Gerakan Musik Pernah Hentikan Perang

Gerakan Musik Pernah Hentikan Perang

Pada tahun 1960an musik telah menunjukkan fungsinya sebagai media pesan damai yang memprotes dan menghujat keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam di kala itu

Ketika kata-kata sudah berhenti, mulailah dengan musik. Begitulah penyair Jerman, Heinrich Heine menggambarkan kekuatan musik sebagai salah satu senjata pengubah dunia. Heine tidak berlebihan. Ketika dunia ini dilanda perang dan aksi protes tidak cukup membuat nafsu perang mereda, maka giliran musik untuk ikut berbicara.

Dilansir dari Maximum Rock n Roll Magazine, pada tahun 1960an musik telah menunjukkan fungsinya sebagai media pesan damai yang memprotes dan menghujat keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam di kala itu. Perang yang diketahui menelan lebih kurang 2 juta korban meninggal dunia, menjadi latar belakang timbulnya gelombang gerakan protes dari kalangan mahasiswa seantero Amerika. Aksi tersebut pada akhirnya mendapat sokongan moral sebagai bagian dari gerakan solidaritas yang datang dari kalangan musisi. Bob Dylan, Jhon Lennon dan Jimi Hendrix adalah beberapa nama musisi yang kerap kali memprotes perang dan menuntut perdamaian dunia.

Puncaknya adalah dengan digelarnya festival Woodstock Music and Art Fair. Festival Woodstock yang diadakan pada tanggal 15-17 Agustus 1969 di Bethel, New York merupakan festival musik terbesar pada tahun 1960-an. Lewat festival ini slogan “peace, love, and freedom” pada akhirnya semakin keras diperdengarkan oleh semua band yang tampil dan pesannya bergaung keseluruh dunia. Kaum muda Amerika yang sudah muak dengan budaya konservatif yang dinilai sudah tidak relevan dan menimbulkan gejolak sosial dalam kebebasan dan persamaan hak manusia akhirnya menciptakan budaya tandingan yang dimotori oleh kaum hippies.

Gerakan anti perang di Amerika semakin meluas dan banyak musisi kala itu yang dengan sengaja menciptakan lagu-lagu protes terhadap kebijakan perang Vietnam. Lagu “We Shall Overcome” yang populer di tahun 1950-an dan tahun 1960-an berbarengan  dengan meluasnya gerakan hak-hak sipil dan anti-perang Vietnam di Amerika Serikat. Awalnya lagu ini berjudul  “I,ll Overcome Some Day” diciptakan oleh Charles Albert Tindley. Penyanyi Pete Seeger yang berperan mempopulerkan lagu ini sekaligus mengubah judulnya menjadi “We Shall Overcome”. Puncaknya, pada tahun 1963, ketika Joan Baez menyanyikan lagu ini di demonstrasi gerakan hak sipil di Washington. Sejak itu hingga sekarang, “We Shall Overcome” menjadi lagu kebangsaan aktivis gerakan sosial dan anti-perang.

Lagu “We Shall Overcome” juga yang akhirnya menginspirasi John Lennon untuk menciptakan lagu “Give Peace A Chance”. Dia mengaku menulis lagu ini untuk dinyanyikan dalam demonstrasi besar menentang perang Vietnam pada Oktober 1969. Lennon berharap lagu ini bisa seperti “We Shall Overcome”, yang menjadi lagu kebangsaan aktivis hak-hak sipil dan anti perang Vietnam.

Berbarengan dengan momen tersebut lagu “Blowing in the Wind” yang diciptakan Bob Dylan musisi peraih Nobel sastra pada tahun 1962 dinyanyikan oleh Peter, Paul and Mary saat pawai besar gerakan hak -hak sipil di Washington. Segera setelah itu “Blowing in the Wind” menjadi lagu kebangsaan gerakan hak-hak sipil dan aktivis anti-perang.

Aksi solidaritas yang dating dari berbagai kalangan membuat gelombang demonstrasi anti perang semakin besar dan direspon secara negatif oleh pemerintah Amerika dengan mengirimkan tentara bersenjata untuk menghadapi para demonstran, karena sudah dianggap menjadi ancaman nasional. Puncaknya adalah peristiwa terbunuhnya empat mahasiswa Kent State University, Ohio, dan dua mahasiswa kulit hitam Jackson State University, Mississippi, pada bulan Mei 1970 oleh tentara dalam aksi protes menentang Perang Vietnam dan invasi Amerika Serikat atas Kamboja. Peristiwa ini secara langsung menjatuhkan kredibilitas pemerintah Amerika dimata rakyatnya sendiri. Banyak kalangan kongres yang tadinya mendukung kebijakan perang Vietnam berbalik menyerang kepemimpinan pesiden Lyndon B. Johnson.

Atas tekanan dari dalam dan luar negeri akhirnya pada Januari 1973 pemerintah Amerika Serikat menarik seluruh pasukannya dari wilayah Vietnam dan menandatangani perjanjian perdamaian dengan Vietnam Utara. Perjanjian itu secara resmi mengakhiri permusuhan terbuka antara kedua negara. Perang yang berlangsung selama dua decade ini diperkirakan menewaskan lebih dari tiga juta orang, termasuk lebih dari 58.000 tentara Amerika dan lebih dari dua juta korbannya adalah warga sipil Vietnam.

BACA JUGA - Haruskah Musik Enak Didengar?

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner