Musik Pesisir Mendadak 'Sendu'; Irama Pantai Selatan Lepas

Musik Pesisir Mendadak 'Sendu'; Irama Pantai Selatan Lepas "Khayalan Rakyat"

Foto dan artwork didapatkan dari siaran pers. Kredit foto tidak disertakan, artwork: Sigit Ezra & Cita MR.

Tidak seperti biasanya, di mana pesisir dan kehidupannya jadi bahasan, kali ini Irama Pantai Selatan merilis sebuah single yang tak ubahnya sebagai sebuah himbauan. Lewat "Khayalan Rakyat", kita diajak untuk mawas diri dan tidak berharap terlalu tinggi.

Setelah melepas single berjudul "Jelita" pada Januari lalu, duo Arief dan Sigit dalam kolektif musik Irama Pantai Selatan kembali merilis single. Kali ini, yang mereka rilis adalah karya berjudul "Khayalan Rakyat". Ini merupakan single kedua untuk debut album mereka, Dendang Samudra yang akandirilis dalam waktu dekat.

Sebenarnya, penggarapan dan rencana perilisan lagu "Khayalan Rakyat" sudah siap sejak beberapa bulan ke belakang. Sialnya, kita ditempa wabah Covid-19 yang dampaknya membatasi ruang gerak karena diharuskan melakukan karantina mandiri. Namun, Irama Pantai Selatan akhirnya mampu mengatasi kendala tersebut dan merilis "Khayalan Rakyat" sebelum disusul album penuh dalam agenda mereka.

Mengusung musik maritim pop, Irama Pantai Selatan menyuguhkan ragam musik yang sontak mengantar memori kita berada di atas pasir dengan suara deburan ombak sepanjang waktu. Tapi, di "Khayalan Rakyat", ada tawaran suguhan musik yang berbeda. Jika biasanya nuansa pantai sangat kental dalam karya-karyanya, kali ini Irama Pantai Selatan mengeksplorasi permainan musiknya lebih jauh: menggabungkan gaya mereka bermusik dengan unsur ukulele dan musik ragtime yang populer di era tahun 40-50an dengan permainan violin yang dinamis.

Selain dalam segi musik, tematik pun terbilang berbeda dibandingkan karya mereka yang lain. Tidak membahas tentang pesisir dan kehidupan di pinggir laut, di lagu "Khayalan Rakyat", ada unsur perkotaan dan kesenjangan sosial sebagai topik yang dibahas. Lagu ini tak ubahnya sebuah himbauan untuk semua orang agar sadar diri dan tidak berharap terlalu tinggi.

Penyampaian pesannya mereka tuangkan dalam sebuah kisah, yaitu tentang seorang bujang pesisir yang mencoba berkenalan dengan putri saudagar. Namun, ia ditolak mentah-mentah karena penampilan dan kelas sosial yang berbeda. Selayaknya seorang putri saudagar, ia adalah seorang perempuan cantik, terkenal dan kaya raya sementara sang bujang pesisir hanya lelaki kumal, lusuh, rakyat jelata yang miskin pula. Si bujang harus berkaca, siapa dirinya.

Dalam proses kreatif, Irama Pantai Selatan dibantu oleh Ricky Virgana (White Shoes and The Couples Company) yang berperan sebagai produser, tak hanya untuk lagu ini tapi juga seluruh materi dalam album Dendang Samudra. Mereka merasa menggandeng Ricky adalah sebuah keputusan yang tepat, mengingat keduanya memiliki ketertarikan yang sama akan musik populer Indonesia di masa lalu yang menjadi referensi utama lagu dan album mereka.

Proses perekaman instrumen dilaksanakan di Studio Vakansi, Tebet, sementara vokal direkam di Odessa Studio, Darmawangsa. Mixing dilaksanakan di Studio Masak Suara, Karang Tengah oleh Firzi O, sementara mastering di Shane's Lab Studio, Pamulang oleh Rhesa Aditya. Selain Arief yang mengisi vokal dan Sigit yang mengisi ukulele, ada pula Rama Cristna untuk instrumen piano, Rolanda Sasongko untuk biola, Fadly Tri Cahyadi untuk bas dan Janito Siagian untuk drum/snare. Juga, Sigit bersama Dandi Ukulele, Ricky Virgana, Fadly Tri Cahyadi dan Rangga Dananditya mengisi untuk bagian suara latar. Untuk artwork dikerjakan oleh Sigit Ezra dan Cita MR.

BACA JUGA - Terbaru Dari Irama Pantai Selatan ; Tentang Kembang Desa di Pangandaran

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner