Kenapa Lagu Sedih Bisa Membuat Orang Bahagia?

Kenapa Lagu Sedih Bisa Membuat Orang Bahagia?

“Sebuah lagu sedih dibuat ketika penciptanya merasakan suasana hati yang kurang menyenangkan, dan secara natural melahirkan lagu yang terdengar sendu”

Mengutip dari lirik lagu The Beatles “Hey Jude”, yang berbunyi “Take a sad song and make it better....”, untuk sampai pada pertanyaan “kenapa ada semacam paradoks antara lagu sedih dan keadaan yang lebih baik ketika mendengarkannya?”. Bukankah untuk merasa tenang perlu sugesti menyenangkan, atau setidaknya rima yang ceria? bukan sebaliknya, yang dalam hal ini menjadi merasa lebih baik ketika mendengar sebuah lagu sedih. Apa yang membuat lagu sedih bisa membuat perasaan lebih baik seperti yang dikatakan The Beatles tadi?

Sebuah lagu sedih dibuat ketika penciptanya merasakan suasana hati yang kurang menyenangkan, dan secara natural melahirkan lagu yang terdengar sendu dengan penulisan lirik yang terasa personal, dan pemilihan nada minor yang tergambarkan “gelap”, ketika kegelisahan hati sang penulis lagu tertuang dalam tiap bait lagu yang dinyanyikan. Sebuah lagu sedikit banyaknya bisa diartikan sebagai buah pemikiran penciptanya, apakah si penciptanya sedang merasa senang atau sedih. Sampai pada akhirnya sebuah lagu terlahir dan hidup menemui takdirnya sendiri untuk bisa diapresiasi oleh pendengarnya.

Bentuk apresiasi inilah yang kemudian menjadikan penjabaran yang beragam akan sebuah lagu. Misalnya lagu ringan seperti lagu ulang tahun, yang secara nada dan lirik terdengar ceria dan menyenangkan, akan dijabarkan lain jika yang mendengarkan lagu itu ada dalam suatu keadaan, teringat akan orang yang disayanginya telah meninggal, dan secara tidak sengaja terputar lagu ulang tahun itu persis di hari kelahiran orang yang meninggal tersebut. Begitu juga sebaliknya, ketika kemudian lagu sedih seperti yang The Beatles katakan bisa membuat kita tenang dan merasa lebih baik. Disitulah paradoks itu ada dari persepsi masing-masing orang yang mendengarnya dan keadaan ketika mendengarkan lagu tersebut.

Contoh kecil lainnya ketika ada sebuah lagu “belantika” lokal yang dinyanyikan begitu menyayat hati dengan lirik “kau hancurkan aku dengan sikapmu, tak sadarkah kau telah menyakitiku”, dan ditambah dengan judul yang tidak kalah menyayat “Cinta Ini Membunuhku”. Lagu dengan kadar kesedihan “combo” ini bukan tidak mungkin akan membuat banyak orang justru tersenyum tenang ketika mendengarkannya. Larut terbawa nada lagu dan pembawaan suara vokalisnya, yang di lima menit lagu itu berlangsung menjadi orang paling naas sedunia, karena disakiti sang pujaan hati. Bukan tanpa alasan ketika ada beberapa orang (bahkan banyak), kemudian tersenyum tenang mendengar lagu “sedih” itu karena merasa dia tidak sendiri. Setidaknya ada seorang vocalis yang menyuarakan kegelisahan yang sama seperti yang si pendengar lagu itu rasakan.

Pada dasarnya manusia takut sepi dan sendiri, maka dari itu manusia menjadi makhluk sosial dengan berinteraksi satu sama lainnya. Hal itulah yang kemudian membuat lagu sedih tadi terdengar nyaman didengar, karena si pendengar merasa ada teman senasib dan seperjuangan lah istilahnya, sama-sama pernah disakiti sang pujaan hati. Kemudian interaksi terjalin lewat sebuah lagu, meskipun yang terjadi adalah interaksi satu arah. Si pendengar tidak perlu berkomunikasi dua arah langsung dengan sang pencipta ataupun penyanyinya, karena lagu dan lirik yang dia dengar sudah mewakili apa yang ingin dia sampaikan. Ujung-ujungnya paling cuma bergumam “lagunya gua banget, gua jadi cinta mati sama ini band”.

Lalu keadaan seperti ini ditangkap oleh industri/label jadi satu peluang bisnis. Ketika si band disukai karena lagu-lagu sedihnya yang dianggap bisa mewakili kegelisahan hati banyak pendengar, maka label membentuk band ini sebagai pencetak hits lagu-lagu sedih yang menyayat hati. Artian paradoks lagu “sedih” inipun menjadi lebih panjang lagi. Dengan lagu sedih ini bisa membuat si band laku, populer, dan banyak uang, yang otomatis label yang memfasilitasinya pun untung besar.

Jadi singkatnya dengan lagu sedih itu bisa membuat bahagia si band dan label/perusahaan jadi untung karena lagunya laku, dan membuat pendengar senang karena curahan hatinya terwakili lewat sebuah lagu, yang terdengar merdu bagi hatinya yang gelisah, walaupun secara profit kalah dari si band ataupun labelnya. Ketika si band senang-senang dengan uang hasil jualan lagu galau, si pendengar masih saja merasa menjadi manusia paling naas di dunia, karena disakiti sang kekasih hati. Sudah keluar uang untuk membeli album, diperdaya label, dan ditinggal kekasih pula. Tapi dia anteng aja senyum dengerin lagu itu dan balik lagi dia bilang “gila, lagunya gua banget”.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner