Cara SHELLIN Sikapi Kekalahan Tertuang di Single “Opia”
Sumber foto : Diambil dari rilisan pers SHELLIN
Lewat sebuah lagu berjudul “Opia” SHELLIN menuliskan ‘pesan’ tentang kekalahan yang dialami setiap manusia dalam fase kehidupannya
Sebuah lagu bisa berkisah tentang apa saja, dari mulai yang menyoroti sebuah kemenangan seperti halnya ketika Queen membuat lagu “We Are The Champions”, atau pun lagu-lagu ‘heroik’ lainnya yang disinyalir mampu menggugah semangat si pendengar. Namun ada juga lagu yang menyoroti hal lain dari itu, atau bahkan sebaliknya, seperti yang coba disajikan oleh kelompok musik SHELLIN yang mengetengahkan kontemplasi akan sebuah kekalahan dalam lagunya.
Lewat sebuah lagu berjudul “Opia” mereka menuliskan ‘pesan’ tentang kekalahan yang dialami setiap manusia dalam fase kehidupannya. Band asal Malang yang terbentuk tahun 2016 ini mengerucutkan interpretasi mereka akan sebuah kekalahan lewat balutan musik progressive/alternative rock, hasil racikan para persnonilnya, yakni Abo (vokal & gitar), Dwiky (gitar), Rifqy (Kibor), dan Icang (drum).
Single “Opia” sendiri merupakan episode lanjutan dari apa yang mereka torehkan sebelumnya di album berjudul Bhaskara, yang mereka rilis pada penghujung 2020 lalu. Tidak ingin berpuas diri terlalu dini mereka melanjutkan pijakan di belantika musik tanah air lewat single “Opia” ini.
“Pengecut, Ringkih, dan Lambat, Bodoh” merupakan penggalan lirik yang di jadikan sebagai tajuk utama dari Opia. Diakui oleh mereka jika cerita di balik single ini dimulai dari pengambilan nama Opia yang memiliki arti sebuah kondisi ketika kita menatap mata seseorang lalu kita bisa mengetahui apa yang ia rasakan. Apakah itu kegetiran, sedih, takut atau pun marah. Kata tersebut cukup mewakili apa yang ingin disampaikan oleh kelompok ini dalam single terbarunya. Terlebih lagi banyak anak muda saat ini yang cukup banyak mengalami rasa insecure akan dirinya sendiri dan sering merasa kalah akan keadaan dimana merasa tertinggal oleh orang lain.
Sebagai tambahan, single ini juga akan menjadi sebuah awal cerita “Tanah Terik Untuk Berdiri dan Mati”, yang nantinya akan bermuara di album terbaru SHELLIN. Tanah Terik Untuk Berdiri dan Mati merupakan sebuah tajuk yang ingin diangkat oleh SHELLIN, di mana hal ini merupakan runtutan cerita mengenai berbagai perasaan di dalam diri manusia, yang jika disentuh akan memicu masalah di dalam kehidupan.
Diakui pula oleh mereka jika single ini merupakan kontribusi terakhir dari Hasan Armani yang sebelumnya tergabung sebagai pemain di bass di band ini. Hasan sendiri telah resmi memilih keluar dari band, tepat setelah menggarap single “Opia”.
Masih dibantu oleh Rizqtsany dan Rifqy di mixing dan mastering yang mencoba memasukan elemen musik Industrial dalam lagu ini. Hal ini diakui mereka ter-influence dari Rammsetein, Mick Gordon, Nine Inch Nail, dan sejenisnya , yang merupakan eksplorasi yang baru dan belum pernah mereka masukan kedalam karya-karya mereka sebelumnya. Simak lagunya melalui tautan di bawah ini.
Comments (0)