Rumah Cemara: “Ini Adalah Cara Kreatif Lain untuk Membuat Orang Lain Tertarik dan Membuka Pikirannya”

Rumah Cemara: “Ini Adalah Cara Kreatif Lain untuk Membuat Orang Lain Tertarik dan Membuka Pikirannya”

“Indonesia Tanpa Stigma”, itulah yang disuarakan oleh Rumah Cemara sebagai satu komunitas sosial. Dalam rangka mewujudkan tujuan dari mereka, kali ini Rumah Cemara bersama dengan Next Level mengadakan Hiphop Workshop untuk mengkombinasikan tujuan dari mereka masing-masing. Inilah hasil wawancara yang didapatkan dengan Rizki, selaku ketua panitia dari Hiphop Workshop.

Bagaimana ceritanya Rumah Cemara bisa menyelenggarakan Hiphop Workshop melalui Next Level?

Ceritanya, si Next Level ini memang punya program untuk menjangkau anak muda, khususnya yang di negara-negara berkembang melalui musik hiphop. Indonesia ini bukan yang pertama kali buat mereka. Sebelumnya, mereka udah ngadain juga di Senegal, Thailand, kemudian juga di Zimbabwe dan masih banyak lah negara-negara lainnya. Nah, ceritanya kenapa sekarang sampai bisa si Next Level datang ke Rumah Cemara, sebenarnya awalnya adalah ketika kami mengadakan pertemuan dengan Kedutaan Amerika. Jadi, si Next Level ini setiap mau datang ke suatu negara untuk ngadain pelatihan ini, pertama mereka butuh partner lokal. Di Indonesia, Rumah Cemara sebagai partner lokal. Dan yang kedua, pasti mereka melalui pintu kedutaan di negara masing-masing. Darisitu, karena kedutaan juga tahu bahwa Rumah Cemara ini organisasi berbasis komunitas, khususnya bagi masyarakat yang minoritas atau tersisihkan, ya… mereka milih kami untuk jadi partner lokalnya. Persiapannya itu sejak awal buka percakapan dengan pihak Next Level dan juga Kedutaan Amerika dari bulan Februari 2016, karena itu acara ini memang banyak dibantu oleh Kedutaan Amerika di Jakarta.

Apa tujuan dari diadakannya Hiphop Workshop dari Next Level?

Tujuannya adalah, pertama mereka ingin promosi budaya Amerika, khususnya hiphop di kalangan masyarakat Indonesia. Kemudian, karena memang yang menjadi target sasaran adalah anak muda, jadi ini juga sebagai pemberdayaan anak muda melalui musik hiphop dan mereka pun memilih Rumah Cemara yang kami kerja untuk masyarakat marjinal. Mereka juga berharap bahwa dalam workshop ini ada orang-orang yang selama ini bisa dibilang minoritas, yang serba kekurangan, tapi melalui pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Kemudian juga membangun kewirausahaan, artinya yang diharapkan sama pihak Next Level juga kami sebagai partner lokal adalah pengennya peserta setelah mengikuti ini ada sustainability-na, ada kelanjutannya. Entah itu mereka berwirausaha dalam bidang musik, ataupun mereka bisa melanjutkan karirnya hingga bisa menghasilkan sesuatu.

Apakah tujuan Rumah Cemara tentang melawan stigma terhadap pengguna NAPZA sendiri tersampaikan melalui workshop ini?

Iya, bisa dilihat uniknya di pelatihan kami. Inklusinya kelihatan banget dan itu memang salah satu tujuan dari kami juga. Jadi, diharapkan dengan melalui pelatihan ini yang latar belakangnya berbeda-beda, visi Rumah Cemara pun bisa terwujud. Kan kita pengennya Indonesia tanpa stigma bagi pengidap HIV, pengguna narkoba, ataupun anak jalanan. Bahkan, pelatihan ini juga ada orang dengan HIVnya, masyarakat umum, transgender, komunitas gay, anak jalanan, drug user, tapi mereka bisa berbaur. Nah, saya rasa itu adalah hal nyata yang jadi nilai plus dari kegiatan ini.

Apakah Next Level hanya membuat program terkait dengan aliran hiphop?

Next level memang hanya hiphop karena kebetulan Next Level ini adalah nama programnya, tapi yang menjadi “otak”nya atau pionirnya atau organizernya itu dari North Carolina University. Manajemennya itu sebetulnya kebanyakan pengajar dari universitas tersebut. Nah, si universitas ini ngajakin artis-artis profesional untuk ngajar dan datang ke setiap negara. Untuk Indonesia sendiri didatangi oleh empat orang, dan mereka semua bisa dibilang artis profesional disana.

Sejak kapan dan sampai kapan kegiatan ini berlangsung?

Kami mulai dari 21 November 2016 sampai 1 desember 2016 dan di tanggal 1 Desember itu kami pun bakal perform di RRI. Tujuannya banyak banget di tanggal 1 Desember. Selain kami memang ingin evaluasi si peserta selama mengikuti pelatihan selama kurang lebih 10 hari, kami juga pilih tanggal itu karena bertepatan dengan Hari AIDS sedunia. Jadi, tujuannya mudah-mudahan dengan adanya acara tersebut bisa ningkatin kewaspadaan dan pemahaman masyarakat tentang informasi HIV/AIDS yang benar. Selain perform, kami bakal sisipin beberapa informasi terkait HIV/AIDS itu sendiri. Untuk acara di tanggal 1 Desember 2016, kami banyak dibantu oleh komunitas hiphop Bandung, seperti personil dari Eyefeelsix, Mang Jimbot, dan bahkan design pun dibantu oleh Ucok Homicide.

Apakah ini acara komersil?

Ini acara murni sosial. Kita nggak ada biaya pendaftaran. Ini gratis. Bahkan, peserta kami kasih transport, uang saku, makan. Ini benar-benar pure untuk community development. Jadi benar-benar untuk berbagi kepada sesama masyarakat untuk ningkatin kualitas hidup mereka. Entah itu yang dari komunitas hiphop supaya skillnya nambah, kemudian mereka semakin rajin lagi latihannya. Entah itu masyarakat yang “termarjinalkan”. Mereka bisa jadi produktif. Jadi, fundingnya dari pihak Next Level dan kedutaan. Jadi, memang benar-benar support dari mereka.

Mentornya dari mana aja sih?

Mentornya dari Amerika semua. Kalau trainernya nggak semua artis, tapi ada yang memang mendalami. Mentor dari sini sih nggak ada, tapi ini kan butuh penerjemah, tiap kelas kami bagi empat, nah rata-rata setiap kelas itu kami sisipin sama artis lokal yang memang expert di dunia tersebut. Misalnya rap, kita minta tolong Kang Elmo “Eyefeelsix” untuk jadi penerjemah, kemudian di B-boy kita minta tolong Kang Iya dari komunitas B-Boy Bandung. Sama halnya DJ dan beat making juga. Mereka setidaknya tahu basic-nya dan istilah-istilahnya.

Ada berapa peserta yang ikut di workshop ini?

Total 60 orang dari seluruh Indonesia. 40 orang bandung, 20 orang luar kota. Ada dari Indramayu, Sukabumi, Garut, Jakarta, Depok, NTT, NTB, Bali, Papua, Medan, Jombang, dan Lampung. Kami fasilitasi mereka baik transport maupun akomodasi. Tujuannya bukan mau “gagayaan”, tapi kami sadar betul bahwa ini adalah hal yang bermanfaat. Nggak ada salahnya setelah mereka pulang ke rumahnya masing-masing, ilmu yang mereka dapat bisa dibagi di daerahnya masing-masing juga. Syukur-syukur mereka bisa ngadain pelatihan yang sama. Artinya, yang dijangkau berarti semakin banyak, dan berarti manfaat si Rumah Cemara ini semakin banyak lagi. Kayak amal jariyah gitu mbak.

Apakah acara ini juga bersinggungan dengan kampanye Support. Don’t Punish.?

Apapun yang dikerjakan sama Rumah Cemara, pasti kami nggak bakalan melenceng dari nilai-nilai ataupun kampanye yang kami usung: Indonesia tanpa stigma. Harapannya, dengan inklusi tersebut kemudian informasi pun sudah banyak dipahami masyarakat terkait isu-isu marjinal ini bisa berkurang. Begitupun Support. Don’t punish. ini kan makna sebenarnya adalah kita menyerukan pada masyarakat bahwa pengguna narkoba itu jangan dihukum. Seharusnya mereka didukung dengan segala kesulitan yang mereka punya. Artinya, karena di sini ada beberapa partisipan yang merupakan konsumen Napza ya otomatis kami menyuarakan hal tersebut. Siapapun dia, mau orang dengan HIV, pengguna narkoba, mereka berhak dan layak untuk mendapatkan hal yang sama dengan orang-orang pada umumnya, baik dalam pendidikan, pekerjaan, kesehatan, ataupun lingkungan sosial. Jadi tetap nyambung. Jargon dari Global campaign Support. Don’t Punish. ini mulai kami usung dan suarakan dari tahun 2012 kalau gak salah.

Kenapa kali ini Rumah Cemara memilih mengkampanyekan “Indonesia Tanpa Stigma” melalui musik?

Pertama, Rumah Cemara saat ini memang lebih memilih berkampanye atau mengedukasi masyarakat dengan cara yang populer di masyarakat. Kedua, kami butuh cara kreatif selain cara-cara yang udah usang, yang cukup ngebosenin lah bagi masyarakat cuma dengar orang ngomong, seminar, kemudian orasi-orasi. Masyarakat udah mulai kurang tertarik dengan metode seperti itu. Nah, seperti yang udah Rumah Cemara lakukan juga, kami gunakan olahraga. Ini adalah bentuk lainnya. Karena, nggak semua orang juga suka olahraga, dan banyak juga orang yang suka musik. Ini kami jadikan cara untuk mendekati mereka supaya mereka bisa lebih membuka pikiran dan tertarik. Intinya tertarik dulu deh untuk ikut di Rumah Cemara. Awal-awal, pasti masih merasa risih ketika tahu Rumah Cemara ini adalah organisasi yang berkaitan dengan isu HIV dan narkoba. Pasti kebanyakan begitu. Tapi, disitu kami pelan-pelan. Dengan dia mau datang aja, berarti kami ada peluang dong untuk kasih informasi ke mereka. Akhirnya sedikit demi sedikit mulai terkikis, paham, dan tidak ada lagi stigma dan diskriminasi. Informasi pun diserap sama yang bersangkutan dengan lebih banyak dan benar, nggak setengah-setengah. Kami nggak menutup kemungkinan juga untuk aliran atau cara lain bisa berkolaborasi dengan kami. Kami terbuka.

Ada nggak keterlibatan dari pemerintah?

Nggak ada keterlibatan dari pemerintah lokal. Malah pemerintah Amerika yang turut andil.

Apa aja rencana dari Rumah Cemara terkait Hiphop Workshop ini?

Selain kami perform di RRI pada tanggal 1 Desember 2016,  di tanggal 3 Desember 2016 trainer-trainer dari Next Level ini bakal ada show di Jakarta dan Kedutaan Amerika. Acara ini bakal ngundang sebanyak 25 orang peserta untuk hadir disana nonton si trainernya perform. Untuk lanjutannya, mereka juga bakalan ngasiin beberapa alat yang bakal disimpen di Rumah Cemara. Harapan kami, alat-alat itu bisa diakses sama komunitas, nggak cuma sekedar jadi pajangan. Jadi, komunitas Rumah Cemara ini bakal semakin besar, visi dan misi pun sedikit demi sedikit bisa terwujud, dan banyak orang yang beraktivitas di Rumah Cemara.

Apa harapan dari Rumah Cemara terkait dengan acara ini dan visi-misi Rumah Cemara sendiri?

Harapannya sih terkait dengan mimpi dari Rumah Cemara, mudah-mudahan ke depannya nggak bakalan ada lagi stigma dan diskriminasi terhadap apapun, khususnya bagi masyarakat minoritas. Kemudian, sistem hukum di Indonesia bisa berjalan dengan baik dan nggak ada lagi kriminalisasi terhadap korban kecanduan narkoba.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner