Unknown Pleasure (Fanantisme, Koleksi, Prestis dan Investasi)

Unknown Pleasure (Fanantisme, Koleksi, Prestis dan Investasi)

words : Daniel Mardhany

Apabila dilihat dari sudut pandang tertentu, mengkoleksi merchandise & rilisan fisik juga bisa dimasukan dalam kategori investasi. Hobi yang berawal dari apresiasi akan musik ini bagi tidak sedikit orang berubah menjadi seperti candu. Berawal dari suka akan musik suatu band, lalu membeli albumnya, menonton konsernya dan mengenakan kaos cetakan resmi dan mengumpulkan merchandise yang berhubungan dengan band tersebut.

Banyak nilai jual dari merch / rilisan fisik dari suatu band yang semakin lama semakin bertambah nilai nya. Seperti hal nya harga tanah, tergantung si fans menghargai nilai dari barang tersebut dan juga para pedagang membandrol harga barang tersebut di pasaran. Fanatisme dari fans biasanya yang mempengaruhi nilai dari barang-barang tersebut.

Contohnya beberapa tahun lalu saya pernah menjual beberapa koleksi kaos band import saya dengan nilai yang cukup fantastis. Beberapa di antaranya laku diatas  Rp1.000.000,- dengan harga paling tinggi sekitar Rp2.000.000,-. Harga fantastis dari sebuah kaos Immolation - Canadian of Possesion tour cetakan tahun 1994. Kala itu US $ sekitar Rp.9.000,- sampai dengan kisaran Rp10.000,- dan rata- rata endbid (akhir masa tawar – menawar kaos lelang -red) kaos itu sekitar +- 200US$ di eBay. Bahkan ada seorang teman yang menawar kaos tersebut senilai harga di eBay dan terjadilah transaksi yang sebelumnya tak pernah terlintas di benak saya. Harga yang cukup mahal untuk sebuah kaos bekas bagi orang awam, tetapi (mungkin) bagi pembeli kaos bergambar setan menusuk malaikat itu adalah harga tersebut dipandang sebagai hal yang pantas karena memang sang pembeli teman saya ini nge - fans dengan band - nya, kaosnya hanya sekali di cetak pada era itu dan pasti ada kepuasaan dan rasa bangga kalo dia punya kaos prestisius tersebut .

Di skena lokal pun fenomena serupa mengenai melambungnya harga merch / rilisan fisik juga terjadi. Sebagaimana yang terjadi dengan kaos dan rilisan fisik import, apresiasi massa lokal untuk konsumsi rilisan fisik dan merch band lokal juga meningkat pesat. Contohnya sekitar 3  -4 tahun yang lalu, Boni ex-Deadsquad sempat melelang kaos Deadsquad kustom warna pink di twitter, dan ditutup dengan penawaran seharga Rp500.000,-. Saya pun sempat tercengang, ada fans (Deadsquad) yang memberi penawaran harga kaos itu hingga setengah juta.

Adam dari  Koil & Kubik, menjual workshirt dari album ke dua “Koil – Megaloblast” hingga Rp750.000,- dan kaos “Kubik - Velvet World and Lies” seharga Rp500.000,-. Arian”13” Arifin Seringai juga pernah membeli kaset band terdahulunya “Puppen – MKII” seharga Rp100.000,- sekitar 4 - 5 tahun yang lalu. Padahal pada saat rilisnya harga kaset “MKII” cetakan awal tak lebih dari Rp15.000,-
harga nilai jual barang - barang band lokal yg sudah masuk kategori langka juga tidak kalah dengan harga-harga band mancanegara.

Walaupun dijual dengan harga berkali - kali lipat dari harga dasar tapi tidak sedikit fans / kolektor yang tetap berburu dan membeli, kadang harga - harga jual barang tersebut ditawarkan oleh konsumen tapi banyak juga pedagang yang membandrol harga dari barang yang masuk kategori langka. Ada seller yang menjual dengan harga yang menurut saya wajar karna tingkat kelangkaan barang tersebut ada juga seller yang menjual dengan harga yang tak wajar menurut saya tapi kadang barang tersebut tetap laku terjual . Di dunia per-vinyl-an lokal juga kadang barang yang sebenarnya belum langka – langka banget dan baru rilis tapi memang sudah habis terjual pada saat release party nya beberapa hari kemudian sudah di jual lagi dengan harga yang lebih tinggi dan biasanya yang membeli adalah fans yang berasal dari luar kota karena tidak mempunyai kesempatan datang pada saat release party vinyl tersebut .

Beberapa bulan lalu di event “Records Store Day” saya berbincang dengan Jimmy (The Upstairs), soal harga vinyl The Upstairs yang melambung tinggi selang beberapa hari sejak rilisnya vinyl full album pertama “The Upstairs – Matraman”. Pada saat rilis vinyl yang di rilis Demajors Records itu, dibandrol dengan harga Rp250.000,- dan beberapa hari kemudian di Records fair "Terminal Musik Selatan" vinyl tersebut terjual dari Rp500.000,- - Rp800.000,-. Saat saya tanyakan ke Jimmy soal fenomena itu, Jimmy mengibaratkan dengan cerita kalo 3 album pertama Netral dirilis ulang dalam bentuk vinyl dan dan dia kehabisan mungkin dia juga akan membayar lebih dari harga standar vinyl tersebut karena dia memang suka banget sama album - album itu. Album - album itu memiliki memori personal dan influential bagi Jimmy pribadi. 

Harga dari barang - barang yang masuk kategori barang hobby memang berada di zona relative, dan kadang irasional. Terkadang kita bisa dapat barang yang sudah masuk kategori langka dengan harga murah atau standar, namun kadang kita harus mendapatkannya dengan harga yang tinggi. Walaupun umumnya harga barang – barang seperti ini meningkat, menjual barang segmented seperti ini memang tak semudah menjual emas walaupun harga seringkali meningkat seperti layaknya harga emas.

Layaknya barang - barang hobby, mungkin kaos band koleksi kalian dimata mereka yang awam dengan benda tersebut terlihat biasa saja dan tak bernilai lebih. Sama halnya seperti saya bila melihat batu akik, saya tak paham yang mana yang bagus dan bernilai tinggi. Hanya mereka yang benar - benar "into" yang tahu nilai dari barang-barang hobby tersebut.

Faktor link dan keberuntungan kadang berpengaruh disini. Banyak konsumen / fans yang keburu nafsu, dan membeli dengan harga tinggi dikarenakan mereka minim link untuk mendapatkan barang tersebut. Atau mungkin saja malas menunggu kesempatan, untuk mendapatkan barang yang sudah di incarnya.

Beruntunglah bila kalian mempunyai , mendapatkan dan merawat kaos, kaset, cd, dan vinyl  yang sekarang masuk kategori langka, karna nilai jualnya bertambah. Mungkin kalau kalian bosen , kepepet / dalam kondisi terdesak secara finansial bisa kalian konversi menjadi uang walau mungkin dengan perasaan berat hati menjualnya.  Kadang saya sering tergiur dengan penawaran dari mereka yang mengincar kaos / cd / kaset / vinyl yang saya miliki. Tapi banyak juga penawaran yang saya tolak karna kalo "berhala" itu terjual, Saya tidak bisa dengan mudah mendapatkan barang serupa dan harga nya pun sudah berkali - kali lipat, sehingga kemungkinan saya bisa mendapatkan barang serupa semakin tipis. Terkadang saya dan beberapa teman yang saya kenal, memiliki koleksian dobel untuk trade / barter, karena banyak para pecandu yang lebih memilih cara barter karena dianggap lebih fair.

Vokalis dari band death metal Ibukota, Deadsquad.

Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.

alaiumrecords@gmail.com

www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner