Musik Folk Indonesia “Kembali” Berjaya dan Ada Dimana-Mana. Alasannya?

Musik Folk Indonesia “Kembali” Berjaya dan Ada Dimana-Mana. Alasannya?

Bagi para penikmat musik, gigs, rilisan fisik, atau pun update dan tren musik terkini, pasti sering melihat, mendengar, ataupun menyaksikan talent dengan genre folk. Beberapa tahun belakangan, sering kita lihat di gigs—dengan skala lokal atau pun nasional—“hampir selalu” muncul line up yang mengusung genre folk, baik dalam format duo, grup, band, atau solo. Melalui platform digital atau bahkan Instagram yang hari ini menjadi pilihan dalam mempromosikan band, selalu bermunculan band folk baru. Kenapa genre folk saat ini begitu populer?

Sebelumnya, kita bahas dulu mengenai folk itu sendiri. Saya bertanya pada beberapa teman terkait musik folk. Beberapa beranggapan bahwa musik folk adalah musik akustik, ada lagi yang berkesimpulan musik folk adalah musik rakyat, ada lagi yang memahami musik folk adalah musik sederhana yang mngusung kebebasan. Buat saya pribadi, hal ini tidak salah, apalagi melihat perkembangan “iklim” musik folk Indonesia modern yang terus berkembang secara massive, bahkan tercampur dengan budaya bahkan bahasa ibu, sehingga memunculkan karakter Indonesian folk yang kuat.

Jika melihat folk secara umum, folk sendiri memiliki arti kesederhanaan, musik rakyat, juga masuk dalam kehidupan sehari-hari, di mana unsur tradisi dan budaya kuat dalam musik folk. Konsep kesederhanaan dalam tradisi yang dimaksud di dalam folk berbeda dengan musik etnik. Perbedaannya ada pada pengambilan unsur dasar, misalkan folk berpondasi dalam tradisi dan budaya rakyat terkait keseharian, sedangkan world music (musik etnik) memiliki unsur-unsur sakral yang kuat, mengandung aturan, bahkan kode etik.

Secara musikal dan aransemen, musik folk memiliki keterkaitan dengan budaya, bahasa, dan kebiasaan yang sifatnya normative, atau tidak tercermin dari masing-masing kultur masyarakat di tiap negara (seperti folk di Indonesia memiliki perbedaan persepsi, konsep pikiran, dan musikalitas jika dibandingkan musik folk di Irlandia). Adat, budaya, serta tata bahasa menjadi salah satu poin penting yang menjadi “pembeda” musik folk di negara satu dan lain.

Karakteristik umum berikutnya adalah alat musik yang digunakan. Secara kebiasaan, folk menggunakan alat musik sederhana yang dimiliki dalam kultur bermasyarakat, seperti ukulele, gitar, cigar guitar, lapsteel , akordeon , dan lain-lain. Dari dulu hingga sekarang, penggiat aktif musik folk masih bertahan dengan sentuhan analog, seperti instrumen akustik dan lainnya. Walau pun pada praktiknya, para penggiat folk sendiri menggabungkan unsur-unsur lain, seperti notasi etnik, namun penggunaan unsur digital masih sangat jarang digunakan oleh praktisi aktif (mungkin karena mengusung konsep kesederhanaan).

Seperti pada umumnya sebuah genre dan sebutan untuk musik dibuat, folk juga dipopulerkan sebagai istilah melalui media oleh seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas William pada tahun 1846. Beliau adalah orang pertama yang menggunakan istilah folk dalam media. Penggambarannya pun terlalu idealis (sempit), karena hanya menggambarkan adat dan tarian di tiap daerah. Dia menggunakan istilah folk song, folk music, folk dance, dan lain-lain. Namun, istilah ini kurang booming, karena memang penggambarannya sangat subjektif dan jauh dari tren industri saat itu.


Bob Dylan - Foto: www.thenewportbuzz.com

Tahun 1987 adalah puncak berjayanya musik folk secara global, karena di tahun tersebut Bob Dylan berhasil memenangkan “Grammy Award” kategori “Best Contemporary Folk Recording”. Momentum ini secara tidak langsung menjadikan istilah folk sebagai genre yang “diakui” secara industri dalam peta musik dunia.

Yang menarik adalah, secara tidak langsung musik Indonesia juga terpengaruh oleh folk dunia. Bahkan, (mungkin) tanpa disadari folk Indonesia terakulturasi dengan budaya, keadaan pergaulan, situasi politik, dan tata bahasa. Seperti kita lihat sekarang, penggolongan musik folk relatif lebih mudah dengan adanya media, misalnya melalui identitas band yang mencantumkan genre sebagai folk, atau dengan cara meniru musisi folk yang sedang naik daun dan membuat lirik yang “berat” (walau pun artinya hanya sebatas cinta anak remaja). Lalu, wajah folk atau folk Indonesia ini seperti apa?


Iwan Fals - Foto: DCDC

Salah satu yang berpengaruh adalah berpengaruh pada perkembangan musik folk adalah Bimbo, trio yang aktif di awal tahun ‘60-‘80an, dilanjutkan dengan musisi penerus di ruas genre yang sebenarnya sama, dilihat dari pengertian general folk, yaitu Iwan Fals dan Ebiet G. Ade yang berjaya di tahun ‘80an hingga sekarang. Dari sudut pandang pengotakan genre, pasti banyak sekali perdebatan mengenai folk, seperti apakah Iwan Fals folk? Karena, batasan folk itu sendiri tidak jelas. Musik yang dibuat Iwan Fals, contohnya. Lagu-lagunya memiliki karakteristik yang unik dan jarang dijumpai, sederhana, dengan pembuatan lirik yang apa adanya, merakyat, tidak berat, namun dalam.

Robertus Bagas

Bagas perdhana adalah penggiat aktif musik dari Bandar Lampung. Aktif bermusik sebagai instruktur musik, dan menjadi frontman dari beberapa band yang bergerilya secara independent sampai sekarang.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner