Siapa Bilang Rilisan Fisik Tidak Bisa Jadi Seperti Emas

Siapa Bilang Rilisan Fisik Tidak Bisa Jadi Seperti Emas

“Iya juga ya, lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Masa depan juga tidak ada yang tahu.”

Benar sekali, masa depan tidak ada yang tahu. Dulu, bisa jadi rilisan mereka tidak begitu laku, tapi sekarang sangat dicari-cari para pengoleksi rilisan fisik band indie/underground lokal. Mereka akan mencarinya ke mana-mana, dari hunting ke toko-toko penjual rilisan fisik secondhand, mencari penjual online di instagram, ngulikin teman yang punya supaya bisa dijual ke mereka, sampai berburu ke pasar loak berharap mereka bisa menemukannya di tumpukan kaset dan CD bekas dengan harga rendah karena harga di pasarannya sudah tinggi.

Seperti yang saya bilang tadi, tidak ada yang tahu ke depannya bakal jadi seperti apa. Mungkin, dulu saat band indie lokal kita merilis kaset dengan harga jual 14.000 sampai 24.000 rupiah, sepuluh tahun berikutnya ada yang menjual kaset bekas pakai dari album mereka seharga 200.000 rupiah, dan untuk CD yang dulunya harga jual ketika rilis hanya 35.000 sampai 50.000 rupiah, dijual kembali seharga 400.000 rupiah oleh orang tersebut, dan tentunya jangan kaget kalau dengan harga segitu masih ada yang berani untuk membelinya.

“Kalau saja saya tahu rilisan fisik dari band indie/underground lokal bisa naik sampai sedrastis itu, pasti dulu saya membelinya ketika mereka baru merilis album dalam bentuk kaset maupun CD.”

Semua juga berpikiran seperti itu ketika tahu lonjakan harganya cukup signifikan. Tapi ingat teman-teman, kita tidak bisa kembali ke masa lalu seperti Nobita dengan mesin waktu milik Doraemon untuk mengingatkan kita di masa lalu untuk membeli rilisan fisik dan band indie lokal tersebut. Penyesalan memang datang belakangan, tinggal bagaimana saja kita menanggapinya.

Mungkin dulu sebelum kalian membaca artikel ini, ketika kalian menyukai band indie/underground lokal kalian hanya menonton mereka bermain live, mendengarkan mereka dari Spotify, Joox maupun melihat video klip mereka di YouTube. Sekarang lah saatnya kalian mulai membeli rilisan fisik band indie/underground lokal kesukaan kalian.

“Kalau emas kan belinya di toko perhiasan, kalau sekarang rilisan fisik bisa kita beli di mana ya? Biar tidak ada penyesalan lagi, karena sepertinya menarik untuk berinvestasi dalam rilisan fisik, apalagi kalau saya suka bandnya.”

Sekarang, kalian bisa membeli di beberapa toko rilisan fisik yang berada di kota kalian. Ada juga yang menjualnya secara online di Instagram, Facebook, atau aplikasi e-Commerce. Untuk band indie/underground lokal, tentunya mereka masih ada yang membawa rilisan fisik mereka ketika mereka bermain live di beberapa kesempatan, apalagi jika mereka sedang melakukan tur dalam negeri.

Ada juga event seperti Record Store Day Indonesia, yang di mana biasanya ada band indie/underground lokal yang melakukan rilis ulang album mereka dalam format yang berbeda, sehingga rilisan tersebut jadi bahan incaran para pengoleksi maupun para pedagang untuk mereka jual dengan harga berbeda kepada mereka yang tidak bisa mendapatkannya di saat rilis. Tentunya, di event itu juga banyak pedagang rilisan fisik yang melapak, biasanya event ini dijadikan ajang untuk menjual barang simpanan atau jagoan mereka yang di hari biasanya tidak mereka keluarkan, atau biasa disebut "kuncian".

Dalam beberapa hal, acara ini bisa dibilang sebagai main event-nya para penggemar rilisan fisik band indie/underground lokal maupun luar negeri dalam satu. Karena, acara tersebut hanya berlangsung sekali dalam setahun dan biasanya mengikuti tanggalan dari Record Store Day yang dilakukan juga di luar negeri.

Ghibran Anshar

Ghibran 'Gery' Anshar

Lahir pada 20 Juli 1992 di Jakarta dan tumbuh besar di sana. Memiliki ketertarikan pada musik dan rilisan fisik sejak Sekolah Dasar, dan kini mengumpulkan semua format rilisan fisik (CD, kaset dan piringan hitam). Menjadi manajer untuk @godplant.band sejak 2018. Bekerja di Quickening Jakarta, salah satu distributor merch dan rilisan fisik luar negeri atau impor. Empat tahun belakangan menjadi bagian dari panitia Record Store Day Indonesia.

"Karena saya menyukai Jepang, mungkin slogan Tower Records akan cocok buat saya: No Music, No Live."

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner