Barefood:

Barefood: "Kami Tidak Hanya Memainkan Musik Kencang"

Distorsi Alternative Rock ala 90’an. Menjadi daya tarik untuk meneguk sekotak susu putih saat ini.

Semenjak kehadiran berupa Demo (2009), Sullen EP (2013) hingga album penuh pertama Milkbox (2017) Barefood telah menjadi angin segar untuk ranah musik lokal. Menggaung dengan distorsi dan dibaluti dengan tempo musik yang cepat, seakan membawa penikmatnya terbuai dengan nuansa alternative rock 90’s. Kini, setelah merilis album penuhnya, respon positif dari penikmat musik pun dirasakan oleh Barefood.

Bernaung di bawah Records Label, Anoa Records. Barefood merupakan salah satu rooster yang mungkin sangat digandrungi oleh beberapa penikmat saat ini. Pasalnya, rilisan musik hasil rakitan Ditto Pradwitto (gitar/vokal) dan Rachmad Triyadi (bass/vokal), ini sempat menjadi rilisan masuk dalam kategori langka dan dibandrol dengan harga tinggi khusunya untuk Sullen Ep (2013) dan Demo (2009) mereka lalu. Hal tersebut memang sesuai adanya, jika dibandingkan dari upaya mereka menciptakan materi musik untuk Barefood. Unsur musikalitas seperti fuzz rock, indie-rock, nu-gaze, dengan distorsi volume penuh menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikamatnya. Saatnya meneguk sekotak susu, sambil mendengarkan album Milkbox mungkin menjadi pilihan menarik.

Dulu kalian berstatus Trio. Apa yang membuat kalian bisa bertahan dengan status duo?
Mungkin karena kita lebih nyaman bedua, tidak terlalu banyak kepala. Jadi untuk segala sesuatunya, seperti pengambilan keputusan akan lebih simple.

Sebagai rooster dari Anoa Records yang sangat digandrungi penikmat musik saat ini. Bagaimana tanggapan kalian sebagai pemilik materi Milkbox?
Pastinya senang, karena ternyata musik kami bisa diterima oleh semua kalangan.

Untuk proses kreatifnya sendiri. Apa saja yang kalian tanamkan dalam album Milkbox?
Semenjak dari rilisan pertama kami Demo 2009 hingga Milkbox 2017, kami berdua selalu menghargai proses kreatif satu sama lain, dan sebisa mungkin kami tidak membuat karya yang sia-sia.

Apa yang membuat kalian merangkum materi menggunakan beberapa nama jenis makanan dan warna?Gak ada maksud apa-apa sih haha. Sebisa mungkin memang kami membuat materi yang relate dengan kehidupan sehari-hari.

Dari ke-9 lagu dalam album Milkbox. Mengapa hanya lagu “Amelie” dan “Biru” yang bertempo lebih rendah, serta “Soda” yang tanpa diiringi vokal sedikit pun?
Lebih ke variasi mood dalam album.

Mengapa pada album Milkbox sangat menyerupai Weezer. Sedangkan Sullen EP kental dengan riff ala Dinosaur Jr atau The Lemonheads?
Wah itu kita juga kurang tahu kenapa hahaha, mungkin beberapa orang menganggap demikian, namun kita gak masalah.

Dari segi tampilan visual sejak Sullen EP hingga Milkbox mengapa selalu menggunakan sosok wanita?

Karena sosok wanita lebih mudah mencuri perhatian.

Dalam perjalanan musik Barefood. Pengalaman apa saja yang kalian rasakan, seperti senar gitar terputus saat kalian perform di Bandung beberapa waktu lalu?
Banyak bertemu orang banyak, kenal dengan teman-teman di daerah dan bisa menyambangi nengara tetangga adalah suatu kepuasan tersendiri apalagi ternyata musik kami bisa diterima diberbagai kalangan.

Mencapai titik di album Milkbox. Sejauh apa eksplorasi kalian bermusik saat ini ?
Bisa membuat sesuatu yang lebih kalem atau low tempo adalah sebuah pencapaian, dan bisa mengimplementasikan instrument seperti keyboard, terompet, mungkin bisa saja akan nada string section di materi barefood selanjutnya.

Sebagai harapan baru untuk genre alternative rock 90’s. Persembahan apa lagi yang ingin kalian hadirkan pada pendengar musik tanah air ?
Selain audio mungkin kami juga akan membuat video clip atau tour di wilayah Indonesia, sampai saat ini kami cukup senang dengan apa yg kami lakukan.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner