Musik dan Telinga Manusia

Musik dan Telinga Manusia

Jika musik harus memiliki definisi berupa kata-kata atau tulisan, maka niscaya akan berhentilah bebunyian itu. Bebunyian yang sebelumnya sudah ada, utuh dan hadir begitu saja. Bunyi tetap berperan sebagai substansi utama dari musik, seperti bayi yang terlahir, tanpa dipersiapkan nama sebelumnya pun dia tetap masih bisa terlahir. Amarah, kesedihan, tangis bahagia, apa itu? Tidak usah didefinisikan pun rasa tersebut mampu hadir begitu saja dalam hidup manusia, seperti halnya musik.

Telinga sebagai indera pendengaran, organ yang merespon bunyi dan menyampaikan ke otak lalu menyebarkannya ke seluruh tubuh, menghadirkan rasa serta hal lainnya, merupakan bagian tubuh manusia yang paling dibutuhkan jika kita berbicara soal musik, mendengarkan atau memainkan musik itu sendiri. Sama halnya seperti suara manusia, telinga adalah instrumen musik yang tidak dijual di toko alat musik manapun. Bisa saja kita memiliki perangkat alat musik yang harganya sangat mahal, namun tanpa telinga, semua itu akan percuma. Telinga manusia pun didesain tetap, begitu-begitu saja, tidak seperti desain telepon seluler atau undang-undang dasar sebuah negara yang setiap saat bisa berubah.

Untung Saja
Telinga manusia mampu mendengar frekuensi antara 20-20.000 Hz, walaupun kenyataannya manusia bisa menikmati bebunyian dengan jelas dan hidup di dalam bebunyian tersebut tidak berada pada seluruh rentang frekuensi tersebut, terlebih dalam mendengarkan musik. Walau, mungkin ada beberapa cenayang atau superhero yang kemampuan mendengarnya lebih dari itu, entahlah. Untunglah, manusia mempunyai rentang frekuensi tertentu yang mampu ditangkap oleh telinganya. Bayangkan jika manusia mampu mendengar semua frekuensi, mungkin kita akan kesulitan untuk tidur, karena semua bunyi bisa didengar.

Sama halnya dengan mata manusia. Ia memiliki kemampuan yang terbatas dalam melihat. Bisa dibayangkan jika mata manusia mampu melihat semua dimensi, termasuk frekuensi atau bebunyian yang lalu lalang di bumi ini. Lalu, bayangkan jika mata manusia mampu melihat pergerakan sinyal radio, televisi, jaringan internet yang begitu rumit, tentu rasanya kehidupan ini akan terasa begitu sempit. Namun, entahlah dengan seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat hantu, atau melihat dan meramalkan masa depan, mungkin ia pun bisa mendengar bebunyian dari hal tersebut. Mata dan telinga merupakan instrumen “multimedia” yang menempel dengan setia pada tubuh manusia, penuh jalinan kerjasama yang begitu solid. Coba saja lihat kilatan cahaya petir, sebagian orang akan langsung tutup telinga.

Robi Rusdiana

Tokoh ini sudah sangat akrab dengan dunia musik. Gitar, keyboard, hingga piano klasik sudah menjadi bagian dari kesehariannya sejak kecil. Ketertarikannya pada musik dilanjutkan pada pendidikan formal hingga meraih gelar Magister Seni di tahun 2013. Robi Rusdiana juga merupakan pendiri dari proyek musik Ensemble Tikoro.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner