Ada Hal Tentang Musik Yang Tidak Lagi Menarik Untuk Dibahas

Ada Hal Tentang Musik Yang Tidak Lagi Menarik Untuk Dibahas

Ada hal tentang musik yang sepertinya tidak lagi menarik untuk dibahas. Seperti pembajakan tadi misalnya. Ketika rilis album fisik hanya berakhir pada sebuah formalitas saja, sebagai pencapaian artistik seorang musisi atau sebuah band, yang berbanding terbalik dengan keuntungan yang didapat (jika konteksnya bisnis). Apalagi jika wacana tentang pembajakan ini diteruskan dengan mencari perhatian pemerintah untuk bisa sama-sama menangani ini. Bagaimana mungkin kita bisa optimis akan ada titik terang tentang pembajakan ini, jika nyatanya kios penjual CD bajakan itu bersebelahan dengan kantor polisi? Hak intelektual yang tercuri dibiarkan begitu saja diputar begitu kencang disebelah kantor aparat pemerintah? Karena skeptis tentang pembajakan ini bisa selesai, kemudian hal ini pun menjadi tidak lagi menarik untuk dibahas.

Musisinya sendiri harusnya tidak ‘cengeng’ dan minta perhatian pemerintah terus, karena akan susah (jika tidak ingin dikatakan mustahil) masalah ini akan bisa dibereskan. Caranya untuk bertahan di musik bisa dengan membentuk pasarnya sendiri dan fanbase yang kuat, dimana fanbase yang kuat ini adalah calon pengapresiasi (atau sebutlah pembeli) potensial dari karya yang ditawarkan, dari mulai album musik sampai merchandise sang musisi itu. Semuanya akan bersinergi jika ada saling keterikatan satu sama lain. Keterikatan dalam hal perasaan sang pendengar, yang terwakili lewat musik yang musisi itu mainkan. Hal itulah yang pada akhirnya bisa melahirkan fans militan untuk seorang musisi atau sebuah band. Dengan fanbase yang kuat karya musik itu akan lebih ‘mengena’, dan bisa diapresiasi dengan baik lewat pembelian album musik yang asli (baik bentuk fisik ataupun platform digital download berbayar), dan orang juga rela beli tiket untuk pertunjukan musik musisi idolanya.

Ada yang berpendapat main musik ya main musik saja, tanpa harus menjadikan musik sebagai mata pencaharian utama, yang ditakutkan akan ‘mengotori’ esensi dari musik itu sendiri, dimana musik lahir karena passion. Namun ada juga yang menjadikan musik sebagai jalan satu-satunya dia mencari nafkah, dan oleh karena itu (maaf jika harus mengatakan ini) musik yang disajikan pun menjadi dangkal, dan hanya mengejar laku di pasaran saja. Karena perbedaan cara pandang inilah yang akhirnya membut keduanya berseberangan. Ada yang mengarahkan hal yang bertolak belakang tadi menjadi sebuah wacana musik indie vs mainstream, yang sayangnya lagi-lagi tidak menarik untuk dibahas.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner