Balas Kampanye Politik dengan Seni Bersama KULTSE

Balas Kampanye Politik dengan Seni Bersama KULTSE

Masuk kedalam tahun pemilu di tahun 2014 ini, membuat banyaknya papan-papan reklame dari atribut peserta pemilu memenuhi pemandangan ruang publik. Dengan konten informasi yang muncul kebanyakan bersifat subjektif dan hanya berdasarkan rasa keindahan masing-masing kontestan. Ada pandangan bahwa warga seakan mudah percaya dan gampang mengikuti kehendak politik kepentingan dari peserta pemilu tersebut.

Menanggapi keresahan itu, sebuah gerakan seni yang menamakan diri KULTSE, mengadakan sebuah acara dan pameran bernamakan Balas Kampanye! yang bertepat di Bober Café, Jalan Sumatera, Bandung, Rabu, (12/3). Dalam press releasenya, gerakan berseni ini merupakan kampanye tandingan yang ingin membangun kesadaran di kalangan warga kebanyakan agar tidak pasrah dipersuasi oleh bujuk rayu politik saat ini.  

Dengan karakter yang unik dari setiap peserta pameran KULTSE, gerakan ini hendak menampilkan ekspresi yang berbeda serta sekaligus memberikan respon artitstik terhadap kampanye para konstestan dan peserta pemilu 2014.

Kita ngambil temanya dengan politik karena dekat dengan pemilu. Kalau untuk masalah pemilu tuh, kita sudah muak dengan poster-poster yang cuman gambar muka, lalu pilihlah saya, semua kaya gitu kan. Gak ada yang lain gituh, terus dari segi konten saya, jujur, bersih cuman tulisan aja gak ada secara visual bahwa itu program mereka, orang cuman liat mukanya doang,” ungkap Punjung Wratsongko sang pengagas acara.

Dalam acara ini juga dihadiri beberapa seniman Bandung seperti Jung W, Gustaff, Pidi Baiq, Ucok Homicide, Patty Harwig, Ori, dan masih banyak lagi. Selain seniman-seniman yang akan memamerkan karyanya, ada juga beberapa band yang akan memeriahkan acara ini, diantaranya Under The Big Bright Yellow Sun, Mr. Sonjaya, Nemesis, D’Ubz, Symphony Poliphonic, Flukeminimix.

Ucok Homicide selaku seniman yang ambil peran dalam KULTSE ini menyatakan tegas tidak peduli dengan pemilu dan seumur hidup tidak pernah nyoblos. “Karya saya cuman ngasih tau dengan media yang ada sekarang ini bahwa demokrasi yang ada sekarang itu bukan satu-satunya mode demokrasi. Jadi artinya orang berpikir bahwa demokrasi itu urusannnya sama pemilu, milih wakil milih caleg atau apalah. Padahal demokrasi yang apik itu bukan demokrasi yag sekarang kita pahami. Demokrasi itu adalah aktif untuk merubah sesuatu bukan aktif memilih sesuatu,” Ujar Pria bernama asli Hery Sutresna ini. Ucok sendiri menampilkan logo-logo imajiner di beberapa kejadian-kejadian krisis di daerah Indonesia. 

Konsep pameran ini digelar dalam 2 rangkaian acara. 
Berikut rangkaian acara Kultse:
Pertama, tanggal 12 – 23 Maret 2014 dilaksanakan di kafe Bober Tropicana jalan Sumatera. Mulai pukul 16.00 WIB.
Kedua, tanggal 26 Maret – 5 April 2014 di Galeri Taman Budaya. Mulai pukul 16.00 WIB.

Sumber foto: Yanyan Andryan dan Dokumentasi KULTSE

 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner