Hajat Hujat Pribumi dan Ideologi Dialog

Hajat Hujat Pribumi dan Ideologi Dialog

Mendengarkan album Hajat Hujat dari Pribumi dan Ideologi Dialog (PID) ini seperti merayakan hujatan. Hujatan kepada fatamorgana, deja vu sebuah kebobrokan, masyarakat yang mengambang, industrialsisasi dan komersialisme, kelas-kelas masyarakat yang melahirkan keruntuhan moral. Objek-objek hujatan ini seiap hari kita alami, kita terbiasa dengannya, dan yang parah mereka bahkan dilegalisasi, dianggap wajar, diundang-undangkan, bahkan diwariskan turun temurun dan diwajarkan sebagai sebuah takdir. Kita bangun setiap hari bersamanya, merayakan hidup sesuai tarikan napas yang disadari sejak terbangun pagi, menjadikannya sebagai bagian dari hajat hidup kita sendiri dan mewarnakannya sebagai hajat hidup orang banyak di mana kita hidup.

Tengoklah lagu “Antek” yang mengisahkan sebuah hujatan skeptik atas kebenaran yang rentan dibolak-balik, atau nomor “Hajat Hujat” yang menampilkan sampling karya Benny B dan berkisah mengenai semakin terbiasanya kita hidup diantara hajat-hajat yang seharusya dihujat. Di nomor “Dibungkus Diam” PID kembali menyuarakan hujatan atas masyarakat yang munafik, sinis, tertutup, para pencandu rupiah yang menyusun anak tangg lagu yang membangun tembok kasta. Lagu ini menghadirkan sampling karya Swans Hellowrhumb. Di lagu “Laksmana (Skit)” PID berhenti bicara. Ia malah menghadirkan satu karya sunyi mencekam musik nuansa 1960an, sebuah antikuitas yang mengancam dalam sunyi. Satu nyanyian sederhana, “...laksmana sayang matiah ditembak, laksmana sayang mati dibunuh...

BACA JUGA - Rootbois Back In Town

Pun di nomor “Gita Malam” yang menyertakan sampling Prana Wengrum dan “Malam Yang Karam” yang mengisahkan ketamakan dan keserakahan yang melahirkan tsunami dalam diri, filsafat yang karam melawan pahit dan getir, dan akhirnya menjadi manusia bisu di hadapan azab-Nya. Juga lagu  “Sehabis Hujan” yang menyertakan Adrian Younge di sesi sampling, PID kembali melontarkan sebuah hujatan atas ilusi, egosentris manusia atas tuhannya, serta peradaban yang ingkar.

Akhirnya seperti potongan lirik lagu “Apokalipto Demo” yang menyertakan sampling karya Bach, Pribumi Ideologi Dialog adalah “...tanda dalam setiap epilog, menarik balik instrumen monolog, bar demi bar menerjang analog, beat dan rima menerjang tembok syair kontemporer bercampur paradok lepaskan suara sumbang dalam tembolok, tetap bergerak tak pernah berbelok...” Ya, betul, bagi saya album Hajat Hujat tak hanya sebuah pawai panjang dan lengkap mengenai hujatan. Ia adalah satu represetasi atas manifestasi pergerakan hiphop di Lampung. Satu pergerakan penting di ranah musik independen terutama di ranah musik hiphop dan refleksi pergerakan masyarakat yang dimotori oleh para seniman.

 

“...Semoga mesin waktu yang usang ini membawaku ke masa di mana

imajinasi tak berkerangka dan tidak arogan.

Hanya ada alphabet yang bermanuver sebentuk rima tanpa semiotika.

Hanya tanah prosa dan angin metafora tanpa kepentingan...”

 

Images: Jon Pasisian

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner