Tenang, Kita Bangsa Kuat!

Tenang, Kita Bangsa Kuat!

Saya rasa kita adalah bangsa paling adaptif di muka bumi ini, bagaimana tidak kalau kita melihat sejarah jauh ke belakang, banyak hal-hal, atau bahkan tumbuhan dan hewan yang sebenarnya bukan berasal dari bumi nusantara ini, namun dengan sangat kreatif hal-hal tadi menjadi seolah menjadi budaya nusantara. Kalau bisa saya ambil contoh dalam musik, mungkin dangdut itu bukanlah hasil dari evolusi budaya musik bangsa ini, namun bisa dibilang dangdut adalah hasil penyerapan kita sebagai seniman yang mengadaptasi dengan baik influence dari asia timur dan utara, lalu dikombinasikan dengan apa yang kita sudah punya.

Seperti halnya juga keroncong, saya selalu menganggap keroncong adalah musik asli indonesia yang lahir dari modifikasi rhitmic dari gending Jawa. Namun ternyata saya salah, keroncong adalah serapan budaya dari portugis, bangsa yang jauh di eropa sana. Lalu dalam perihal flora dan fauna kita, sapi bukan binatang asli nusantara, tapi di pulau madura karapan sapi adalah satu-satunya balapan sapi di dunia. Dendeng balado, rendang, dan masih banyak lagi hasil olahan dari sapi yang menjadi anak budaya nusantara. Padi, singkong, tembakau, cabe terlalu banyak untuk saya sebutkan semua ini, dan seperti kita ketahui akibat dari barang-barang tadi munculah hasil yang memang menjadi ciri khas asli nusantara seperti getuk, sambal, kretek, dsb.

Ok, mungkin saya terlalu jauh, tapi yang ingin saya katakan disini adalah kita sebagai ras atau bangsa bukanlah berada pada urutan ke sekian seperti pandangan yang dibuat oleh Hollywood, atau dunia barat, yang membuat kita terkurung dalam hegemoni utara. Biarkan mereka beranggapan demikian, tapi kita tunjukan sekali lagi bahwa kita adalah bangsa yang mampu beradaptasi dengan baik dengan hal apapun.

Kami para musisi/para pelaku seni banyak sekali yang tidak malu-malu atau sungkan untuk memperkenalkan bisnis baru mereka pada era pandemi ini. Ada yang berjualan makanan, ada yang buka warung, bahkan ada yang berbisnis telur ayam! Sebagian besar sudah membuang jauh gengsi mereka untuk memulai sesuatu dari awal lagi. Banyak kru panggung yang saya tahu menjadi pekerja kasar, baik di pelabuhan, bangunan, atau pasar. Bahkan sahabat saya sendiri orang yang paling berjasa buat saya saat tour, sekarang berjualan sate ayam dan ayam bakar. Apakah dia sengsara? TIDAK! Kami tetap tertawa dan bercanda saat bertemu “hanya sedikit kenyamanan yang hilang bang” tutur nya. Kerennya kebanyakan mereka melakukan ini dengan sangat tidak malu-malu. 

Mari balik ke kemampuan adaptif yang dimiliki bangsa ini. Saya pribadi melihat secercah harapan dalam society ini. Kami para pelaku industri hiburan akan bisa melewati ini dengan baik, dan saya berani memakai kata melewati bukan berarti saya tahu ujungnya pandemi ini akan bagaimana. Akankah kehidupan balik seperti sediakala, atau memang dunia bergeser perilaku karena pandemi ini, namun apapun yang akan terjadi di depan, saya yakin, nusantara akan bisa menyambutnya dengan segala ke uletan yang dimiliki bangsa ini. Saya jadi teringat penggalan lyric dari band kesukaan saya...

“what ever tomorrow bring I'll be there, with open eyes and open arms” ~incubus

BACA JUGA - Anak Muda, “Orang Tua”, Musik Indonesia, dan Hari Ini

Dendy Sukarno

Dendy sukarno adalah seorang musisi, produser, mix engginer, yang sampai sekarang masih tergabung dalam grup Maliq n Dessentials. Selain berkutat dalam industri musik selama kurang lebih 20 tahun, Dendy juga punya passion yang besar dalam dunia literasi

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner