Musik di Seputar Vagina

Musik di Seputar Vagina

“I'm tough, I’m ambitious, and I know exactly what I want. If that makes me a bitch, okay!” — Madonna

Feminisme adalah sebuah konsep yang umumnya belum dipahami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Ini merupakan sebuah gerakan yang tujuannya adalah merubah kedudukan serta peran kaum perempuan dalam struktur sosial. Tak hanya perempuan, feminisme juga memperjuangkan laki-laki dari segala bentuk dominasi, eksploitasi maupun represi, juga tentang memecahkan isu-isu kesetaraan berdasarkan jenis kelamin, kelas sosial, ras dan suku.

Konsep ini masih belum benar-benar diaplikasikan di Indonesia, alasannya adalah ada kecenderungan untuk takut mengadopsi gerakan ini dikarenakan lahir dan berkembang di daratan eropa. Ketakutan ini lebih dikarenakan adanya kesalahpahaman dalam pengertiannya. Secara politik, upaya mengaburkan gerakan feminisme sudah lama dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Padahal, embrio gerakan ini telah muncul dalam sejarah revolusi fisik melawan kolonialisme. Kita mengenal nama-nama tokoh perempuan yang mengangkat senjata, seperti Cut Nyak Meutia, Cuk Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, Emmy Saelan, dan lain-lain. Memang, saat itu kesadaran tentang kesetaraan gender belum menjadi sebuah konsep. Di era Kartini lah konsep ini baru tercetuskan.

Bagaimana halnya feminisme yang dihubungkan dengan dengan industri musik di Indonesia? Seperti yang telah lama terjadi, pada akhirnya perempuan dalam industri musik hanya menjadi objek ekploitasi atas nama kepentingan kapital. Dalam pandangan kritis Marxis-Sosialis, peran perempuan dalam skema perputaran kapital menganggap bahwa perempuan adalah bagian dari komoditi kapital. Setara dengan produk yang dikemas untuk kemudian "diperjualbelikan" sebagai bagian dari barang konsumsi. Konsumsi adalah salah satu hak dasar dan wujud dari kebebasan individu, namun ketika kebebasan individu itu dikontrol oleh kapitalisme, maka setiap bentuk kegiatan konsumsi pada ujungnya demi kepentingan kapital.

Ranah musik bawah tanah kota Bandung tidak akan pernah sama jika Addy Gembel tidak hadir di era '90an. Bersama grup musik ekstrim yang dinamai Forgotten, ia lantang menyuarakan hal-hal provokatif dan kontroversial, dengan dua jenis pilihan bahasa: frontal dan sangat frontal.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner