Dari Graffiti Artist, Thirtyniners Kemudian Menyalak Dengan Rapalan Rima-nya

Dari Graffiti Artist, Thirtyniners Kemudian Menyalak Dengan Rapalan Rima-nya

Menyimak lagu-lagu yang dilahirkan oleh Thirtyniners pendengar seakan dibawa sesuatu yang ‘telanjang’ tanpa bungkus apapun

Bicara tentang hip hop berarti kita bicara tentang culture yang saling berkaitan antara rap, b-boy, dan graffiti. Tiga hal yang kiranya selalu berhubungan erat dengan hip hop. Lebih dari sekedar musik, hip hop kemudian muncul ke permukaan sebagai senjata berpeluru lengkap, lewat serangkaian nyala kreasi yang coba dilesatkan pelakunya. Salah satunya berasal dari selongsong timah panas seorang graffiti artist asal Sukabumi bernama Hill. Bertransformasi menjadi seorang rapper, Hill kemudian melahikran moniker seru bernama Thirtyniners.

Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita, Hills mengungkapkan jika pada tahun 2017 dirinya memulai perjalanan sebagai seorang rapper dengan nama Thirtyniners. Tumbuh besar di ruang lingkup kolektif bernama Mesinsuara, Thirtyniners seakan menemukan rumah yang nyaman untuk dia tinggali, hingga kenyamanan itu kemudian berbuah manis kala dirinya merampungkan sebuah album pada tahun 2019 lalu, tepatnya saat Record Store Day sukabumi dilaksanakan. Album yang diberi judul Paradigma tersebut menjadi jalan bagi Thirtyniners untuk memunculkan namanya ke permukaan.

Lebih jauh berkisah tentang albumnya tersebut, menurut Hills album itu banyak menggaris bawahi tentang luapan tentang masalah sehari-hari yang dialaminya, termasuk ruang lingkup scene graffiti, sebagai sebuah lingkaran yang dia akrabi.

Menyimak lagu-lagu yang dilahirkan oleh Thirtyniners pendengar seakan dibawa sesuatu yang ‘telanjang’ tanpa bungkus apapun. Disaat musik pop masih sibuk berkutat perihal cinta-cintaan pada lagunya, hip hop sudah bisa merespon apa yang terjadi di televisi hari ini. Dari mulai isu politik, perseteruan artis, hingga drama disinformasi, yang sepertinya lebih nyaman jika dibalut dengan hip hop.

Hip hop meneruskan episode barunya tahun ini, setelah sebelumnya genre ini cukup banyak dibicarakan. Nama Morgue Vanguard rasanya sudah terlalu nyaman ada di kasta tertinggi sebagai penulis hip hop dengan ketajaman lidah bak katana tersebut. Hip hop harus lebih banyak melahirkan nama-nama seperti Joe Million, Pangalo!, atau bahkan Thirtyniners itu sendiri untuk bersanding bersama, sebagai para rapper yang mampu mengeja aksara jadi barisan senjata yang siap ‘menghabisi’ telinga pendengarnya tanpa ampun. Bukan hanya sekedar kalimat “kalian semua suci aku penuh dosa”. Tahun 2020, meksi banyak dikutuki sebagai tahun yang menyebakan, namun masih ada harapan untuk para rapper lebih bersuara.

BACA JUGA - Mengulik Sisi Personal Si Rapper ‘Keras Kepala’, Joe Million

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner