Tentang Dunia Panggung dan Keseruannya

Tentang Dunia Panggung dan Keseruannya

Setiap saya membayangkan sebuah panggung selalu saja ada dorongan dari diri saya untuk terus melahirkan inovasi baru dan berbeda di atas panggung

Kalau menurut lagu sih katanya dunia itu panggung sandiwara, tapi kalau bagi saya panggung itu dunia saya. Tempat yang membesarkan saya, di mana saya bisa jadi apa saja yang saya mau. Dari mulai main kabaret sampai main musik. Dari mulai yang malu-malu sampai ga tahu malu, itu semua saya rasakan di panggung. Saking sukanya dengan dunia panggung, akhirnya hal itu membuat saya jadi sering kelebihan energi buat membuat konsep panggung yang lain daripada yang lain. Jadi, kalau dipikir lagi soal kabaret dan musik sebenarnya cuma cara saya mengekspresikan diri saja, karena setelah dipikir lagi ternyata yang benar-benar saya cintai itu ya dunia panggung itu sendiri. Mau itu panggung kabaret atau musik, selama disana saya bisa merealisasikan ide atau imajinasi saya dalam bentuk pertunjukan sih rasanya senang-senang saja.

Sebelum membahas musik dan band saya, Kuburan, saya ingin menggaris bawahi tentang kabaret yang mungkin menjadi cikal bakal kenapa akhirnya saya bermusik bersama Kuburan. Kadang suka sungkan kalau disebut musisi, karena sebenarnya yang membuat saya terjun ke dunia musik juga diawali dari aktivitas saya bermain kabaret. Ternyata, saya menemukan benang merah antara kecintaan saya dengan panggung, kabaret, dan musik. Ketiganya jika dikerucutkan lagi bisa menjadi sarana saya merealisasikan ide saya.

Saya termasuk orang yang besar di panggung. Dari mulai menjadi penonton hal itu ternyata bisa menjadi trigger bagi saya untuk bisa jadi penampil juga. Uniknya lagi, setiap saya membayangkan sebuah panggung selalu saja ada dorongan dari diri saya untuk terus melahirkan inovasi baru dan berbeda di atas panggung. Misalnya saja ketika Kuburan diundang untuk tampil di sebuah acara yang mengusung tema pedesaan. Saking ingin sesuai dengan tema acara, saya sampai nyewa seekor kambing untuk dibawa ke atas panggung, agar terasa suasana pedesaannya. Padahal pihak panitia tidak sampai segitunya mengharuskan kami untuk segitu niatnya agar bisa sesuai dengan tema pedesaan. Lucunya, pada panggung-panggung awal Kuburan seringkali kami nombok demi memenuhi gimmick yang akan kami tampilkan di atas panggung.

Namun, lama kelamaan saya mengalami dilema juga dengan apa yang saya kerjakan. Kecintaan saya dengan panggung dan membuat konsep pertunjukan kemudian menemui kendala ketika saya di band harus bermain drum juga. Seringkali ide saya tidak terealisasi karena saya kerepotan sendiri, antara bermain drum dan mengatur konsep pertunjukan. Karena hal itu, akhirnya saya berinisiatif untuk mundur dari posisi drummer dan fokus membuat konsep panggung untuk Kuburan. Nama kerennya sih saya ini CEO dari band Kuburan hahaha.

Mungkin tidak sedikit orang yang menganggap jika Kuburan band yang penuh dengan gimmick, bahkan mungkin tidak terlalu fokus ke musiknya. Kalau saya sih menanggapi itu santai saja, karena memang dari awal saya ingin Kuburan itu bisa jadi penampil yang menghibur ketika bermusik di atas panggung. Maka dari zaman Kuburan punya tiga orang vokalis, sempat me-nasional dengan single “Lupa-Lupa Ingat”, sampai kemudian Kuburan ada dititik sekarang sih rasa ‘gegeloan’ di atas panggungnya jangan sampai hilang. Bahkan tidak hanya di atas panggung, tapi juga di ranah sosial media misalnya. Karena sekarang kita ada pada zaman serba digital tidak sedikit konsep-konsep ‘gegeloan’ di atas panggung kemudian direalisasikan dalam bentuk konten di sosial media. Misalnya saja dengan adanya karakter Pinky Cong. Saya pikir itu merupakan buah pikiran/konsep pertunjukan di atas panggung, yang akhirnya jadi karakter yang bisa ‘bermain’ di ranah digital.

Kembali ke urusan panggung. Sejak pertama kali saya memulai band Kuburan, saat itu pula panggung menjadi dunia saya. Bahkan mungkin jauh sebelum itu. Saya cukup mengamini lagu “Panggung Sandiwara” yang sempat saya jadikan pembuka untuk artikel ini. Ada satu bagian lirik lagunya yang berbunyi seperti ini “Setiap kita dapat satu peranan yang harus kita mainkan”. Itu jika dihubungkan dengan saya, saya pikir peran yang harus saya mainkan itu ya sebagai penghibur yang harus bisa menampilkan sesuatu yang membuat penonton gembira. Dulu mungkin peran saya di atas panggung sebagai penampil, sekarang peran saya dibelakang panggung sebagai konseptor. Dua duanya sama-sama menyenangkan, karena dua duanya sama-sama bertujuan menghibur penonton atau penikmat karya saya/Kuburan.

Ada semacam adiksi tersendiri ketika itu berhubungan dengan panggung. Ada kepuasan yang saya rasakan ketika saya bisa menuangkan ide/gagasan saya ke dalam sebuah konsep pertunjukan. Ketika itu berhasil terealisasi besoknya ingin melakukannya lagi dan lagi. Tapi ya kalau masa sekarang mah jarang ya yang ngundang manggungnya juga hahaha. Buat saya yang memang besar di panggung dan telah merasakan keseruannya dunia panggung dan pertunjukan, rasanya ada sesuatu yang kurang jika kami, orang-orang panggung ini dibatasi ruang geraknya. Ya semoga saja pandemi memang benar-benar berakhir dan panggung-panggung pertunjukan bisa kembali ramai. Aamiin.  

BACA JUGA - Musik Etnik Kembali Bergeliat

Dino 'Kuburin'

Dino merupakan bagian dari band Kuburan. Sempat menjadi drummer band ini, sampai kemudian Dino beralih posisi menjadi CEO Kuburan yang bertanggung jawab untuk urusan konsep pertunjukan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan gimmick Kuburan. Selain itu, Dino juga merupakan seorang co-host untuk program DCDC X Ngedrum School yang bisa disaksikan di kanal Youtube DCDC TV

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner