Musik Metal dan Manfaatnya

Musik Metal dan Manfaatnya

Musik metal membantu mereka mendekati peristiwa kehidupan yang menantang, karena dengan musik metal kita dapat jadikan pelampiasan emosi bersamaan dengan menampilkan versi terbaik dari diri kita yang berbeda dari kebudayaan dominan

Manusia dapat menerima manfaat dari mendengarkan dan mempraktikkan musik. Genre musik apa pun disukai pastinya akan memiliki efek berbeda pada otak dan perilaku manusia. Selera musik bisa sangat personal dan bervariasi, De nora (2000) menyampaikan bahwa musik mempunyai kekuatan untuk memengaruhi suasana hati, dan menciptakan rutinitas, dan digambarkan sebagai karakter, struktur sosial, dan tindakan yang mempengaruhi. Lebih dari itu, banyak orang menganggap musik sebagai bentuk ekspresi emosional, atau bahkan representasi identitas seseorang yang seringkali dikaitkan dengan ingatan tertentu, baik positif maupun negatif.

Tetapi ketika wacana tersebut dibenturkan pada musik metal, cenderung ada banyak kesalahpahaman. Beberapa mitos memiliki tendensi memojokkan musik metal, padahal tidak sedikit peneliti musik metal banyak berusaha menerbitkan jurnal penelitian tentang manfaat musik metal terhadap kesehatan mental. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah apakah memang musik metal baik untuk kesehatan mental yang mengonsumsinya? Artikel yang saya tulis ini akan mencoba untuk membahasnya. Namun sebelum itu mari kita bahas beberapa kesalahpahaman yang dialamatkan pada musik metal.

Jika melacak jejak sejarah, tantangan awal terjadi pada tahun 1985-an ketika The Parents Musical Resource Center (PMRC) sebagai komite di Amerika yang bertugas meningkatkan kontrol orang tua terhadap akses anak-anak mereka dalam bidang musik. Pada waktu itu terdapat beberapa musik yang dianggap mengancam moral anak-anak mereka. Lagu-lagu yang dikontrol adalah yang memiliki kekerasan, narkoba, atau tema seksual, jika terdeteksi maka akan diberikan label album dengan stiker Parental Advisory (Kahn-Harris, 2007). Tuduhan keras yang dialamatkan kepada musik metal dengan adanya kasus pembunuhan dan bunuh diri. Menurut PMRC musik metal menjadi salah satu penyebab kasus pembunuhan dan bunuh diri di Amerika. Bahkan di tahun 1990, Judast Priest pernah digugat ke pengadilan karena pesan dari album lama mereka “Stained Class” yang dirilis tahun 1978 dianggap sebagai penyebab dua orang pemuda asal Nevada bunuh diri. Menanggapi peningkatan kekerasan senjata di Amerika Serikat tersebut, kampanye melawan musik metal diluncurkan pada 1990-an. Beberapa menyalahkan musik metal atas meningkatnya kejahatan kekerasan, mengklaim bahwa itu seksis, keras, dan marah.

Salah satu sumber menyebutkan bahwa pada tahun-tahun selanjutnya skena musik metal juga mendapat tekanan besar. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan metalheads hampir di seluruh belahan dunia mendapat respon negatif dari pemerintah dan kelompok keagamaan. Insiden-insiden terisolasi semacam ini telah terjadi di seluruh dunia, dan tidak ada yang mendapat perhatian besar dari media.

No

Tahun

Kota/ Negara

Kasus

1

1991

Inggris/Nottingham

 

 

Penyitaan sebuah label rekaman karena kasus penipuan oleh polisi

2

1996

Amerika, Australia, Jerman dan Rusia

Pada bulan Mei 1995, Senator AS saat itu, Bob Dole menuduh Cannibal Corpse telah merusak

karakter nasional Amerika Serikat. Efek dari kasus tersebut terjadi penyensoran

3

1997

Mesir

Sekelompok pemuda Mesir kelas menengah dan atas ditangkap dan dituduh menyembah setan setelah rekaman musik metal dan ditemukan di rumah mereka.

4

1999

Amerika

Kandidat presiden Gary Bauer menyerang

sejumlah artis 'anti-Katolik', termasuk 'kelompok musik homoseksual “Rotting Christ”

Situasi ini kemudian seolah diperburuk oleh beberapa penulis yang menyatakan bahwa musik metal telah memberikan dorongan untuk kepanikan moral di seluruh dunia (Christe, 2003; Klypchak, 2007; Walser, 1993; Weinstein, 2000). Metal seringkali dituduh membujuk orang muda untuk menganut satanisme, melakukan bunuh diri, kejahatan, penyimpangan, penyalahgunaan narkoba, dan alkohol. Seorang sosiolog asal Inggris bahkan mendeskripsikan metal sebagai praktik transgresif, yang mengacu pada pendobrakan batas-batas musik dan non-musikal yang dilakukan pelaku metal (Kahn-Harris, 2007). Band-band metal Indonesia juga tidak lepas dari dari dampak negatif tersebut, salah satunya  adalah band Black Metal fenomenal asal Ujung berung Bandung, Sacrilegious yang pernah dikaitkan dengan wacana bangkitnya musik setan yang menjadi headline di Tabloid Adil tahun 1997 yang kemudian menarasikan isu Satanisme di skena metal  Indonesia (Baulch, 2007).

Dilansir dari www.psychcentral.com muncul juga beberapa mitos seperti metal yang membahayakan otak, musik metal mendorong kemarahan, diasosiasikan dengan kekerasan dan kejahatan. Kemudian cukup jelas juga dijelaskan bahwa mitos tersebut tidak sebanding dengan bukti ilmiahnya. Korelasi kerusakan otak atau kecerdasan dengan musik metal masih belum ditemukan buktinya. Mitos bahwa musik metal memproduksi kemarahan telah dibantah oleh Sharman dan Dingle (2015) yang menemukan musik metal dapat mengatur kesedihan dan meningkatkan emosi positif. Kemudian, terkaitnya metal dengan kekerasan dan kejahatan kemungkinan besar muncul dari orang yang bukan penggemar metal, karena walaupun musik, lirik, dan penampilan musisinya terdengar agresif, ofensif, mengancam, atau lirik yang tidak biasa dalam kacamata kebudayaan dominan, namun dari sudut pandang penggemar metal, mereka melihat musik tersebut sebagai upaya kreatif dan ekspresi seni yang melepaskan diri dari genre arus utama.

Namun demikian, kesalahahaman tersebut kini telah bergeser jauh dari pemikiran-pemikiran awal. Metal tidak hanya dianggap berbahaya secara langsung bagi pikiran remaja, tetapi juga dapat memberikan manfaat. Dengan demikian, selama sekitar dua dekade terakhir, perubahan menarik telah terjadi dalam penelitian sosial-psikologis tentang musik metal. Para peneliti telah menawarkan pendekatan baru untuk lebih menjelaskan variasi di dalam kultur metal. Seperti bidang mapan lainnya, studi sosial-psikologis metal telah bercabang menjadi penelitian sub-subkultur tertentu, baik agama, geografis, politik, teknologi, dan atau jenis lainnya.

Seperti umumnya disampaikan bahwa musik metal biasanya ditampilkan dengan sound gitar yang keras dan energik, teknik vokal growl dan scream, gitar yang di tuning rendah, dan ketukan drum dengan tempo cepat. Tetapi jika cokelatfriends menyukai suaranya, genre musik unik ini dapat berdampak positif bagi kesehatan mental, terutama memproses emosi kemarahan dan menghilangkan stress. Berdasarkan riset yang pernah saya lakukan, bagi pelaku metal -terutama musisi- energi tingkat tinggi yang menjadi karakter khas musik ini dapat membantu memberikan pelepasan emosi, apalagi ketika manggung di depan puluhan ribu penggemar.

Jadi apa yang dikatakan riset lainnya tentang hubungan metal dan kesehatan mental? Sebagian besar riset tentang efek kesehatan musik berpusat pada kemampuannya untuk menenangkan kita dan menghilangkan stres. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian ini telah berkembang ke arah baru yang menarik dan mengejutkan, beberapa temuan terbaru antara lain seperti yang disampaikan Kuhn (2002), mendengarkan  musik metal bermanfaat bagi tubuh dan pikiran, bahkan dapat membantu sistem kekebalan tubuh.

Hinhin Agung Daryana

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin 'Akew' adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner