya, yang lebih mengedepankan teknik picking ketika dia bermain. Lalu ada Agung, yang lebih condong dengan permainan gitarnya yang melodius dan mengalun. Hal ini menurut Agung bisa terlihat salah satunya dari lead gitar interlude lagu Burgerkill berjudul “Shadow Of Sorrow”.

Sedangkan Balum menuturkan jika style dia dalam bermain gitar, dia lebih mengedepankan ekspresi dan rasa dengan cara dia bermain gitar.  Hal itu dia sajikan dengan teknik handling dan banding, dalam cara dia memainkan gitarnya. Menurut Balum teknik bermain gitar seperti handling dan banding akan lebih terasa “ngesoul” jika dilengkapi dengan ekspresi dan rasa ketika memainkannya. Karena itulah dia cukup mengedepankan pentingnya ekspresi dan rasa ketika bermain gitar. Sedangkan Hin Hin, gitaris dari Nectura itu, memilih teknik legato dalam permainan gitarnya. Jika Gan Gan cukup dominan dengan teknik picking, maka Hin Hin lebih condong dengan teknik legato, meskipun keduanya sama-sama menampilkan style speed gitar, mengingat keduanya juga tergabung dalam dua band cadas, yang cukup diperhitungkan di tanah air, Forgotten dan Nectura. Tentang teknik legato sendiri, menurut Hin Hin hal itu diadaptasi dari teknik dalam bernyanyi tanpa putus-putus, dan mengalun. Sampai akhirnya ke empatnya berkolaborasi dalam sebuah lagu milik John Petrucci, gitaris band Dream Theater, berjudul "Glasgow Kiss". 

Selesai dengan penampilan ke empat gitaris dari AGC Music School, giliran para presiden dari negara republik Gaban, Republik Pacantel, dan Republik The Panas Dalam, yang meramaikan acara lewat pembahasan seru tentang hal-hal menggelitik yang menjadi perdebatan seru dan menghibur. Salah satunya ketika membahas tentang berbeda-beda bersama-sama. Tema itu kemudian dipresentasikan oleh para presiden dari sudut pandang negaranya, seperti misalnya Budi Dalton, dari Republik Pacantel, dengan luas "negara" dua hektar tersebut, yang memandang perbedaan dengan cara yang unik dan menggelitik. Atau seperti misalnya Man Jasad yang menjelaskan arti dari logo negaranya, yang terdiri dari gambar sisir dan sikat gigi. Menurut Man logo sisir itu mengandung arti untuk membereskan hal-hal kusut dari negaranya, dan sikat gigi punya arti agar orang-orang tidak hanya bisa ngomong saja, tapi juga bisa berbuat sesuatu yang real. Menjelang maghrib, Dr Zastrow dari Republik Jalanan ikut bergabung setelah sebelumnya sempat berhalangan karena berada di negara "tetangga", dan melakukan telewicara dengan ke tiga presiden lainnya. Sampai akhirnya DCDC Shout Out! Ngabuburit menyudahi gelaran ini dengan berbuka bersama. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner