Sepotong Kliping dan Asa untuk Berlari Lebih Jauh
Mengintip kembali kancah metal di Indonesia melalui sudut pandang seorang jurnalis musik dari tanah Britania, sembari merawat harapan tentang penetrasi global.
“A week inside the world’s wildest scene,” bunyi kalimat yang terpampang di sampul majalah Metal Hammer edisi September 2019. Ya, teks tersebut ada pada edisi bersampul foto grup band Tool yang baru saja bangkit dari kuburnya itu.
Scene musik negeri ini kembali mendapat ekspos internasional lewat special feature tentang Indonesian Metal sepanjang empat halaman yang ditulis oleh jurnalis musik kawakan asal Inggris, Dom Lawson. Pria gondrong berjenggot lebat itu menceritakan pengalamannya selama sepekan berada di tengah komunitas yang dia sebut “the world’s most insane metal scene”.
Oke, kita boleh bangga dan menepuk dada (atau meringis dan curiga?!) atas klaim Dom Lawson barusan. Tapi, sepanjang yang saya tahu tentang profil dan integritas si bule Inggris tersebut, tampaknya kalimat itu tadi merupakan sebuah opini yang paling jujur. Bukan sekadar omong kosong atau basa-basi untuk menyenangkan sang “tuan rumah”.
“Kalian itu sungguh punya komunitas metal yang kuat dan solid. Di sini, semua band dan penggiat metal tampaknya saling kenal dan support satu sama lain. Terus terang, agak sulit untuk menemukan scene yang seperti itu di negeri saya sendiri, atau bahkan di Eropa,” ujar Dom Lawson kepada saya di sebuah hotel di Soreang, sehari sebelum final show W:O:A Metal Battle Indonesia (WMBI) 2019.
Saya memang sangat penasaran saat itu, dan ingin langsung menanyakan satu hal kepadanya: Kenapa sih kok kamu sering ke sini dan suka menulis soal kancah metal di Indonesia?
Comments (1)