Musik yang Aneh? Atau Selera

Bukan tanpa alasan sebenarnya saya menuliskan jika banyak band-band sekarang yang seperti asik sendiri di kamarnya masing-masing. Saya punya pengalaman menarik ketika membeli simbal bekas ke anak yang baru lulus SMA. Iseng saya ngobrol dengan anak itu tentang band-band Bandung. Sedihnya, si anak SMA tersebut hanya hafal dua band saja, padahal di Bandung ada ratusan band. Mungkin bisa jadi si anak itu yang kurang wawasan, atau analisa gembel saya memang benar kalau banyak band-band anak muda sekarang yang asik sendiri. Dalam contoh kasus anak tadi, padahal si anak ini orang bandung, dan dia punya band juga.

Apakah memang band-band Bandung tidak menjadi referensi dia dalam bermusik? atau memang karena band-band yang muncul itu-itu saja? sampai membuat si anak bosan dan tidak menjadikan band-band Bandung sebagai rujukan dia dalam bermusik. Apakah perlu pengkotakan genre musik agar selera mudah dikerucutkan? Atau sebaiknya bias saja agar setiap band yang ada berangkat dari semangat untuk eksplorasi musik sebebas mungkin?

Pertanyaan-pertanyaan itu cukup mengganggu sebenarnya, tapi saya juga tidak menemukan jawabannya. Band saya sendiri, The Highway banyak orang tempatkan dalam katalog pop punk, walaupun sebenarnya mungkin secara musik tidak terlalu pop punk juga. Ada beberapa eksperimen lain yang kami (The Highway) tambahkan, namun mungkin orang ada yang ngeuh ada yang tidak, atau mungkin yang jauh lebih menyedihkan dari itu, band saya akhirnya tidak ditempatkan dimana-mana, ke komunitas pop punk tapi tidak terlalu pop punk, masuk ke komunitas alternatif juga kok ya kaya pop punk, hahaha. Akhirnya saya tidak ambil pusing dengan itu, yang penting band saya terus aktif membuat karya. Apakah karyanya akan diterima atau tidak, mungkin sebaiknya tidak saya jadikan patokan juga. Mungkin musik memang akan menemukan pendengarnya sendiri.