A Page About : Esensi Hari Valentine Menurut Tesla Manaf

A Page About : Esensi Hari Valentine Menurut Tesla Manaf

Saat ditanya: pilih hidup untuk cinta, atau cinta untuk hidup? Cowok berdarah Minang ini menjawab, “Saya pilih, hidup untuk cinta. Saya harus punya cinta dulu untuk bisa merasa ‘hidup’,” ujar gitaris neo-classic ini.

Sebagai gitaris solo yang namanya diperhitungkan di belantika musik internasional, Tesla Manaf Effendi ternyata punya analogi spesial perihal cinta. Bagi alumnus UNPAD satu ini, persamaan antara musik dengan cinta itu bagai bunga mawar beserta durinya. Keduanya akan memberikan pengalaman indah dan pahit dalam waktu yang bersamaan. Apabila kita terlalu erat menggenggam mawar tersebut, duri tak segan melukai. “Itulah cinta. Itulah pengorbanannya. Sekarang, bila kita mau mencapai puncak mawar dengan tampilan dan bau yang paling menarik, kita harus memanjat tangkai melalui puluhan duri yang sudah siap melukai kita. Yang cintanya tak sebegitu, pasti berhenti di tengah,” jawabnya.

Maka tak heran, bila Tesla menilai Valentine’s Day sebagai momen untuk membuat diri sendiri semakin kuat dari hari ke hari. Menurut pemuda murah senyum satu ini, masih ada hal-hal penting yang masih luput dari tujuan Hari Valentine. Contohnya, mencintai komitmen diri sendiri, dan sempatkan untuk memberi reward untuk diri sendiri. “Reward ini harus berbentuk hal-hal membahagiakan, yang belum pernah dilakukan, tapi pernah kita cita-citakan sebelumnya. Memberi reward pada diri sendiri itu penting, karena kita harus menghargai dan menyayangi diri kita sendiri yang sudah capek bekerja. Pada dasarnya kita tidak punya apa-apa, selain hal-hal tulus yang pernah dilakukan dengan penuh perjuangan”, ujar pria kelahiran 29 Agustus 1987 ini filosofis.

Sejak bertahun-tahun ke belakang, gitaris yang sudah tur ke beberana negara ini habis-habisan fokus untuk terus bermusik, tanpa mau melakoni jenis pekerjaan lain. Bahkan ijazah kuliahnya belum dia ambil dari kampus almamaternya. Tesla bertahan untuk tetap menggeluti musik jenis neo-classical secara konsisten – dia enggan untuk memainkan jenis musik lainnya.

Dalam lingkungannya, Tesla dikenal sebagai seseorang yang punya komitmen sangat kuat. Kesadarannya tentang berkarir di dunia musik, harus terus ia kembangkan. Progres itu sangat penting. “Setiap hari kita harus berprogres, bahkan kalau perlu setiap menit kita harus mengalami progres,” ujarnya.

Filosofi Tesla tentang alat musik adalah, jika kita ingin meng-upgrade ilmu, maka kita juga harus terus meng-upgrade gear bermusik kita. Jika dalam bermusik kita ada di level 1, maka gear kita harus ada di level 2. Jika sudah sampai level 10, gear harus ada di level 11. Begitu seterusnya.

Bagi Tesla, mimpi ibarat naik anak tangga. “Semakin besar mimpi dan cita-cita, terkadang kita merasa tidak punya siapa-siapa. Ibaratnya kita ada di anak tangga ke-100 seorang diri. Angin kencang, turun tidak mungkin, dan melihat ke bawah sudah menyeramkan,” jelasnya. Alhasil dia butuh sebuah pegangan tangga untuk terus melangkah naik. Hal ini dia anggap sebagai bantuan dari Tuhan. “Tuhan adalah pemberi rasa aman buat saya, dan energi besar untuk terus berani bermimpi dan berjuang,” beber gitaris solo dengan skill ciamik ini.

Demi membeli alat musik impiannya, Tesla Manaf yang tidak merokok ini rela untuk makan pecel telur seharga 5.000 rupiah di dekat kosannya di daerah Dago, agar dia bisa banyak menabung. Hasilnya, Tesla sukses mendatangkan sebuah gitar tipe hollow-body yang konon harganya setara mobil Avanza – meski sebelumnya dia harus menjual gitar yang sudah mendampinginya selama 5 album. Lucunya, gitar barunya ini diberi nama Angel Elga – nama pemberian dari Riko, gitaris band Mocca.

Tesla Manaf memang seseorang yang selalu punya cita-cita besar. Salah satunya adalah membantu sebanyak-banyaknya orang. Alasannya, dia ingin membalas budi. Selama hidup, dia banyak sekali mendapat bantuan dari orang-orang. Maka, suatu hari nanti, Tesla ingin membuat rumah yang isinya studio rekaman gratis – untuk siapapun yang mau rekaman dan belajar ilmu audio. Everybody should agree, that money can’t buy love.

Sumber foto : KitaBisa.com

BACA JUGA - Anto 70sOC : Nama Band Keren Itu, Dari Tiga Kata Kayak ‘Teenage Death Star’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner