Mengadili Persepsi Demokrasi Menurut Ucok Homicide

Mengadili Persepsi Demokrasi Menurut Ucok Homicide

Dalam waktu hitungan minggu, tepatnya tanggal 9 April 2014 kita akan melangsungkan pemilihan umum. Seluruh penjuru daerah Indonesia serentak akan menggelar kegiatan akbar, dimana rakyat akan memilih wakil bagi mereka di pemerintah.Kenyataannya adalah tak sedikit orang yang bernafsu dengan semangat membara mengobral diri mereka untuk menjadi pejabat.

Serupa tapi tak sama, acara yang bertajuk Balas Kampanye yang diselenggarakan oleh Gerakan Berseni Kultse di Bober Cafe beberapa waktu kemarin memamerkan karya-karya mengenai segala hal yang mengenai kampanye. Terdapat sekitar 22 orang dari berbagai profesi memajang ekspresi dan pemikiran mereka akan pemilu. Seperti salah satunya, Herry Sutresna yang tak lain adalah Ucok ex-Homicide

Bagi pencinta musik indie dari 90-an sampai 2000-an, pasti akan mengenal grup Hip Hop legendaris dari Bandung yakni Homicide. Ya, mereka begitu populer dengan lirik-lirik kritis bak setajam pedang. Walau kini Homicide telah bubar 2007 silam, karya-karya mereka tetap menggaung membekakkan telinga manusia yang membangkang akan kodratnya sebagai makhluk sosial.

Di sela-sela kehadiran Ucok di acara Balas Kampanye tersebut, kami sedikit ngobrol tentang makna demokrasi dari kacamata frontman Homicide tersebut dan tentunya membahas pula pemilu yang bulan depan kita akan laksanakan.

Sebagai salah satu pengisi dalam pameran tersebut, Pria berkacamata tersebut mengatakan, bahwa demokrasi yang kita pahami bukan hanya sekedar mengenai memilih wakil rakyat saja, “Demokrasi itu adalah aktif untuk merubah sesuatu, bukan aktif memilih sesuatu. Artinya saya mencoba ngasih perspektif, yaitu contoh yang ada sekarang saat ini. Nah, karya saya ini, nampilin logo-logo yang imajiner dari kejadian daerah-daerah krisis di indonesia, bisa di kulonprogo, di kebumen, pulau bangka contohnya,” ungkap pria yang bernama asli Herry Sutresna tersebut.

Mengenai politik saat ini, yang sebentar akan pemilu, banyak caleg-caleg berkampanye mengobral janji visi misi mereka, hampir 90 persennya pencitraan. Ucok memandang fenomena itu bersebrangan dengan makna arti demokrasi yang sesungguhnya, dimana kita harus aktif memilih sesuatu, bukan merubah sesuatu. “Dan saya pikir gak ada kampanye yang baik, kampanye itu ada kepentingannya masing-masing,” imbuhnya.

Ucok berharap bagi yang datang ke pameran tersebut, dapat aktif merubah sesuatu, jangan pasif. “Kalau orang-orang males pasti bilang, ah udah saya gak mau ngurusin kayak gitu, ngurusin buang sampah segala macem, saya urusin aja sama pemerintah. Orang-orang zaman sekarang ya seperti itu, makanya mereka cocok dengan demokrasi sekarang tapi ya tanggung konsekuensinya maksud saya gitu, konsekuensinya sekarang,” tambah pria yang mempunyai nama panggung Morgue Vanguard.

Sumber foto istimewa

 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner