Sub-Label Dugtrax Meluncurkan Peluru Pertamanya Lewat Band Nestov

Sub-Label Dugtrax Meluncurkan Peluru Pertamanya Lewat Band Nestov

Fokus Dengan Musik Punk Dan LIngkupnya secara bebas, Yes No Wave Music memperkenalkan sub-label barunya yang bernama DUGTRAX

Menyambut hari kasih sayang, Yes No Wave Music dengan rasa suka cita memperkenalkan sub-label baru yang fokus pada musik punk dan lingkupnya secara bebas. DUGTRAX akan memeriahkan skena punk dengan membagikan lagu-lagu punk secara bebas; bebas untuk diunduh gratis, bebas disebarluaskan dan bebas untuk dikembangkan menerabas batasan-batasan hak cipta yang kaku nan kapitalistik.

Ada dua album sebagai rilisan perdana dari band punk baru: AMOK asal Jogja dan NESTOV asal Jambi. Kedua album tersebut  kami rilis tanggal 14 Februari 2018. Melalui sublabel mereka Dugtrax. Untuk band Nestov sendiri, menurut rilisan pers yang DCDC terima, nama band itu diambil dari asal nama SETNOV. Iya, beliau adalah yang kita kenal. Kata ini dibolak balik menjadi NESTOV. Ditambahkan pula oleh mereka jika nama beliau tak sengaja ditemukan dalam perbincangan dadakan, saat memulai gagasan membentuk band pertengahan Desember 2017 silam. Sepertinya beliau mewakili, tentang konflik sosial, politik dan hal ‘busuk’ lainnya.

Berangkat dari obrolan singkat nan padat, NESTOV terbentuk. Terdiri dari mereka-mereka yang bisa dibilang sebagai ‘dalang’ dalam skena musik di Jambi. Satu diantara provinsi yang ada di pulau Sumatera. Sebelumnya mereka telah memulai hasrat bermusik lebih dari satu dekade. Antara lain; Danu Nasmitu, sebagai vokalis. Sebelumnya tercatat sebagai vokalis di BROMOCORAH, trasher asal kota Bandung. Richie Petroza, vokal dan kali ini sekaligus bermain gitar, hingga saat ini masih aktif bermain musik bersama band GOT ME BLIND (Metal) dan KREZIKULTUR (Drum N Bass). Billy Akzaiman, di bass dan Andrie Arisco di gitar, keduanya masih tercatat sebagai member di GARIS TEPI, band asal Jogja pula. Sementara itu, Imanuel Budi atau lebih dikenal dengan panggilan Kadek, pula masih aktif sebagai drummer di MILISI KECOA, band asal Bandung.

Mereka berlima bertemu di titik yang sama, di kota yang sama; kota Jambi. Sepakat mengambil andil dalam skena musik kota ‘tanah pilih besako betuah’. Mereka adalah pelaku, penikmat sekaligus sebagai orang-orang yang memiliki ‘pengaruh’ di skena musik kota Jambi.

Tentang isu sosial, politik dan sedikit tentang kenakalan gen X dan Y, menjadi tonggak penulisan lirik dengan cara yang sarkas, jenaka dan mudah dicerna. Dalam tatanan bahasa kedaerahan yang menjadikan ciri dalam penyampaian lirik. Selain itu, mereka menyepakati bahwa sampai kapanpun, durasi lagu yang dikaryakan tidak akan lebih dari satu menit. Iya, satu menit dirasa cukup untuk menyampaikan apapun dalam musik mereka. Singkat, padat dan keras!.

Sumber foto : Press release Yes No Wave Music

BACA JUGA - Kolibiri Rekords Segera Jalankan Tur Program Bernama ‘Flowr Gang’

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner