Kolaborasi Menarik Musisi Indie Dalam Berkarya

Kolaborasi Menarik Musisi Indie Dalam Berkarya

Bagaimana ketika komunitas musik bawah tanah, dan pergerakan lokal lainnya, seperti clothing line dan majalah misalnya, bisa tumbuh berbarengan dengan “simbiosis mutualisme dalam kolaborasi karya.

Mengawali tulisan ini dengan sebuah kalimat “lagu kamu bagus juga, aku bikinin klipnya ya”. Atau kalimat seperti “eh, band kamu kapan manggung? Aku fotoin ya”. Kalimat penawaran, yang adalah sebagai bentuk apresiasi dari sebuah karya oleh karya lainnya. Kita sebut saja “simbiosis mutualisme dalam kolaborasi karya”.

Menjadikan ini sebuah budaya yang membentuk satu industri kreatif, dalam skala yang menjadi besar seperti sekarang ini. Bagaimana ketika komunitas musik bawah tanah, dan pergerakan lokal lainnya, seperti clothing line dan majalah misalnya, bisa tumbuh berbarengan dengan “simbiosis mutualisme dalam kolaborasi karya” ini. Atas nama klaim kreatifitas dan cara alternatif menyikapi keterbatasan, maka selalu ada cara untuk membuat pergerakan semacam ini tumbuh besar dan berkembang.

Ketika masing-masing pihak sama-sama ‘diuntungkan’ dari apa yang dibawanya. Dari musik misalnya, sebuah grup musik/band butuh media yang bisa mencangkup lebih luas lagi pendengarnya, maka dari itu band tadi membutuhkan hal lain di luar musiknya itu sendiri. Akan menjadi naif jika sebuah band hanya mengandalkan materi lagu yang bagus saja, tanpa media promosi yang baik. Karena tanpa media promosi yang baik, sebuah band dan musiknya tidak akan kemana-mana. Oleh sebab itulah media lainnya seperti majalah, radio, atau berbagai netlabel hadir. Mereka hadir sebagai wadah yang bisa menampung itu semua, yang kemudian bisa ditawarkan kepada khalayak banyak untuk diapresiasi.

Ketika sebuah kolaborasi karya itu dilakukan, maka akan membentuk senjata (jika harus dikatakan seperti itu) yang komplit mewakili berbagai aspek dan ragam bentuk karya. Tak hanya lewat musik saja, tapi juga hal lain selain itu, seperti fotografi, visual art, dan tulisan yang merangkumnya jadi satu keutuhan cerita, dalam sebuah wacana yang ingin disampaikan/ditampilkan oleh musisi atau suatu band dalam musiknya. Semuanya berjalan berbarengan dengan satu kesamaan dan visi yang sama.

Kita buat ini jadi sederhana dengan kalimat “ini lagu baru dari band kami, yang klipnya dibuat oleh si A. Silahkan disimak, dan kalau ada yang mau buat klip keren seperti klip kami ini, bisa menghubungi si A ya”. Apresiasi si A dengan musik yang dibawakan oleh si band, mendorongnya membuatkan sebuah klip untuk si band tersebut, dan apresiasi si band dengan apa yang dibuat oleh si A, menjadikan ini sebagai sarana promosi keduanya. Keduanya sama-sama berjalan berbarengan menawarkan hasil karyanya. Ketika sampai pada titik lagunya bisa diterima dan disukai banyak orang, maka akan berimbas dengan banyaknya ulasan tentang hal itu. Ulasan tentang hal menarik dari keduanya itulah yang membuat namanya jadi muncul ke permukaan.

Sebut saja ini sebuah kolaborasi dua arah, yang mewakili masing-masing garis warna yang dibawanya. Seperti ada dalam pertunjukan teater yang mencangkup akting, musik, tari, visual art dan berbagai macam hal menarik dari kesenian yang ditampilkan. Menjadi satu keutuhan dalam berbagai bentuk karya seni. Karena satu jenis kesenian itu tidak bisa berjalan sendirian. Seperti halnya musik yang membutuhkan seni lainnya, seperti seni rupa misalnya, untuk mewakili apa yang ingin disampaikan musiknya melalui gambar, dalam bentuk merchandise, cover album, poster, dan banyak lagi lainnya.

Lepas dari semua itu, yang paling penting adalah karya-nya harus bagus dulu. Bagus dalam artian berkarakter dan jelas dengan apa yang ingin dicitrakan oleh si pelaku seninya tersebut. Karena karya yang bagus dan berkarakter akan mendatangkan apresiasi yang bagus. Dengan apresiasi yang bagus dan dinyatakan diterima oleh banyak orang, maka masing-masing dari yang mewakili karya yang dibawanya akan sama-sama diuntungkan. Diuntungkan dalam artian namanya menjadi muncul ke permukaan atau hal lain diluar itu, yang jelas pada akhirnya sebuah karya itu bisa diapresiasi oleh banyak orang.

Sejak belum ditemukannya uang sebagai alat tukar yang bernilai, manusia menggunakan cara bertukar barang yang dia punya dengan barang yang dia butuhkan. Dengan si pemusik yang butuh tampilan visual dalam musiknya, dan si perupa yang butuh musik untuk menguatkan gambarnya, maka barter saja. “simbiosis mutualisme dalam kolaborasi karya”, mewakili garis warna yang dibawanya. Dalam artian sebenarnya, nilai sebuah seni terletak pada keindahan saling support yang menawarkan sebuah gambaran rasa dan pemikiran.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner