TRIBUTE TO LOCAL

TRIBUTE TO LOCAL

A Tribute to Local Collaboration: Mengubah Arak Jadi Hand Sanitizer

Saat kita kebingungan dengan tidak tersedianya produk sanitasi, petani arak menyediakan solusi, dan kolaborasi adalah kunci di saat pandemi. Dampak pandemi pada setiap orang berbeda-beda, sesuai dengan wilayah tempat tinggal, bidang pekerjaan, jumlah penghasilan, serta hubungan keluarga dan pertemanan.

Masyarakat urban dengan pendapatan harian dan kebutuhan sehari-harinya bergantung pada apa yang tersedia di warung, pasar, atau swalayan jauh lebih terdampak secara ekonomi dan kualitas hidup dibanding dengan masyarakat petani yang tinggal di pedesaan. Di Bali, industri pariwisata dan hiburan, termasuk event, adalah yang paling terpuruk.

Untuk saya, yang juga berprofesi sebagai musisi, bisa dibilang berkurang secara uang, namun di sisi lain bertambah secara waktu. Entah itu waktu bersama keluarga, waktu untuk kesehatan diri sendiri, waktu istirahat, atau pun waktu kreatif untuk memberdayakan apa saja yang ada di sekitar, serta mengingat-ingat bakat terpendam, menggali kemampuan dan potensi yang terlupakan.

Di era pandemi ini, bagian-bagian yang retak dan rapuh pada sistem semakin terlihat jelas. Ketergantungan pada impor akan barang-barang vital, seperti bahan pangan menjadi hal yang sangat rentan. Berkurangnya lahan-lahan produktif akibat alih fungsi lahan menjadi ancaman serius bagi stok pangan.

Kekuatan yang ada di masyarakat juga muncul. Di saat semua dianjurkan untuk jaga jarak (social distancing), justru solusinya muncul di hal kekerabatan sosial, dengan maraknya urunan, bantu-membantu dengan semangat gotong-royong. Bergesernya skala prioritas dan kesadaran akan potensi yang terlupakan sekonyong-konyong muncul ke permukaan.

Di awal pandemi, sekitar awal Maret, sempat terjadi krisis bahan-bahan sanitasi seperti hand sanitizer. Waktu itu, semua apotik dan supermarket yang saya kunjungi kehabisan stok barang ini. Kondisi ini membuat saya gusar, kok bisa? sesusah apa sih produksi hand sanitizer? Kenapa bisa langka, apalagi di saat-saat paling dibutuhkan seperti saat itu.

Kopernik, organisasi nirlaba, tempat saya bekerja, saat itu membentuk team tanggap darurat bencana terkait pandemi, dan agenda darurat utamanya adalah pengadaan APD serta barang-barang sanitasi yang dibutuhkan paramedis di Bali secara cepat, salah satunya adalah pengadaan hand sanitizer.

Tanya sana-tanya sini, google sana-sini, diketahui bahwa salah satu kabupaten di Bali, yaitu Karangasem, memiliki sekitar 1000-an petani dan pengrajin arak yang tersebar di wilayah kabupaten ini. Ketersediaan alkohol, sebagai bahan utama hand sanitizer, ternyata cukup melimpah.

Pesanan awal Kopernik, adalah alkohol 70% (membutuhkan penyulingan hingga 3 kali dari arak tradisional untuk kebutuhan arak minum yang biasanya hanya disuling sekali) sebanyak 500 liter terpenuhi secara cepat, melibatkan sekitar 50-an petani dan pengrajin arak.

Gede Robi

Vokalis dan gitaris band Navicula

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner