Banda Neira sebuah kejutan dari Parahyangan

Banda Neira sebuah kejutan dari Parahyangan

Banda Neira

Rumah kosong
Sudah lama ingin dihuni
Adalah teman bicara; Siapa saja atau apa
Jendela, kursi
Atau bunga di meja
Sunyi, menyayat seperti belati
Meminta darah yang mengalir dari mimpi

Bagi penikmat lagu dari banda neira pasti lirik satu ini sudah tak asing lagi. Duo acoustic / pop /folk ini terdiri dari dua alumnus Universitas Parahyangan, Bandung. Terbentuk pertama kali pada awal tahun 2012. Banda Neira pertama kali menghebohkan dunia maya pertengahan tahun lalu ketika merilis secara online lewat akun Soundcloud mereka, yakni Di Paruh Waktu EP (2012) dan Live EP (2012). Dari situ juga didapatkan informasi bahwa dulunya Banda Neira hanya bermusik secara iseng-iseng dan mempunyai jenis musik sebagai nelangsa pop karena kebanyakan dari lirik lagu yang mereka bawakan berisi puisi manis yang menyayat nyayat hati setiap pendengarnya.

Respon positif yang berawal dari iseng-iseng itulah Banda Neira berangkat menjadi serius. Pada 13 April 2013 album perdana mereka meluncur bebas setelah mendapatkan dukungan restu Sorge Records dan Koperasi Keluarga Besar Mahasiswa Unpar. Album yang berisi sepuluh lagu ini diberi judul "Berjalan Lebih Jauh".

Judul album "Berjalan Lebih Jauh" bisa dikatakan sebagai bagian awal yang dulunya iseng-iseng dan berujung pada tujuan serius. Lalu, memulai pemberangkatan baru (serius) secara lebih jauh.

Meski mengusung musik acoustic dengan mayoritas tema melankoli, bukan berarti “Berjalan Lebih Jauh membosankan. Alur di album ini cukup bervariasi. Seperti lagu bernuansa oldies nan riang “Senja di Jakarta” yang mungkin cocok apabila dimainkan oleh White Shoes and The Couples Company. Lagu ode untuk orang tua “Di Beranda” pun cukup membuat hati ini terenyuh.

Kemudian “Rindu” yang merupakan sebuah musikalisasi puisi karya Subagio Sastrowrdoyo, dipersembahkan bagi para korban penculikan dan penghilangan paksa. Sementara lagu “Mawar” didedikasikan untuk para aktivis pro-demokrasi yang menjadi korban penculikan oleh tim mawar,  kesatuan Koppassus, TNI AD periode, 1997-1998. Lirik di lagu “Mawar” juga berisi puisi “Sajak Suara” karya sastrawan / aktivis Wiji Thukul (1963 – 1998).

Sumber Foto : LorongMusik.Com

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner