Pikirin Konten, Biar Nggak Impoten

Pikirin Konten, Biar Nggak Impoten

Disney juga semakin agresif memperluas dinasti hiburannya, mereka kini sudah membeli Pixar, Marvels, National Geographic, Star Wars, dan mengakuisisi Fox Entertainment sebesar 71 miliar dollar. Ini karena mereka sudah melihat big picture jauh ke depan, dan mereka sudah bisa memprediksi adanya peluang besar dari industri kreatif. Dan sebentar lagi, Disney akan meluncurkan Disney Plus, layanan langganan streaming hanya dengan tujuh dollar per bulan, kita sudah bisa menyaksikan konten gabungan film-film yang mereka produksi. Jadi bisnis ekosistem konten digital ini, memang akan jadi model bisnis potensial masa depan.

Nah, pada saat wabah maut global virus Corona, pertunjukkan musik secara fisik nyaris mati, semua anak band kehilangan pendapatan mereka setelah empat bulan berlalu. Kita memang harus terus melakukan aktivitas band, karena publik meski berhenti mendatangi konser, mereka masih terus mengkonsumsi musik, mendengarkan musik, menonton video konser live, dan menonton video klip kita. Artinya publik tidak berhenti dan masih terus menikmati konten digital.

Karena itu saya salut, menyaksikan beberapa band, ada yang masih merilis karya secara digital, meski kita semua mengalami tragedi. Dan bahkan muncul medium baru, buat band untuk menggelar virtual show secara digital, di antara mereka ada yang beruntung didanai sponsor, ada yang menggelar donasi atau sawer konser, sehingga pendapatan konser mereka diperoleh dari panggung digital. Konten digital yang kreatif menjadi penyelamat. Lantas timbul pertanyaan di kepala saya, konten digital apalagi yang bisa diciptakan?

Hidup kita kini dibanjiri oleh konten, kita menghabiskan waktu dan uang untuk menikmati konten yang tersedia, itu semua diletakkan di depan kita melalui YouTube, Instagram, vlog, blog, website, platform music streaming, wlatform movie streaming. Sekarang, aneka konten adalah sebuah lanskap kehidupan modern. Itulah yang sebenarnya tengah terjadi. Dan pada dasarnya, laku hidup kita adalah konten yang diperhatikan orang lain, jadi kita semua sebenarnya para kreator konten, kita punya modal awal berupa pikiran, ide dan imajinasi untuk membuat lebih banyak konten. Untuk apa sih? Yang agar bandmu tetap dikenali, ditemukan, bahkan dipublikasikan, ditayangkan, diliput, ditulis dan dikomersilkan dengan konten baru yang menarik. Terutama, agar citra band tidak gampang hilang dari benak publik kan?

Che Cupumanik adalah biduan dari dua band grunge, yakni CUPUMANIK & KONSPIRASI. Ia pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah independen bernama JEUNE MAGAZINE, selama 29 edisi.

Kiprahnya dalam dunia musik pernah ditulis dalam sebuah buku berjudul "ROCK MEMBERONTAK", ditulis oleh orang dari litbang KOMPAS bernama Eko Wustuk.

Selain sebagai musisi, Che juga sering menjadi pembicara. Dia pernah bekerja sama dengan institusi KPK, tur ke beberapa kota untuk melakukan klinik penulisan lirik antikorupsi. Dia pernah tampil sendiri dalam pentas monolog di bentara budaya KOMPAS.

Selain menulis artikel di beberapa media dan portal musik, Che termasuk dalam tim 'ROCKOTOR TV', sebuah channel TV di YouTube yang mengupas gerakan musik grunge nusantara. Che kini sedang menyelesaikan proyek album solonya, dan tengah menyelesaikan penulisan buku karya perdananya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner