Tujuh Tahun Melumpur, Oplosan Musik Ekstrim dengan Adrenalin ala Rebel Dirt Bike

Tujuh Tahun Melumpur, Oplosan Musik Ekstrim dengan Adrenalin ala Rebel Dirt Bike

Bandung, November 2011—Sebelas orang memutuskan untuk melakukan sebuah perjalanan dengan menunggangi motor garuk tanah di tengah kondisi cuaca dengan intensitas hujan yang tinggi. Masing-masing dari mereka tidak terlalu paham pada banyak hal mengenai seluk beluk perjalanan menggunakan motor garuk tanah. Pengetahuan tentang mekanik, manajemen perjalanan, navigasi dan teknik mengendarai motor belum begitu mereka kuasai. Perjalanan ini bermodalkan hasrat untuk bermain bersama dan menjelajahi daerah-daerah terpencil dengan motor tunggangan kesayangan mereka. Merambah daerah yang belum pernah mereka jamah sebelumnya.

Sebelas orang berangkat dari Bandung menuju arah selatan Jawa Barat tanpa tahu akan menuju kemana dan berakhir di mana. Menembus hujan dan melewati malam di tengah dingin dan kabut pekat di kawasan pegunungan Ciwidey menuju Cidaun. Beberapa kali terhenti dengan banyak kendala teknis mesin dari beberapa motor yang mereka tunggangi. Aksi step motor di jalan menanjak dengan kondisi jalan rusak, lampu mati mendadak dan satu unit motor yang habis terbakar adalah bagian dari memori yang menjadi ukuran dari nilai persaudaraan yang mereka bentuk. Mental dan fisik mereka diuji hingga titik maksimal di tengah ketidakpastian yang mereka temukan di sepanjang perjalanan. Selama dua hari menjajal tanjakan curam, turunan terjal menembus gelapnya hutan dan berakhir dengan menyusuri garis pantai selatan Jawa Barat hingga berakhir di kawasan Pameungpeuk.


Tiga dari sebelas pendiri Rebel Dirt Bike. (Dari kiri ke kanan) Yuli (Jasad), Addy Gembel (Forgotten) dan Gabriel (Goredath) | Sumber foto: akun Instagram @yulijasad27, @addy_gembel dan @gabriel_thrash

Sebelas orang ini adalah para personil band cadas yang terdiri dari Yuli (Jasad), Adoey (Corleone), Okid (Gugat), Iko (Turbidity), Addy Gembel (Forgotten), Gabriel (Goredath), Kudung (ex-drummer Forgotten), Bobbie (Mud Reaper), Yagi (Mud Reaper), Kimo (Depravity Savage), dan Luky. Sebelas orang inilah yang akhirnya memutuskan untuk membentuk kumpulan musisi musik ekstrim yang mempunyai hobi bermain motor garuk tanah. Nama Rebel Dirt Bike dipilih karena kata "rebel" menjadi penanda bahwa mereka identik dengan komunitas musik ekstrim Ujung Berung Rebel. Hampir semua personil band yang tergabung di Rebel Dirt Bike berasal dari Ujung Berung. Seiring waktu, ada banyak musisi dengan hobi yang sama yang tertarik untuk bergabung bersama Rebel Dirt Bike atau disingkat menjadi RDB. Selain bersama musisi, jejaring RDB diperluas dengan mulai bersilaturhmi dengan komunitas motor garuk tanah yang telah ada terlebih dahulu. Di samping memperluas jejaring pertemanan, RDB juga banyak menimba ilmu dari komunitas trail yang lain.

Semenjak terbentuk, komunitas RDB terbilang unik dan berbeda dibandingkan dengan komunitas trail yang lain. Spirit yang ditonjolkan oleh RDB adalah musik ekstrim. Hal itulah yang menjelaskan maksud dari logo mereka yang mengusung tag line "1% skill dan 99% musick". Ciri khas itulah yang kerap muncul dari setiap desain audio dan visual yang kerap mereka munculkan. Penggunaan logo tengkorak, font huruf yang tajam dan tegas dan identitas band yang mereka usung kerap dimunculkan. Ditambah lagi, dalam setiap event petualangan yang mereka gelar selalu mengusung tema berdasarkan lagu dari Slayer, band yang akan selalu menjadi panutan bagi landasan musikalitas para personil band yang tergabung di RDB. Hal itulah yang kadang membuat komunitas ini terkesan eksklusif dan hanya untuk kalangan tertentu saja. Nyatanya, anggapan itu tidak salah. RDB memang menjadi wadah penggiat hobi petualangan motor trail dari para musisi ekstrim. Namun, secara aktivitas sama saja dengan komunitas trail yang lain: membetot gas motor di lintasan offroad hingga titik maksimal tanpa mengedepankan nilai kompetisi.


Salah satu event dari DCDC x Rebel Dirt Bike "East Agression", 2-3 September 2016

Ranah musik bawah tanah Kota Bandung tidak akan pernah sama jika Addy Gembel tidak hadir di era '90an. Bersama grup musik ekstrim yang dinamai Forgotten, ia lantang menyuarakan tentang hal-hal provokatif dan kontroversial, dengan dua jenis pilihan bahasa: frontal dan sangat frontal.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner