Musik di Sungai Sebayang

Musik di Sungai Sebayang

Mirisnya, warga setempat dirawat dengan tidak memiliki banyak uang agar suatu hari kekayaan alam yang mereka miliki secara hak resmi dapat ditukar dengan uang, di mana uang di sana bukan menjadi nilai tukar dan tidak banyak yang memilikinya menjadi sebuah kekayaan. Kalau sudah sampai di titik ini, apalagi yang kita lakukan kecuali menyalakan tanda bahaya? Menyalakan tanda bahaya, bahwa hukum benar-benar tidak bisa menyentuh yang di atas sana.

Perjalanan saya pada waktu itu benar-benar membuat saya menafsirkan lagu-lagu saya sendiri, Shankara dan Nyalakan Tanda Bahaya di album ke-5 itu menuntun saya pada pada perjalanannya sendiri. Pada situasi ini lah, saya katakan musik itu erat kaitannya dengan spiritual; perjalanan batin, seperti halnya yang sedang ingin dijelaskan oleh Hazrat Inayat Khan. Irama-irama dalam kedua lagu tersebut pulang ke asalnya. Saya tidak akan menulis panjang tentang hal-hal sufistik. Cerita saya di atas adalah sebuah bentuk penekanan saya terhadap dunia musik. Bahwa, musik lagi-lagi bukan dunia gemerlap dan huru-hara, bukan klinik, bukan genre, bukan gaya-gayaan protes, bukan seberapa picisan romansa dua orang.

Musik adalah cara semesta menyampaikan sesuatu melalui banyak bunyi, banyak nada, banyak musisi. Karena itu, untuk dapat hidup dalam dunia seperti ini seseorang dibutuhkan kerendahan hati untuk bertanya pada diri sendiri, apa itu musik dalam hidupnya? Jika tidak bersangkutan dengan sebuah “pesan”, maka musik akan memilih penciptanya yang lain. Sebuah band atau brand akan bubar-terbentuk seperti pada umumnya. 

Solois yang satu ini merupakan musisi dari kota Malang. Dengan lirik-lirik yang sarat makna, pola vokal yang berkarakter, dan petikan gitar yang unik, Iksan Skuter memberikan warna tersendiri untuk ranah musik independen tanah air.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner