Mengulik Sisi Personal Si Rapper ‘Keras Kepala’, Joe Million

Mengulik Sisi Personal Si Rapper ‘Keras Kepala’, Joe Million

transkrip wawancara oleh Ganjar Pratama

“Awalnya gua ngerasa itu beban gua, awalnya gua ngerasa semua orang harus kenal hiphop. Tapi gua sadar itu maksa banget, itu kaya semua orang harus tau kalkulus, itukan bodoh banget

Sebagai rapper dengan reputasi keras kepala, Joe Million asal Papua - Indonesia Timur, berhenti pada satu titik aman bukan bagian dari kamus hidup mayoritas orang-orang yang dari kawasan ini. Menggaris bawahi kalimat tidak ingin bermain aman, perjalanan bermusik Joe kemudian erta kaitannya dengan kesukaan dia untuk bereksperimen dengan banyak hal,  termasuk dengan Indra Menus, seorang musisi noise musik, yang namanya paling muncul ke permukaan.

Ditemui disela-sela syuting DCDC Musikkita, Joe menuturkan tentang banyak hal soal musik, termasuk musisi yang mempengaruhinya, yang diluar dugaan ternyata salah satunya merupakan sebuah grup boyband Westlife. Dari awal gue bermusik, yang gue suka adalah sisi eksperimennya, gue ngga pernah ngerasa apapun ada batasnya, karena harusnya apapun bisa, apapun idenya juga harus bisa, bahkan sesuatu yang ritmenya ga lazim juga harusnya bisa. Jadi gue nyari titik tengahnya sebagai ambience temponya nyesuain dengan mood ambience nya”, ujar Joe menjelaskan tentang alasannya berkolaborasi dengan Indra Menus.

Ketika ditanya tentang kecenderungan para rapper yang merespon isu yang terjadi di luar sebagai amunisinya, Joe menuturkan jika hal tersebut sah saha saja, hanya untuk dia pribadi proses kreatif menulis lirik bisa juga bersumber dari dalam dirinya, kala dia merespon apa yang dia rasakan untuk kemudian dituangkan dalam bentuk lirik. Banyak lagu hip hop yang ga ngangkat dari luar tapi dia ngangkat dari dalem, dan salah satunya album baru gue ini "Vandal". Jadi di album itu gue ngangkat kevandalan yang ada diri gua, kerusakan diri gua jadi lagu. Tapi gua juga liat banyak artis hip hop itu pada umumnya responsif, jadi kaya kita ngediss seseorang itu resposif tuh, dia marah dengan seseorang, dia marah dengan sosial dia, tapi kadang-kadang ada yang jadi karya seni aja, abstrak jadi dia aja yang tau yang lain ngga tahu”, ujarnya tentang musisi hip hop yang banyak berlaku responsif dalam karya yang dibuatnya.

Hal menarik lainnya dari Joe adalah latar belakang bermusiknya yang ternyata tidak melulu bersumber dari musisi-musisi hip hop, karena diakui olehnya dari mulai Nirvana sampai Westlife dia ‘santap’ juga sebagai asupan bagi output yang dia hasilkan nantinya. “Diluar hiphop gua suka sama Nirvana, terus banyak musisi pop juga sih kaya Westlife. Lagu-lagu mereka tuh yang menemani gua masa kecil dan gua bisa bahasa Inggris juga karena itu. Waktu kecil itu keren sih, terus nadanya juga enak dan mereka ada 5 orang dengan gerakan koreografi tertuntu, jadi menurut gua Westlife itu keren”, ujar Joe.

Beralih pada bahasan hip hop, Joe menuturkan jika pada awalnya dia merasa hip hop kadang menjadi beban tersendiri ketika dia seperti membawa misi jika semua orang harus kenal hip hop. Awalnya gua ngerasa itu beban gua, awalnya gua ngerasa semua orang harus kenal hiphop. Tapi gua sadar itu maksa banget, itu kaya semua orang harus tau kalkulus, itukan bodoh banget. Tapi semua orang harus tau fungsi dan kegunaan kalkulus itu lebih penting. Jadi semua orang harus tau kegunaan dari hip hop, jadi gua gausah ngasih tau tentang hip hop tapi mereka sendiri yang cari tau. Tapi kalo dari awal gue ngajarin hip hop itu abc orang langsung males ngapain”, ujar Joe.

Semua  nyala kreasi yang Joe tuangkan dalam karyanya kemudian berbuah manis kala dia merilis album barunya yang berjudul Vandal. “Ini album tinggal satu lagi beres sama Mardial, di mana dia yang produce semua. Salah satu bocoranya akan di tampilin nanti, di DCDC musik kita judulnya "smiles". Jadi di lagu itu gua nyeritain orang-orang terdekat gua tersenyum dan gua suka jika mereka tersenyum. Jadi gua buat lagu bukan buat orang lain tapi buat orang orang sekitar gua agar tersenyum. Bedanya sama album gua sebelumnya, kalo album Vulgar itu nyeritain sosial nya gede banget, nah kalo yang Vandal lebih personal dengan diri gua”, ujar Joe menutup obrolan dengan DCDC.

BACA JUGA - Ray Viera Laxmana, Musik, dan Alam Berpikirnya

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner