MAKNA PUNK DARI KACAMATA SADUT JARI TENGAH

Photo : kontributor 
Punk adalah sebuah sikap begitu Muhammad Mukhlis Aditya atau biasa disapa Sadut menyikapinya. Pembetot bass dari Jari Tengah ini berbicara panjang lebar kepada kontributor djarumcoklat.com mengenai dunia yang digelutinya. 

Lebih lanjut Sadut menbeberkan lebih dalam lagi Punk adalah sebuah perilaku, maksudnya disini adalah apapun musiknya, baik itu alternatif, britpop, ataupun Folk, Blues, jazz sampai Rock sekalipun, tapi jika attitude-nya sudah nge-punk, ya itu lah dia punk.

Menilai punk dari fashion, Sadut menyetujui jika punk identik dengan ditindik, pearcing, Leather or jeans jaket spike, jeans dan baju lusuh, dan sepatu docmart. Tapi ia menganggap punk tidak selamanya seperti itu. Fenomena sekarang lebih ke banyak gaya, tapi tidak memaknai punk itu sendiri, tambahnya. Sebagai informasi Sadut sendiri tidak mencirikan dirinya dengan atribut-atribut yang berbau punk.

Menanggapi fenomena hipster, dia menilai “Punk bukan berasal dari musik apa yang dia dengar, musik itu universal, tapi balik lagi, lebih ke sikap dan perilaku”. Sadut menganggap banyak yang hanya ikut-ikutan memakai atribut yang berbau punk, namun malah menjatuhkannya secara tidak langsung karena membawakan lagu-lagu yang bernuansakan cinta.

Di akhir Sadut menegaskan kembali bahwa punk adalah simbol perlawanan dan kebebasan, anti-mayoritas, dan ancaman, yang dimaksud disini adalah mengancam tapi tidak menyakiti. Maka dari itu ia menolak jika punk dianggap sebuah kriminal.

Sadut pun dengan gaya santainya menyikapi mengenai punk ukulele yang sedang tune in di Bandung. Menurutnya punk itu tidak meminta-minta atau ngamen. Ia juga dengan lantang menolak jika punk dianggap sebuah kriminal.
Sebuah pesan terlempar dari mulut pemuda asal Bandung ini karena kekhawatirannya melihat fenomena hipster dan sikap anak muda saat ini. “Segala sesuatu itu tidak ada yang instan, cintailah proses. Mie instan pun butuh proses dalam menyajikannya”.