Dodong Kodir &  Lungsuran Daur Contemporary Instruments

Dodong Kodir & Lungsuran Daur Contemporary Instruments

By : FL

Sedang giat – giatnya nih redakasi kami mencari musisi dan alat musik yang berhubungan denga daur ulang. Salah satunya kami menemukan seniman asal  Jawa Barat bernama Dodong Kodir. Dodong Kodir lahir di kota Tasikmalaya pada 8 November tahun 1952.  Seniman kreatif ini merupakan pensiunan dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Sejarah Dodong mengenal seni memang sudha sejaka lama dilakukan. Dodong muda  sudah “ngulik” musik semenjak usia muda, khususnya alat musik daur ulang.

Keahlian yang sudah lama ditekuni tersebut, menghasilkan beragam jenis alat musik yang unik. Baik dari bentuk dan suara yang dikeluarkannya. Latar belakang Dodong Kodir adalah seorang seniman yang kaya akan pengalaman dalam bidang seni, dan seni karawitan adalah cinta pertama seorang Dodong. Sehingga sekitar tahun 1970-an pun ia pernah berguru pada salah satu tokoh tari senior ‘tanah pasundan’ R. Yuyun Kusumadinata. Sedangkan ketertarikan dan kelihaiannya membuat alat musik daur ulang ini dimulai semenjak tahun 1980-an.

Awal mula eksplorasi Kang Dodong untuk membuatnya pertama kali karna kebutuhan bunyi – bunyi khsusus atau bunyi efek yang dibutuhkan saat pertunjukkan tari. Dodong wara wiri mengiringi pertunjukkan musik tari, diantaranya mengiringi musik tari karya Indrawati Lukman, Irawati Durban, Gugum Gumbira, dan lain – lain. Bahkan ketika itu, ia mulai merambah dimensi ilustrasi musik teater, dan sastra. Kreatifitas Kang Dodong yang tanpa henti, mendulang sukse besar bagi dirinya, sebuah hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, dan juga orang lain. Hasilnya adalah ketika, Kang Dodong mengikuti festival yang digelar baik di dalam maupun luar negeri. Diantaranya pernah turut serta bersama seniman-seniman lainnya seperti Hery Dim, Ganjar Kurnia dan yang lainnya.

Hasil ngulik-nya tidak sekadar alat musik, tetapi juga undangan “mentas” di kampus-kampus atau gedung-gedung kesenian, mulai dari Indonesia hingga keliling dunia, tentunya dengan hanya berbekal “sampah bunyi”. Beberapa Negara di dunia yang pernah dia sambangi Kang Dodong adalah Amerika Serikat, Denmark, Jepang, Spanyol, Prancis, Yunani, dan Belgia.

Hasil  eksplorasinya dalam mengolah barang bekas, telah menumbuhkan sebuah wacana kreatif dan inovatif, barang bekas tidak menjadi barang yang dibuang begitu saja. Maka dengan istilah “dari sampah masih ada bunyi yang kita butuhkan” Kang Dodong telah mampu melahirkan sebuah kreasi yang  bisa membuka pikiran kita, betapa lingkungan sekitar kita yang penuh dengan sampah bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna.

Pada tahun 2002, Kang Dodong membuat sebuah kelompok musik bersama  kawan – kawannya di lingkup seni yang bervisi dan misi sama. Buah pikiran kreatifitas dan selalu ingin membuat sesuatu bermanfaat diantara mereka inilah yang menjadi kunci utama kelompok tersebut dinamakan Lungsuran Daur Contemporary Instruments, disingkat LD.

“Latar belakang tradisi yang sangat kuat, membuat ia tetap tidak lepas akan tradisinya dalam berbuat sesuatu. LD sendiri berasal dari apa yang sering kami lakukan,  Lungsuran Daur yaitu benda/barang bekas yang di daur ulang”.

– Dodong Kodir 

Alunan suara alam dari hasil daur ulang Lungsuran Daur menjadi ciri khas tersendiri. Walaupu terkdang terdengar fals, kurang lebih sekitar 100 buah alat musik daur ulang sudah dibuat oleh Kang Dodong dan kelompok Lungsuran Daur. Sala satu contohnya adalah alat musik “Sagara”, sebuah alat musik berbentuk segi empat dengan sebuah lingkaran dari sampah bingkai jam dinding di tengahnya serta butiran kecil besi – besi dari roda sepeda. Sebuah alat musik yang dapt menirukan suara ombak laut ini dibuat untuk mengenang bencana Tsunami Aceh pada tahun 2004. Hal yang jelas terlihat adalah, Kang Dodong dan LD membaut alat musik ketika ada sesuatu hal yang besar atau hebih sedang terjadi di tengah – tengah masyarakat. Tidak asal buat saja.

Sagara, beserta sejumlah alat musik lain yang dibuat oleh Ayah tiga orang anak ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan.

Walau pada awalnya suara-suara yang muncul dari alat-alat musik ciptaannya seperti suara tornado, longsoran tanah, petir, harimau, kicauan burung, kokok ayam ataupun suara lalat tersebut dibuat tanpa tujuan apa pun. Namun, belakangan ternyata suara-suara tersebut membuat Kang Dodong merasa bahwa, “Jangan-jangan limbah juga menghimbau kepada kita,” hingga dia memutuskan untuk peduli pada masalah lingkungan.

“Urang mah euy teu bisa tanaga, urang mah lewat seni we lah” (saya sih gak bisa nyumbang tenaga, jadi melalui seni saja) - Dodong Kodir

Beliau berkeyakinan semua orang mampu untuk menyelamatkan lingkungan dengan cara dan kemampuannya masing-masing.

Ditulis ulang dari : lungsuran-daur.blogspot.com/ & intisari-online.com/read/alunan-musik-dari-sampah

Foto : Dodong Kodir & Lungsuran Daur dokumen

 idkreatif.netkaskus.co.idindiscoveria.comnicholausprasetya.wordpress.com,

airfotonetwork.wordpress.com

Video channel : http://made agus wardana

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner