Riot Grrrl, Rock 'n Roll, Revolusi

Riot Grrrl, Rock 'n Roll, Revolusi

Sumber foto: Kartika Jahja - The Jakarta PostCourtesy of Yusrizal / Sofar Sounds Jakarta | Yacko - YouTube. Sudah mengalami proses edit.

Musik, harus diakui, punya peran signfikan dalam mempopulerkan feminisme, pemahaman pada kesetaraan gender. Bahwa laki-laki dan perempuan pada hakikatnya sepadan. 

Yang masih lekat di ingatan barangkali gerakan Riot Grrrl beberapa dasawarsa silam, di awal 90an.


Foto: Bratmobile | Sumber: PageBD.com

Dipercaya pertama kali bermula di Olympia, negara bagian Washington, Amerika Serikat; manuver musikal ini melahirkan nama-nama seperti Bikini Kill, Bratmobile, Heavens to Betsy, Huggy Bear, Team Dresch, The Third Sex, hingga Sleater-Kinney.

Riot Grrrl ini memiliki akar punk rock yang kuat. Etos kerjanya segendang sepenarian: Do-It-Yourself, semangat merdeka-mandiri, rutin menerbitkan zine, campur sari kegiatan sosial dengan seni serta politik, pula pekat nafas aktivisme—dalam konteks ini: musik dan feminisme.

Selain aksi nyata turun ke jalan, di era Riot Grrrl inilah internet mulai dilibatkan. Antara aspal dan virtual. Isu-isu yang diangkat umumnya menyangkut seksisme, rasisme, homofobia, kekerasan dalam masa pacaran. Pun para pegiat dan penggiatnya rajin menyelenggarakan pertemuan, konferensi, juga konser yang mengedepankan partisipasi perempuan. 

Pertunjukan musik skala cukup besar yang jadi penanda lahirnya Riot Grrrl adalah International Pop Underground Convention. Festival yang berlangsung selama enam hari ini di hari pertamanya khusus menyasar perempuan. Perhatikan saja tajuknya: Love Rock Revolution Girl Style Now. Para seniwati punk rock dan queercore tampil sepanjang malam: Bikini Kill, Bratmobile, Heavens to Betsy, 7 Year Bitch, Kicking Giant, dan banyak lagi.

Rudolf Dethu memiliki beragam profesi. Mulai dari manajer band, penulis buku, jurnalis, pengamat musik, aktivis gerakan sosial kemasyarakatan, koordinator program kesenian, sempat menjadi penyiar radio cukup lama, pun menyandang gelar diploma di bidang perpustakaan segala.

Pernah ikut menyelenggarakan salah satu festival industri kreatif terbesar di Indonesia, Bali Creative Festival, selama 2 tahun berturut-turut. Namanya mulai dikenal publik setelah turut berperan membesarkan Superman Is Dead serta Navicula.

Belakangan ini, Dethu disibukkan utamanya oleh 3 hal. Pertama, Rudolf Dethu Showbiz, band management yang mengurusi The Hydrant, Leanna Rachel, Manja, Athron, Leonardo & His Impeccable Six, Negative Lovers, dan Sajama Cut. Kedua, Rumah Sanur - Creative Hub, di mana ia menjadi penyusun program pertunjukan musik dan literatur. Ketiga, MBB - Muda Berbuat Bertanggungjawab, forum pluralisme yang mewadahi ketertarikannya pada isu kebinekaan dan toleransi.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner