Kompilasi Grunge Is Dead yang Masih Membekas Hingga Hari ini

Kompilasi Grunge Is Dead yang Masih Membekas Hingga Hari ini

Setelah dirilisnya Vol. 1, kompilasi ini juga dirilis dalam Vol. 2, beberapa waktu lalu. Apa yang membuat jeda panjang dari rilisnya kompilasi Grunge Is Dead?
Wah (tertawa), lama banget. Dari tahun '97 baru keluar yang keduanya tahun 2016. Sebenarnya nggak ada alasan sih tentang jeda rilisnya itu (tertawa). Kalau sampai saat ini, saya masih menikmati kesenangan-kesenangan itu. Maksudnya, kalau berkarya itu kami nggak pernah terpaksa. Kami tidak seperti komunitas-komunitas lain yang sudah terprogram harus mengejar ini dan itu. Misalkan kami kumpul nih, bikin suatu hal yang produktif, kita pingin bikin ini, ya udah bikin dan jadi. Nah, kebetulan pas Grunge Is Dead Vol. 2 ini, saya sadari tahun 2016 itu banyak yang review, banyak orang yang minta di repeat. Terpikir waktu itu, "oh dibikin lagi gitu ya?" Tapi, kalau repeat nggak seru gitu. Mendingan bikin yang baru. Kebetulan ini berbarengan dengan planning Nicfit Volume 3 (album ketiga Nicfit). Nicfit akan rilis, dan saya yang bikin record label sendiri, namanya Rotten Tank Records. Setelah projek bersama Nicfit selesai, kami garap Grunge Is Dead Vol. 2 tapi dengan konsep lebih luas, band-bandnya bisa lebih banyak, lebih bervariatif, dan bisa mewakili komunitas-komunitas yang ada di Indonesia.

Di kompilasi awal, jelas Grunge Is Dead lebih menonjolkan band-band bergenre Alternatif Rock dari Kota Bandung. Apakah tema tersebut masih berlaku di Grunge Is Dead Vol. 2 atau ada hal khusus yang ingin ditonjolkan?
Kalau secara pribadi, karena saya aktivitas bermusiknya on-off, saya secara pribadi tidak terlalu mengenal komunitas-komunitas Grunge yang ada di Bandung, apalagi di Indonesia gitu. Baru kenal komunitas yang di Bandung itu tahun 2013 – 2014an lah. Saya baru ngeuh, "oh ternyata di Bandung ada". "Ti taun sabaraha komunitas na?", "oh, saya ti taun 2007 kang", "oh, edan geus oge lila didinya" (dari tahun berapa komunitasnya?, oh, saya dari tahun 2007 kang, keren sudah lama juga komunitasnya). Nah, saya baru ngeuh dengan hal-hal seperti itu. Pinginnya, lewat kompilasi ini saya bisa mengenal komunitas-komunitas dan tidak hanya di Bandung. Memang ada beberapa komunitas yang pingin saya datengin, untuk mengenal lah dan pingin tahu sejauh mana. Tidak ada tujuan apa-apa, cuma intinya saya orang yang suka senang-senang dan tidak terlalu pusing dengan hidup, jadi kalau banyak kenalan kan lebih enak. Kebetulan kesukaan saya di bidang musik seperti itu, saya lebih mencari pemuda yang senang dengan musik Altenative.

Visi misinya Rotten Tank Records itu seperti apa?
Sebenarnya, Rotten Tank Records itu misi awalnya adalah salah satu upaya untuk merilis album ketiganya Nicfit. Pada akhirnya, berujung pada sebuah aplikasi mobile apps streaming yang di dalamnya sudah terisi beberapa karya musik dari beberapa band berbentuk digital. Tapi, untuk Grunge Is Dead Vol. 2, Volume 3 Nicfit, Rotten Tank Records merilisnya dalam bentuk fisik, dan rencana ke depannya label ini bakal merilis album kedua Veskil. Untuk pengambilan namanya, saya terinspirasi dari karya album solonya Thurston Moore yang judulnya Rotten Tank. Lalu, saya ambil nama itu sebagai slogan di stikernya Nicfit, bawahnya itu tulisannya "Rotten Tank". Si Kimung (bassist Nicfit) baca itu, "oh, ieu alus ngaranna" (oh ini bagus namanya). Ya sudah, pakai nama itu aja untuk label ini sampai sekarang. Tapi dulu, cikal bakal Rotten Tank Records ini dari nama Nicfit Records yang terakhir rilis Volume 2 tahun 2007. Orangnya itu-itu juga, ada saya, Yudo, dan Kimung. Ganti nama menjadi Rotten Tank Records itu tahun 2015. Untuk sekarang, saya masih fokus di appsnya, selain rilis fisik album kedua Veskil, sama kami juga punya kegiatan Rotten Tank Live, dan ini rencananya akan berkelanjutan. Konsepnya ini mengambil band-band yang pernah dirilis di aplikasi dan paling banyak didengar. Tapi, mungkin bakal banyak kendala, karena kemarin menurut statistik ada band dari Selandia Baru yang ada di ranking 1 atau 2, jadi kita harus mikir ulang masalah budgeting untuk ngundang mereka main disini. Juga ada beberapa band dari luar kota lain yang didengar lewat Rotten Tank Apps.

BACA JUGA - Grunge Is Dead 2, Pembuktian Komunitas Grunge Se-Indonesia

Untuk Rotten Tank Live, secara daily tadi katanya akan berkelanjutan, dalam jangka waktu apa saja acara ini akan digelar?
Rencananya kita bakal bikin acara ini setahun sekali. Cuma, yang masih menjadi kendala itu dibudgeting, maksudnya budgeting ini menjadi kendala besar. Kalau lihat dari materi beberapa band, sebenarnya sudah matang sekali. Tapi, di satu sisi, saya juga melihat band-band semacam kami ini tidak menarik untuk beberapa sponsor. Saya bingung, kenapa bisa kayak gitu. Karena kalau dilihat, acara kita selalu penuh. Kami pernah bikin acara yang bersifat ticketing pun juga ramai yang datang. Waktu itu aja ticket acara Rotten Tank Live sebelumnya yang dibandrol seharga 25 ribu banyak yang datang, penuh. Ada beberapa acara dengan sistem ticketing yang kami bikin, ada Komunitas Bandung Ngagerung, itu orang juga antusias datang. Tapi kok sponsor nggak ada yang datang ya? "Oh, mungkin kita harus ajuin proposal dan bikin bla, bla, bla..." untuk dapatkan itu. Tapi, tetap aja nggak bisa, sampai sekarang. Nggak masalah sih, masa bodoh lah, yang penting kita tetap jalan.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner