Bicara tentang Kompetisi Kaliber Dunia; Wacken Metal Battle Indonesia

Bicara tentang Kompetisi Kaliber Dunia; Wacken Metal Battle Indonesia


Untuk yang ketiga kalinya, gelaran W:O:A Metal Battle Indonesia (WMBI) kembali terselenggara. Di tahun 2019 ini, pihak Wacken Open Air kembali membuka kesempatan untuk satu perwakilan dari Indonesia dengan agenda "pertempuran" di skala internasional. W:O:A Metal Battle Indonesia sudah terselenggara sejak tahun 2017, hasil kerja sama antara DjarumCoklatDotCom (DCDC), ATAP Promotions dan The Metal Rebel.

Sedikit pemaparan tentang W:O:A Metal Battle, ini adalah sebuah kompetisi yang merupakan bagian dari program yang diadakan oleh Wacken Open Air, Jerman. Diselenggarakannya W:O:A Metal Battle bertujuan untuk memberikan kesempatan pada band-band beraliran musik ekstrim dari seluruh belahan dunia untuk dapat tampil di salah satu festival heavy metal terbesar di dunia. Tujuan yang lebih penting adalah untuk membukakan kesempatan bagi band-band Metal Battle dapat dilirik oleh banyak pihak di industri musik dunia. Untuk itulah, Wacken Open Air juga mengundang berbagai pihak agensi, label rekaman, hingga jurnalis internasional, dengan harapan seluruh band Metal Battle bisa mendapatkan kesempatan yang sama di perputaran musik ekstrim global.

W:O:A Metal Battle kemudian diboyong ke Indonesia oleh beberapa pihak dalam komunitas musik Indonesia, yaitu Eben (Burgerkill) dan Man (Jasad), melalui John Resborn (The Metal Rebel) sebagai middle-man antara Indonesia dan pihak Wacken Open Air. Ide ini kemudian disambut baik oleh DjarumCoklatDotCom (DCDC), hingga akhirnya 2017 menjadi kali pertama Indonesia ambil bagian secara resmi di kompetisi skala internasional. Di tahun pertama, 238 band dari 59 kota di seluruh Indonesia berkontribusi di ajang ini. Sementara di tahun 2018, kandidat mengalami peningkatan, yaitu menyentuh angka 322 band dari 72 kota dari seluruh Indonesia.

Berturut-turut, Beside (Bandung) dan Down For Life (Solo) menjadi dua nama yang berangkat atas nama perwakilan dari Indonesia. Meski keduanya belum berhasil mendapatkan posisi lima besar di kompetisi kelas internasional tersebut, Indonesia mulai mendapatkan sorotan lebih dari berbagai pihak di industri musik dunia. Setidaknya, satu bagian ingatan mereka mulai dicuri, bahwa ada sesuatu yang potensial yang bisa mereka dapatkan di negeri ini.

Di tahun 2019, Indonesia kembali ditunjuk oleh pihak Wacken Open Air untuk mengirimkan perwakilannya di ajang W:O:A Metal Battle. Artinya, tahun ini akan kembali hadir satu band Indonesia di panggung Wacken Open Air, Jerman. Band ini akan bertempur dengan 29 band dari negara-negara yang juga sudah secara resmi diberi kesempatan untuk kembali mengirimkan kandidat terbaiknya. Pihak Wacken Open Air memang menerapkan sistem rolling untuk kompetisi ini, dengan tujuan agar setiap negara mendapatkan kesempatan yang merata. Tahun ini, mereka membuka kesempatan untuk 30 negara, termasuk Indonesia, dan "mengistirahatkan" 14 negara untuk dipersilakan kembali bertarung di tahun berikutnya.

Tahapan yang akan dilaksanakan seluruh band dengan aliran musik ekstrim yang mendaftarkan diri di WMBI 2019 tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Mereka diwajibkan untuk mendaftarkan diri secara online di situs www.djarumcoklat.com, dengan mengisi formulir, mengunggah tiga buah lagu andalan dan mengirimkan rilisan fisik mereka sebagai bahan penilaian juri. Dari total pendaftar, akan disaring menjadi 30 besar kemudian 10 besar. Finalis yang berhasil menembus 10 besar lah yang berhak tampil di panggung final, dengan kata lain mereka tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan tiket menuju Jerman.

Yang lumayan menggelitik dari penyelenggaraan W:O:A Metal Battle Indonesia adalah hadirnya opini-opini yang mengarah pada adanya "pengaturan" tentang siapa yang akan berangkat mewakili Indonesia di Wacken Open Air, Jerman. Bisa jadi menunjuk pada pihak-pihak yang berwenang dalam memberi penilaian, atau pada pihak yang secara status memiliki otoritas di dalam ruang lingkup W:O:A Metal Battle Indonesia. Rata-rata, opini ini muncul karena ketidakpuasan terhadap pilihan dari juri yang kemudian memunculkan hipotesis pribadi. Celakanya, hipotesis (yang berarti praduga dan masih harus dibuktikan kebenarannya) ini tidak jarang diutarakan pada individu yang lain dan menggiring pemahaman serupa.

Hipotesis tidak akan menjadi valid jika tidak terbukti, dan itu memang tidak terbukti. Seluruh juri yang terlibat ditentukan dan dimonitor langsung oleh pihak steering commitee. Para juri ini juga dipilih karena kredibilitas dan profesionalitas mereka. Selain unsur penilaian wajib, seperti produksi dan aransemen, para juri mempertimbangkan hal-hal lain terkait memperlihatkan karakter Indonesia di mata dunia. Melihat apa yang terjadi selama dua tahun terakhir, lima besar band yang dipilih juri rata-rata mampu memperlihatkan karakter negaranya masing-masing. Sebut saja Jet Jaguar dari Meksiko, pemenang pertama di W:O:A Metal Battle 2017 yang hadir dengan musik heavy metal berkarakter vokal high pitch, atau Die From Sorrow dari Cina, pemenang pertama di W:O:A Metal Battle 2018 yang mempertontonkan musik cadas dengan sentuhan nada-nada oriental.

Hal-hal semacam itu menjadi hal yang "eksotis" di mata juri, menjadi pembeda dan otentik. Artinya, itu pula lah yang wajib ditemukan di band yang mewakili Indonesia, selain tentunya bicara tentang skill yang mumpuni, perpaduan musik yang berkualitas dan kemampuan berkomunikasi yang baik agar kesempatan bertemu dengan pihak-pihak dari industri musik dunia tidak terbuang percuma. Dan, tidak bisa dilupakan juga tentang bagaimana mereka bisa memberi pengaruh pada band-band yang ada di tanah air. Menjadi pemantik semangat dan berbagi cita-cita agar penetrasi ke dunia luar bisa dilakukan bersama-sama.

Untuk itu lah, WMBI bisa disebut sebagai ajang yang mencari band dalam "satu paket lengkap". Bicara tentang dunia global tidak bisa hanya berbekal karya. Mental, semangat dan kerja keras adalah kuncinya. Menjadi pemenang di kaliber internasional seharusnya tidak menjadi prioritas utama, meski memang tetap harus menjadi target. Prioritas utamanya adalah mendapatkan kesempatan untuk bisa kembali tampil di panggung-panggung luar negeri lainnya, atau dirilis oleh label kelas dunia, atau juga mendapat sorotan dari media agar dunia ekstrim global sadar akan kadar bahaya yang ada di sini. Sudah bukan waktunya bercita-cita untuk sekadar "menjadi raja" di negeri sendiri, karena musik ekstrim tidak hanya milik Indonesia, tapi milik dunia.

Meminjam kalimat yang pernah dilontarkan oleh Dom Lawson, bahwa seringkali band (Indonesia) tidak sadar bahwa mereka tidak hanya menjadi bagian dari ranah musik cadas Indonesia, tapi juga ranah musik cadas dunia. Jadi, ini lah saatnya untuk bermain-main di ruang yang lebih luas, di ruang yang memang sudah menunggu kita untuk ambil bagian dan membuktikan bahwa kita memiliki amunisi yang tak kalah panas dan siap memberondong seluruh penjuru dunia.

COMMENTS

You must be logged in to comment.

Website ini hanya diperuntukkan bagi Anda yang berusia 18 tahun ke atas.