Film Dokumenter Band Indie Indonesia

Film Dokumenter Band Indie Indonesia

Belantika musik indie yang tak sepopuler musik major, biasanya menggunakan cara-cara tertentu untuk mendokumentasikan bandnya dan mengenalkannya kepada khalayak luas, salah satunya dengan dokumenter. Dokumenter merupakan media audio visual yang merekam setiap jejak mengenai suatu objek tertentu berdasarkan kenyataan. Bila dibandingkan dengan film naratif dramatik lainnya, film dokumenter biasanya dengan anggaran yang terjangkau.

Tak sedikit musisi indie mendokumenterkan perjalanan karirnya, baik di upload ke situs jejaring sosial atau dirilis dalam bentuk fisik, yakni DVD. Berikut, beberapa band-band indie yang telah merilis film dokumenter mereka, baik untuk memperkenalkan band tersebut secara audio visual, merekam perjalanan karir bermusik, atau sebagai ucapan terimakasih kepada fans mereka

Seringai


Band kuartet ini, di tahun 2010 menggarap film dokumenter berjudul Generasi Menolak Tua yang di sutradarai oleh basis mereka sendiri, Sammy. Sebuah judul yang memberi isyarat, bahwa musik rock yang tak mengenal batas umur. Film yang berdurasi sekitar 70 menit ini, menceritakan di awal berdirinya Seringai dari tahun 2002 hingga 2009.

Zoo


Band rock eksperimental dari Kota Jogja ini, begitu peduli dalam pemakaian bahasa. Zoo sering menggunakan kosakata yang jarang digunakan orang-orang Indonesia, maka ketika menilik lirik-liriknya banyak kata-kata asing namun penuh makna. Seperti halnya judul film dokumenter mereka bernama Tetenger yang berarti nama, bila dalam tataran keilmuan tetenger juga berarti tanda atau semion. Dokumenter tersebut mengisahkan perjalanan tour mereka di Indonesia, Singapura, dan Malaysia pada Januari hingga Maret 2013. 

Burgerkill


Dengan durasi sekitar 90 menit, We Will Bleed film dokumenter yang berisi biografi band cadas asal Kota Kembang, yaitu Burgerkill yang telah menghajar scene underground sejak 1995. Bagaimana awal perjalanan bermusik Burgerkill yang harus merangkak hingga mencapai prestasi panggung-panggung internasional dan kenangan bersama vokalis mereka terdahulu, alamarhum Ivan Scumbag. Ebenz yang berperan sebagai sutradara sekaligus produser di film tersebut, berpesan bahwa butuh keringat lebih dalam mencapai cita-cita yang diinginkan.

Mocca


Buat Swinging Friends (panggilan fans Mocca), mungkin mengenal film berjudul Life Keeps On Turning. Film yang berdurasi 80 menit tersebut mengisahkan tentang moment-moment sebelum kepergian vokalis mereka, Arina Ephipania yang memutuskan untuk menikahi Chris Miller dan menetap di Amerika Serikat. Proses pembuatan film ini membutuhkan waktu lima bulan dari proses produksi sampai ke tahap pemutaran perdananya.

Pandai Besi


Bulan kemarin, Pandai Besi merilis dokumenter yang berkisah tentang mereka yang merekam album Daur Baur di studio bersejarah, Studio Lokananta. Film yang berjudul Siar, Daur Baur ini, sempat menjadi bahan diskusi dan ditayangkan di beberapa kota. Panda Besi sendiri merupakan bagian dari Efek Rumah Kaca yang dimana lagu-lagunya diarasemen ulang oleh Cholil dan kawan-kawannya.

Superglad

Yang membedakan dari dokumenter yang lain, Superglad merilis dua film yang berbeda dalam format DVD-nya. Kemarin, Hari ini, Selamanya Rock Together terdapat dalam DVD berwarna hitam. Sementara dokumenter konser Cinta dan Nafsu – Live in Concert, yang berdurasi 80 menit, berada di DVD yang berwarna merah. Cinta dan Nafsu sendiri berisi dokumentasi konser mereka yang dilakukan pada tahun 2011.

Sumber foto: koma.or.id dan Istimewa

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner