“Let The Midnight Come”, Sebuah Hadiah Liburan dari  Marcel Thee dan Haikal Azizi

“Let The Midnight Come”, Sebuah Hadiah Liburan dari Marcel Thee dan Haikal Azizi

Sumber foto : Diambil dari rilisan pers Nakatomi Plaza

Menurut pemilik label Orange Cliff Records, Anindito Ariwandono, musik Nakatomi Plaza memberikan warna tersendiri. “Mendengarkannya terasa seperti momen nostalgia yang saya sendiri tidak tahu nostalgia nya darimana

Nakatomi Plaza adalah nama  dari duo musik yang referensinya diambil dari sebuah lokasi dari film aksi 80-an Die Hard ­– film yang tokoh utamanya susah sekali mati. Dibalik duo musik ini, ada dua sosok penting dalam pergerakan di kancah skena arus pinggir. 

Terdiri dari vokalis dan multi instrumentalis Sajama Cut, Marcel Thee, dan vokalis Sigmun serta musisi solo yang dikenal dengan nama Bin Idris, Haikal Azizi, keduanya sepakat membentuk proyek musikal di bawah label independen asal Bandung, Orange Cliff Records. Lewat label ini pula, Nakatomi Plaza sudah merilis single berjudul “Let The Midnight Come” via berbagai kanal digital, tepat pada hari Natal lalu, tanggal 25 Desember 2020. “Semacam hadiah liburan” jelas Marcel.

Lagu “Let The Midnight Come” ditulis oleh Marcel dan Haikal, dengan lirik gubahan Haikal. Marcel yang memainkan synthesizer, drum, dan vocal latar dan Haikal bertugas mengisi vocal utama, serta gitar ritem dan juga lead, ditemani oleh pemain bass Circarama; Kiting. Musik Nakatomi Plaza cenderung bernuansa old-school industrial dengan sentuhan post-punk / new wave.

Haikal sedikit bercerita dalam isi siaran persnya, bahwa proyek ini dia anggap mengasyikkan karena Haikal mengerjakannya hampir tanpa beban. “Semua bentuk awal lagu datang dari Marcel dalam bentuk beat dan layer-layer synth, saya tinggal meresponnya sesuka hati dengan vokal dan gitar.”, ujar Haikal. Di awal-awal, Haikal mengaku agak “kebingungan” dengan corak musiknya, namun adaptasi tidak berlangsung lama karena ia pun menemukan banyak hal baru dari kolaborasi ini. “Marcel Thee adalah mercusuar indie indonesia.”  

Ihwal kali pertama duo musik ini bisa terjadi sebenarnya terjadi sekitar tahun 2017, sebaliknya Marcel Thee menambahkan, “Gue sudah lama menjadi penggemar musik Haikal,” tutur Marcel. “Baik di Sigmun ataupun solo-nya, dia selalu membawakan sentuhan yang unik, tidak biasa, dan 'berani'”, tambahanya. Menurut Marcel, ia mulai berpikir untuk mengajak Haikal kolaborasi setelah melihatnya tampil solo di Recollecting pada tahun 2017, acara rutin yang dibawakan oleh Sajama Cut serta ruang kreatif Sunset Limited.

“Gue terkesima melihat permainan Haikal yang dinamis, padahal dia hanya mengandalkan gitar akustik dan beberapa efek,” ingat Marcel. Musisi yang memiliki banyak projek musikal di luar Sajama Cut ini (Strange Mountain, Roman Catholic Skulls, The Knife Club, The House of Faith and Mirrors) mengatakan senang bahwa Haikal menjadi vokalis utama di Nakatomi Plaza - “Suaranya berkarakter, dan gue senang bahwa ada projek dimana penyanyinya bukan gue” tambahnya.

Menurut pemilik label Orange Cliff Records, Anindito Ariwandono, musik Nakatomi Plaza memberikan warna tersendiri. “Mendengarkannya terasa seperti momen nostalgia yang saya sendiri tidak tahu nostalgia nya darimana - yang terbayangkan hanya playset Mighty Max dan karpet hotel bertabur serpihan coklat Kinder Surprise yang telah leleh, dan bukan karena nama Nakatomi Plaza itu sendiri karena saya belum pernah menonton Die Hard sebelumnya”, ujarnya.

Cover art dari singel ini dibuat oleh oleh artis kolase Muchammad Rifqi yang dikenal dengan nama DestroyxStairs. “Let the Midnight Come” sudah dapat didengarkan di Spotify, Apple Music, Deezer, Amazon, dan kanal-kanal digital lainnya sejak tanggal 25 Desember 2020. Selamat menikmati

BACA JUGA - Refleksi Rimba Akan WSATCC Diwujudkan dalam Single “Not a Couples Company”

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner