“Sebelah Mata” dan Kampanye Keadilan Novel Baswedan

“Sebelah Mata” dan Kampanye Keadilan Novel Baswedan

Pada 2007, Efek Rumah Kaca (ERK) merilis debut albumnya. Album itu digadang sebagai penyelamat musik Indonesia. Saat itu industri musik Indonesia dikelilingi musik-musik pop melayu dengan kadar lirik “sampah”. Muncul Efek Rumah Kaca yang menyajikan musik pop segar dan kualitas lirik bernas. ERK memang muncul bak “messiah” yang menyegarkan kembali kejumudan musik Indonesia. Tak perlu waktu lama, debut album itu dengan cepat mencuri perhatian.

Salah satu lagu pada album itu dengan sangat mudah mencuri perhatian saya dan selalu menjadi lagu favorit saya. Petikan gitar yang halus dan kualitas vokal lirih yang dinyanyikan Cholil Mahmud (vokalis) membuat saya cepat jatuh cinta hanya pada pendengaran pertama lagu “Sebelah Mata” dilantunkan. Lagu “Sebelah Mata” memang bukan single jagoan di album itu dan tidak se-populer “Di Udara” atau “Desember”. Tapi entah kenapa, saya selalu merasakan perasaan yang emosionil ketika mendengarkan lagu “Sebelah Mata”. Terutama ketika ERK membawakannya di atas panggung. Salah satu momen yang paling saya ingat, ketika lagu “Sebelah Mata” dinyanyikan Adrian Yunan (ex-bassis) dengan penuh emosionil ketika ERK menggelar konser di Bikasoga, Bandung, tiga tahun lalu.  

Lagu “Sebelah Mata” tidak se-politis lagu “Di Udara” yang bercerita tentang pejuang HAM Munir dan juga tidak se-melankolis lagu “Desember” yang selalu membawa perasaan suwung ketika mendengarkannya. Tapi lagu ini justru merupakan lagu paling jujur. Lagu ini tentang perjuangan Adrian melawan penyakit yang merenggut penglihatannya. Ini jelas merupakan lagu yang sangat personal.

Lirik lagu ini secara tidak langsung memperlihatkan perasaan Adrian ketika mulai kehilangan penglihatannya. Seperti yang tertuang pada lirik: “Tapi sebelah mataku yang lain menyadari, Gelap adalah teman setia, Dari waktu waktu yang hilang”. Ada nuansa pesimis, sekaligus optimis dalam lagu ini. Lagu ini lah yang kemudian menjadi penyambung semangat Adrian untuk terus menjalani hidup meski harus ditemani “kegelapan”.

Peristiwa kehilangan penglihatan kemudian tak hanya dialami oleh Adrian Yunan. Setahun lalu, peristiwa tragis menimpa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan yang harus kehilangan sebelah matanya akibat disiram air keras. Kasus ini jadi perhatian masyarakat Indonesia di tengah perjuangan Novel Baswedan dan KPK yang tengah mengungkap kasus korupsi megaproyek E-KTP.

Sebagai salah satu band yang menyuarakan isu sosial politik, perjuangan ERK tak bisa dilepaskan dari isu-isu KPK. Saya ingat pertama kali ketika dukungan Cholil kepada KPK saat kasus Cicak vs Buaya beberapa tahun lalu. Dukungan ERK tak sebatas moril, tapi juga memobilisasi massa untuk melindungi gedung KPK pada saat itu. ERK juga beberapa kali diundang menjadi agen perubahan untuk mengampanyekan anti-korupsi pada berbagai acara musik. Jika musik memiliki konteks sebagai media komunikasi untuk perubahan sosial. ERK melanjutkan maraton tersebut.

Beberapa hari lalu saya melihat sebuah postingan di laman Instagram Efek Rumah Kaca (@sebelahmata_erk) yang mengajak masyarakat untuk ikut mengisi petisi dan ikut meng-cover lagu “Sebelah Mata” sebagai bentuk dukungan moril terhadap Novel Baswedan. Setelah sekian lama dirawat, Novel Baswedan akhirnya kembali ke KPK. Namun sayangnya, kasus penyiraman ini menguap entah kemana. Karena sampai sekarang pelaku penyiraman Novel belum tertangkap Atas dasar itulah, ERK mendorong massa agar berpartisipasi pada kampanye ini untuk mendorong aparat menuntaskan kasus penyiraman Novel.         

Nama Idhar Resmadi sudah dikenal di kalangan jurnalis musik tanah air. Music Records Indie Label (2008), Kumpulan Tulisan Pilihan Jakartabeat.net 2009-2010 (2011), dan Based on A True Story Pure Saturday (2013) adalah karya yang sudah ia rilis. Selain itu, ia juga merupakan peneliti lepas, pembicara, moderator, atau pemateri untuk bahasan musik dan budaya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner