Cosmicburp: Surga Kecil bernama Berhala (Bagian Satu)

Cosmicburp: Surga Kecil bernama Berhala (Bagian Satu)

Fatamorgana Duniawi

Kita hidup di sebuah masa atau negara, katakanlah yang menjunjung tinggi labeling, stigma, stereotip, cap atau apapun kata yang tepat memaknai hal ini. Isu yang fenomenal dan menjadi penyakit sosial yang sangat sulit dientaskan belakangan ini. Terlebih, secara ab initio - budaya masyarakat Indonesia yang sampai dengan hari ini pun masih melestarikannya. Produser/rapper/penyanyi bernama lengkap Luthfi Adianto menulis lagu tersebut sebagai penyampaian pendapat pribadinya mengenai pemberian cap oleh masyarakat/labeling yang menurutnya: orang bisa dan berhak menjadi baik tanpa peduli agama, pandangan politik, pekerjaan, dan status sosialnya.

Terkait soal agama dan keyakinan, pandangan politik seseorang, pekerjaan atau profesi yang dilakoni, dan status sosialnya, Cosmicburp mencoba memberikan pandangan esoterik via "Berhala". Ketimpangan mengkonsumsi informasi menjadi landasan sampai pada akhirnya muncul labeling di tengah masyarakat. Menutup diri dari jutaan sudut pandang, ideologi, paham, pendekatan-pendekatan sosial, menganalisis dan mengkaji perbagai hal dengan pisau bedah tumpul dan berkarat layaknya fatamorgana duniawi. Barisan lirik dalam "Berhala" menandakan sebuah pengalaman empiris yang dirasakan sendiri oleh Cosmicburp, menurut sudut pandangnya.

Struktur musik "Berhala" lebih bernuansa trippy atau trip hop pada bagian awal. Lalu, perlahan merangkak naik ke tempo sedang di bagian tengah dan lebih cepat dan lalu kembali ke irama sedang hingga lagu usai. Sentuhan melodi di beberapa detik sebelum penghujung lagu menambah unsur kelam tersembunyi yang mengejutkan. Satirikal, sinikal, tidak tipikal hip-hop pada umumnya. Alternatif rap? Mungkin sedikit bisa mendeskripsikannya.

Di sebuah negara heterogen yang dipaksa (mungkin oleh suatu kaum atau kalangan) menyerah menjadi “homogen”, “negara buatan”. Dijejali pandangan-pandangan sempit dengan kapasitas otak lebih mirip lubang dubur. Nalar yang tumpul, ditambah proses serta konsep berpikir, dan berdialektika kebanyakan masyrakatnya yang cenderung dibatasi atau terbatas. Pola pikir suatu masyarakat dalam menyikapi pelbagai isu sosial yang hadir dan tumbuh di masyarakat menjadi cerminan diri bagaimana bagaimana masyarakat itu berpikir.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner