Bereksperimen Indiepop bersama Astrolab

Memasuki tahun 2000-an, scene indies Kota Bandung mengalami regenerasi dengan munculnya sejumlah musisi baru yang sangat potensial. Salah satunya Astrolab, band bergenre Indiepop/Dreampop ini terbilang sangat fenomenal. Di Eropa dan Amerika, ada yang menyebut bahwa band ini merupakan “The Most Sarahesque Indonesian Band In The World”. Itu juga terbukti dengan salah satu single-nya yang berjudul Crystal Clear pernah ditawari untuk menjadi salah satu pengisi soundtrack dalam sebuah film di festival Film Prancis.

Band ini memulai gebrakan Indipop ketika tahun 2002.  Pengaruh musik Inggris dalam referensi musik mereka, terasa kental ketika negara Ratu Elizabeth ini berhasil menginvasi musiknya di Indonesia tahun 90an. “Pada tahun itu, banyak sekali band-band yang brillian untuk didengarkan. Motivasi untuk bikin lagu pertama emang dari Britpop, musik dari Inggris gitulah,” Ujar Gaga sang gitaris. Setelahnya, mereka berhasil merilis album pertama yang diberi nama The Blue Thread Saga pada tahun 2007.

Berbicara masalah musik Indie, Gaga  pun menambahkan bahwa musik indies itu, sebuah paradgima zaman dulu bukan genre. “Mungkin gaya hidup zaman booming boomingnya Britpop, dalam segi attitude, lifestyle apalagi dengan musiknya yang wewo itu lebih indies. Padahal  rock juga indies,” tambahnya.

Ketika musik telah menjadi sebuah industri yang menggiurkan bagi para sineas musik. Lantas keadaan ini tidak diimbangi dari musik itu sendiri yang jauh dari roots sebenarnya. Sentilan itu pun diamini oleh sang Vokalis, Badra. Ia mengatakan, bahwa kecewa dan miris untuk regenerasi kedepan yang terlalu termakan zaman, “Regenerasi sekarang itu terlalu termakan zaman. Sedangkan rootsnya gak ada gituh, dia akar musiknya ke mana. Selera musik orang berbeda-bedanya, namun secara pribadi pengennya band-band regenerasi selanjutnya ada rootsnya dari mereka, Pungkasnya.

Sumber Foto : Narasumber dan www.douban.com