Mondo dalam Alam Musik yang Lain

Mondo dalam Alam Musik yang Lain

Daniel: "Susah gak bagi waktu antara karir solo sama ngerjain scoringKan kayaknya lo cukup sibuk juga sama karir solo lo nih sekarang."

Mondo: "Susah-susah gampang, sih. Kalau lagi ada kerjaan film atau musikal dan project yang lumayan butuh fokus, ya panggungnya terpaksa gue pilih-pilih dulu."

Daniel: "Ide lo sering bentrok sama sutradara filmnya gak? Kalau di band kan biasanya ada ego antar personil dan menurut gue itu hal yang wajar dan bisa dicari solusinya."

Mondo: "Berbeda ide pernah juga. Tapi gini, menurut gue sutradara yang baik harus punya "ego" yang kuat, kalau nggak, dia nggak akan tahu film ini mau dibawa ke mana, walaupun prosesnya bisa sangat terbuka. Biar gimana pun, kaptennya sutradara, dia yg paling paham dengan visi filmnya. Jadi, biarpun ide bentrok, kalau sutradara bisa jelasin, itu bukan masalah, daripada doi BM (banyak mau) tapi gak decisive."

Daniel: "Udah berapa film yang lo garap scoringnya?"

Mondo: "Kurang lebih 22 atau 23 film, kalau gak salah."

Daniel: "Apa hal yang paling berkesan dan lo suka pas lo garap buat film?"

Mondo: "Setiap prosesnya menarik, sih. Misal, setelah gue bikin midi mock-upnya, terus itu dimainkan sama live instrument, itu selalu menyenangkan buat gue. Gimana musiknya bisa "kawin" sama adegan, itu buat gue magic, sih. Dan yang pasti, pas gue nonton hasil akhirnya di bioskop."

Daniel: "Yang paling lo gak suka dari garap scoring buat film apa? Hehehe..."

Mondo: "Nah itu, kalau dapat sutradara atau produser yang gak jelas mau bawa film ini ke mana. Biasanya, yang kayak gini BM, tapi gak jejek (tidak konsisten). Dan semua punya suara, dari mulai sutradara, para produser, executive producer, assistant producer, penulis. Bikin puyeng."

Daniel: "Katanya, untuk beberapa film, lo gak mau nyantumin nama lo di credit title ya? Kenapa tuh, Do? Hahaha.."

Mondo: "Hahaha, itu keputusan artistik. Jadi, waktu itu gue sama Dono (Firman) lagi ngerjain scoring film komedi gitu. Terus, kita ngerasa judul dan kontennya "ngga as" banget, hahaha. Tapi, sebenarnya ini praktek lumrah juga. Kayak ada sutradara yang punya puluhan nama pseudonym. Atau, ada juga kan penulis novel "serius" buat tulisan-tulisan yg lebih "syur", dia pake nama "alias".

Daniel: "Apa soundtrack film favorit luar dan lokal?"

Mondo: "Susah juga, nih kalau nyebutin satu. Kalau lokal, "Badai Pasti Berlalu", "Cinta Pertama" (Idris Sardi), Ambisi (Mus Mualim, dan lain-lain). Kalau luar, "Last Tango In Paris" (Gato Barbieri), "Taxi Driver" (Bernard Herrmann), "Yojimbo" (Masaru Satoh), "Hana-bi" (Joe Hisaishi)."

Daniel: "Soundtrack film Indo kan beberapa ada yang di remake, tuh kayak "3 Dara". Menurut lo, yang harus di remake OST film Indo apaan, Do?"

Mondo: "Sebenarnya, waktu kita remake "3 Dara", karena master asli soundtrack-nya gak ada yang proper. Jadi, waktu itu untuk kebutuhan promo restorasi film, dibikinlah remake soundtrack-nya, semacam tribute gitu. Kalau ada yang mau di-remake lagi, "Asrama Dara"nya Usmar Ismail kali, ya? Atau "Cinta Pertama". Kalau mau dibuat remake mesti lagu-lagu yang "cukup kuat" atau memorable, lah."

Daniel: "Bocoran dong. Lagi ada soundtrack atau scoring film yang lo garap sekarang, Do?" 

Mondo: "Gue tahun lalu baru selesai ngegarap scoring dan lagu-lagu buat film "Kucumbu Tubuh Indahku" karya mas Garin Nugroho. Album OSTnya udah directly oleh Ivy League Music dan Signature Music sejak Desember lalu. Filmnya juga udah keliling dunia ke festival-festival, Venice, Busan, Rotterdam, dan lain-lain. Nah, rencana tayang di Indonesia 18 April ini. Makanya, sekarang gue lagi promo single dan album OST film."

Vokalis dari band death metal Ibukota, DeadSquad.

Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.

alaiumrecords@gmail.com
www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner