Apakah Pop Punk adalah Anak Tiri Musik Punk?

Apakah Pop Punk adalah Anak Tiri Musik Punk?

Rocket Rockers adalah salah satu band yang pertama kali mengenalkan istilah college punk ini, ketika lewat album pertamanya yang berjudul Soundtrack For Your Life menangkap segala macam pernik kehidupan remaja belasan tahun di era awal kuliahnya. Mereka bercerita tentang mengagumi sang gadis pujaan hati lewat lagu “She’s My Cheerleader”, atau ketika dalam liriknya, sang vokalis mereka Ucay (sekarang sudah jadi mantan vokalis-red) berteriak penuh dendam kala mobil bobroknya tidak mampu menarik hati sang gadis pujaan, di lagu “Tragedi Tragis 1989”. Hal-hal itu menjadi relevan jika dihubungkan dengan remaja kala itu, yang merasa terwakili lewat album tersebut. Maka dari itu, seolah menyadari akan output yang Rocket Rockers suguhkan dalam albumnya, mereka menamai judul albumnya Soundtrack For Your Life.

Namun, untuk yang memang besar dengan musik punk dalam artian musik yang “got something to say”, seperti apa yang pernah dilakukan oleh Pam dari band Runtah, lewat beberapa tulisan di newsletter yang dibuatnya bersama Riotic, tema-tema yang diangkat oleh kebanyak band pop punk tersebut mungkin akan menjadi nir makna, kala peran musik punk hanya sebagai penggembira, menghibur barisan remaja patah hati, lewat tiga kunci gitar berdistorsi tipis, dan ketukan drum konstan yang cepat. Sampai ini memancing pertanyaan, “apakah pop punk menjadi anak tiri musik punk?”, yang jika mengarah pada esensi punk sendiri, hal-hal yang ditawarkan pop punk ini tidak menggambarkan apa itu punk.

Namun, pertanyaan itu sendiri juga melahirkan pertanyaan lain yang kebingungan akan definisi apa itu punk? Apakah kebebasan yang sering diagungkan punk itu kemudian jadi harus membatasi cara band-band pop punk berkarya? Apa yang salah dengan membicarakan problematika remaja dengan masalah percintaannya? Ada hal-hal kontras yang mungkin bertentangan dengan spirit of youth, yang harusnya ada dalam setiap darah remaja, ketika dia harusnya tidak mengumbar kesedihan lewat lirik lagu pesimis, perihal tidak bisa melupakan mantan pacar misalnya.

Atau, mungkin memang punk itu telah mati? Hanya menyisakan simbol-simbolnya yang kemudian menjadi popular, ketika dalam istilah yang pernah band Superman Is Dead tuliskan, “mall dipenuhi lambang anarki”, sampai ketika logo band Sex Pistols menjadi desain sebuah kartu kredit, yang notabenenya adalah simbol dari kapitalisme, yang dulu bertolak belakang dengan paham punk itu sendiri. Apakah menjadi punk itu naif? Apakah pop punk itu sendiri yang naif? Dua pertanyaan yang mungkin akan melahirkan pernyataan dengan argumen kuat, dari masing-masing orang yang meyakininya. Dari mulai lirik-lirik kemarahan Milisi Kecoa, sampai lirik "Tukang Kentut" dari Stand Here Alone, yang sama-sama meyakini di sisi mana mereka berdiri.

Foto diambil dari : https://asianchttps://asiancorrespondent.comorrespondent.com

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner