Mondo dalam Alam Musik yang Lain

Mondo dalam Alam Musik yang Lain

Foto di atas didapatkan dari manajemen Mondo Gascaro dan tangkapan bagian dalam video klip "Blessphemy" milik DeadSquad.

Mondo Gascaro adalah seorang sosok musisi yang ultra produktif. Jangan dilihat dari karyanya sebagai solois atau dengan band lamanya, SORE. Sepak terjang dan karyanya dalam mengerjakan scoring film jauh lebih banyak. Ia adalah salah satu musisi yang saya kagumi. Ia semacam Fariz RM di abad 21 dengan karyanya yang mungkin akan sulit untuk lekang oleh zaman sampai beberapa dekade ke depan.

Mewawancarai Mondo Gascaro soal karir dia sebagai musisi solois, produser atau sebagai sosok di sebagai bagian dari SORE mungkin sudah menjadi hal kemarin sore. Oleh karena itu, saya mewawancarai Mondo Gascaro soal kiprah bapak tiga anak ini dalam dunia film dan musik, karena memang belum banyak yang membahas hal ini.

Daniel: "Sejak kapan lo mulai ngerjain scoring film, Do? Apa film pertama yang lo garap scoringnya?"

Mondo: "Gue pertama kali ngerjain scoring tahun 2005, untuk film "Berbagi Suami"-nya Nia Dinata. Waktu itu, gue ngerjain bareng Aghi Narrotama dan Bembi Gusti."

Daniel: "Dulu kan lo sering ngerjain film sama Bembi, masih jalan gak sampai sekarang? Atau lo udah ada partner baru?"

Mondo: "Sama Bembi udah lama nggak. Sekarang, gue lebih ke tim, sih. Dalam pengerjaan musik buat film kan lo gak mungkin cuma sendiri sebagai komposer. Lo perlu produser, asisten, engineercopyist, dan lain-lain."

Daniel: "Menurut lo, apa bedanya scoring dan soundtrack film?"

Mondo: "Nah, istilah soundtrack ini sering rancu. Intinya, dalam film bisa ada dua tipe atau fungsi musik.

Yang pertama, scoring: fungsinya buat penekanan emotional, atmospheric, dinamika narasi dalam adegan. Umumnya, musik ini instrumental, tidak bervokal dan berlirik. Genre-nya bisa macam-macam: orchestral, instrumen minimalis—misal piano doang, band, ensemble tradisional, electronik ataupun mix. Secara level, dinamikanya bisa samar-samar di bawah suara yang lain ataupun bisa dominan.

Kedua, lagu. Dalam film, biasa dimasukan lagu-lagu pilihan yang sudah jadi atau sudah pernah dirilis sebelumnya. Bisa juga, lagu-lagu ini dibuat khusus untuk film ini. Secara fungsi dan penggunaan, lagu dalam film hampir sama dengan scoring (penekanan emotional, dan lain-lain), tapi ada beberapa perbedaan. Misal, lagu biasa di insert dalam cut montage untuk adegan recap, flashback, dan lain-lain. Atau, penggunaan lagu erat dengan karakter atau background sosial tokoh dan cerita, misal lagu-lagu di film "Trainspotting". Secara psikologis, penonton juga mudah relate dengan penggunaan lagu dalam film, karena sebagian besar pasti udah pernah dengar lagu-lagu ini.

Ketiga, source music, atau musik yang dibunyikan langsung dari "dunia" film itu. Misal, lagu yang muncul dari radio, atau ada orang nyanyi, atau ngeband di film, dan lain-lain.

Istilah soundtrack biasanya cuma mengacu ke lagu-lagu dalam film. Tapi, sebenarnya apa yang disebut soundtrack itu semua elemen suara yang ada di film, seperti musik, special effect, dialog, ambience, dan lain-lain. Salah kaprah karena pada prakteknya banyak film-film yang merilis album soundtrack untuk keperluan promo, jadi cuma fokus di lagu-lagunya aja, bahkan lagu-lagu yang nggak ada di film bisa dimasukin ke album OST."

Daniel: "Apa bedanya proses kreatif antara ngerjain atau ngeproduce lagu buat band atau solo sama ngerjain buat soundtrack film? Kalau buat lo, lebih sulit mana?"

Mondo: "Dua-duanya ada tingkat kesulitan tersendiri, sih. Tujuan kreasinya memang beda. Kalau musik buat film, ya jelas musik menjadi salah satu faktor pendukung supaya pesan film ini sampai. Acuan atau batasannya lebih jelas, dari mulai script, gambar, dialog, dan juga arahan sutradara. Proses kolaborasinya juga berbeda, lebih lintas bidang, kan. Dari musik, akting, wardrobe, penulisan, dan lain-lain tujuannya untuk membuat film yang baik.

Kalau buat album sama band atau solo, acuannya lebih samar. Jadi, dari konsep, tujuan, teknis, kita yang tentuin sendiri. Dan tujuan akhirnya ya "musik" itu."

Vokalis dari band death metal Ibukota, DeadSquad.

Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.

alaiumrecords@gmail.com
www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner