Sisi Nostaljik Punk Melodic

Sisi Nostaljik Punk Melodic

Pada akhirnya bernostagia dengan lagu-lagu punk bisa membuat saya kembali bergairah, karena seperti musiknya yang dinamis, rasanya punk akan selalu terdengar muda bagi saya

Untuk orang-orang  yang mengenal punk lewat sebuah pergerakan yang disuarakan lewat musik, punk pada akhirnya menjadi corong tempat mereka bersuara, menyuarakan keresahannya akan banyak hal yang tidak beres di sekitarnya. Dari mulai otoritas pemerintahan sampai hal-hal yang mengusik kenyamanan mereka dalam menjalani kesehariannya. Mereka berjejaring kala kata ‘anarki’ mereka terapkan sebagai bentuk penolakan sistem yang dibentuk ‘orang-orang berdasi’ yang menginjak hak hidup orang kecil, lewat sebuah trik politik, dan segala macam perniknya yang condong ke atas tersebut.

Namun nampaknya apa yang akan saya tulis tidak akan seserius itu. Saya akan menulis soal sisi nostaljik melodic punk dan bagaimana genre musik tersebut mempengaruhi saya selama ini. Pada perkembangannya, secara musikalitas punk hanya menyisakan turunan genre musiknya saja. Ya, lepas dari apa yang ditulis di atas, tentang apakah punk sebagai corong paham anarkisme atau sebagai alat ‘perjuangan’, beberapa musisi yang memainkan musik ini banyak juga yang hanya mengamini punk dari estetika gaya bermusiknya saja.

Salah satu yang paling popular dari turunan musik punk ini adalah pop punk, atau ketika era 1990 - 2000an awal dikenal juga dengan istilah melodic punk, yang mengarah pada pola pemilihan nada vokal yang melodius, dengan harmonisasi musik yang ringan dimainkan, dan mencangkup tema-tema remaja dalam kesehariannya. Mulai dari kehidupan perkuliahan, sampai problematika sejuta umat manusia perihal cinta.

Setidaknya ada dua tema besar yang paling sering mengisi lagu-lagu melodic punk tersebut, pertama tentang kenakalan remaja yang mungkin banyak terpengaruh American freedom yang dipopulerkan (salah satunya) oleh grup musik Blink 182. Kedua tentang persoalan asmara remaja era awal perkuliahan, yang juga sering diistilahkan dengan sebutan ‘college punk’ (atau bisa juga merujuk pada anak-anak punk sekolahan). Dua tema ini cukup popular untuk remaja belasan tahun, yang bisa dibilang masih ada di fase pencarian jati diri tersebut, dan merasa terwakili dengan dua tema besar ini.

Rocket Rockers adalah salah satu band yang pertama kali mengenalkan istilah college punk ini, ketika lewat album pertamanya yang berjudul Soundtrack For Your Life menangkap segala macam pernik kehidupan remaja belasan tahun di era awal kuliahnya. Mereka bercerita tentang mengagumi sang gadis pujaan hati lewat lagu “She’s My Cheerleader”, atau ketika dalam liriknya, sang vokalis mereka Ucay (sekarang sudah jadi mantan vokalis-red) berteriak penuh dendam kala mobil bobroknya tidak mampu menarik hati sang gadis pujaan, di lagu “Tragedi Tragis 1989”. Hal-hal itu menjadi relevan jika dihubungkan dengan remaja kala itu, yang merasa terwakili lewat album tersebut. Maka dari itu, seolah menyadari akan output yang Rocket Rockers suguhkan dalam albumnya, mereka menamai judul albumnya Soundtrack For Your Life.

Ketika bergabung dengan Sendal Jepit pun sebenarnya saya berangkat dari penggemar mereka terlebih dahulu, sebelum akhirnya mendapat kesempatan menjadi salah satu personilnya. Mungkin dibanding band-band punk seangkatan Sendal Jepit seperti Runtah misalnya, yang banyak menuliskan protes dan wacana-wacana ‘penting’ (bahkan sang vokalis, Pam rutin menulis pandangan dan kritiknya akan politik dan sosial lewat beberapa tulisan di newsletter yang dibuatnya bersama Riotic-red), Sendal Jepit seakan memilih untuk tidak berada dalam pola penulisan lirik seperti itu, dan sebaliknya mereka menuliskan cerita keseharian saja. Jika memang lagi senang, maka lagu yang dibuatnya pun tentang senang-senang, kalau lagi kesel ya lagunya pun sedikit ada marah-marahnya lah, dan seterusnya.

Dari melodic punk, pop punk, college punk, skate punk, sebenarnya saya hanya menangkap satu benang merah yang sama, yakni keberanian untuk tampil jujur dan apa adanya. Tentu punk yang dimaksudkan Superman Is Dead di album Kuta Rock City misalnya, akan berbeda dengan punk yang dimaksud Sendal Jepit di Ini Bukan Album Baru, dan Ini Bukan Album Metal, karena baik itu SID dan Sendal Jepit masing-masing punya latar belakang berbeda sebelum akhirnya mereka membuat karya dalam bentuk lagu.

SID yang berasal dari Bali kerap diidentikan pula dengan band ‘daerah’, maka mungkin secara sengaja atau pun tidak disengaja ada dorongan lebih dari mereka untuk membuktikan jika band asal Bali pun layak mendapat perhatian. Tidak melulu tentang band asal Jakarta, Bandung, atau Jogja. Maka ketika mereka menyematkan nama albumnya Kuta Rock City, SID seolah ingin menegaskan soal citra Kuta yang bisa lebih dari sekedar tempat melancongnya para wisatawan. Begitu pun dengan Sendal Jepit yang berasal dari Bandung. Penamaan Ini Bukan Album Baru, dan Ini Bukan Album Metal sebagai judul album pun seperti mampu menggambarkan karakteristik orang Bandung atau sunda yang katanya suka bercanda. Hal tersebut kebetulan sejalan pula dengan gaya anak-anak melodic punk yang banyak mengimani sesuatu yang nihilis, sebagai persona dari punk yang mereka percaya.

Namun, dua-duanya punya sisi nostaljik buat saya. Bagaimana ketika lagu-lagu Sendal Jepit nempel di telinga saya, dan buat saya yang waktu itu masih ABG tentu mendengar ketukan drum cepat ala band Bad Religion itu jadi suntikan energi tersendiri. Maka tidak heran jika beberapa skateboarder pun menjadikan lagu-lagu melodic punk sebagai soundtrack bermain skateboard. Karena gaya bermusiknya yang mampu memompa adrenalin dan cocok didengarkan, jika merujuk secara ritmisnya. Begitu pun dengan SID yang kala itu berhasil wara wiri di MTV. Saya pikir waktu itu punk lokal bisa naik kelas karena berhasil masuk MTV.  

Ada sedikit kebangaan untuk mengaku diri sebagai anak punk kala itu. Setelah mengimani Green Day, NOFX, Bad Religion, dan band-band punk luar negeri sebagai rujukan, nampaknya punk lokal juga saat itu mulai percaya diri memunculkan namanya ke permukaan. Dari mulai Bucksin Bugle, Nudist Island, Disconnected, Glory Of Love, hingga masuk era 2000an awal seperti Goodboy Badminton dan Danger Ranger. Uniknya, karena pertemanan dan lingkaran musik yang sama, beberapa diantaranya pernah melibatkan saya sebagai additional drumernya.

Pada akhirnya bernostagia dengan lagu-lagu punk bisa membuat saya kembali bergairah, karena seperti musiknya yang dinamis, rasanya punk akan selalu terdengar muda bagi saya. Cepat dan cekatan, hingga mampu memacu adrenali dengan semua estetika yang ada di dalamnya.

BACA JUGA - Romantisme ‘Indies’ 90an

Obo 'Sendal Jepit'

Obo merupakan drummer dari band Sendal Jepit. Selain itu dia juga merupakan salah satu pengajar di Ngedrum Skool, dan belakangan Obo rutin membuat konten di kanal Youtube Ngedrum

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner