Modern Life is (Not Really) Rubbish

Modern Life is (Not Really) Rubbish

Meratanya Kualitas Band-Band di Skena Indie Indonesia .

Words By : Daniel Mardhany

Saya tumbuh di era 90an, dimana informasi mengenai musik yang saya suka bisa terbilang terbatas, Zaman internet superlambat dan dapat dikatakan masih "eksklusif" untuk saat itu. Untuk mengulik suatu musik di era itu saya sangat mengandalkan format kaset. Saya teringat menghafal lirik / mengulik suatu lagu harus memencet tombol ffwd & rewind berulang kali di tape player hingga hafal dan tidak jarang biasanya berdampak kusutnya pita kaset =) .

Di era internet seperti saat ini kalo kita ingin menghafal/mengulik lagu cukup buka youtube/spotify  dan lain-lain, hampir semua lagu yang kita cari bisa kita dengarkan disana. Akses internet sangat membantu dalam memperluas cakrawala referensi musik. Kemajuan akses informasi khususnya internet sangat membantu dalam mengeksplorasi informasi musik hingga teknis bermusik dan rekaman. Tak heran bila sekarang kualitas band-band baru di Indonesia makin meningkat dan variatif  ,peningkatan kualitas ini tidak hanya berlaku di skena–skena kota besar saja. Media sosial melalui jaringan internet seperti facebook/twitter/instagram dan lainnya juga sangat membantu, dan mempermudah urusan promo band dan korespodensi.  Sekarang surat-menyurat konvensional di era 90-an lambat laun tergantikan dengan surat elektronik (email) yang mempermudah berkorespondensi .

Tidak seperti di tahun 90an sampai awal tahun 2000an band-band berkualitas sudah tidak lagi di dominasi oleh kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogja, Malang, Surabaya, & Bali. Banyak band–band berkualitas dari skena indie yang sedang berkembang pesat seperti di kota–kota seperti Palembang, Makasar, Cirebon, Kediri, Medan dan kota – kota yang di era 90an belum terlalu terekspos skena musiknya .

Sejak beberapa tahun terakhir saya makin takjub, dengan perkembangan skena indie khususnya HC /PUNK /Metal di luar kota – kota besar yang mendominasi di era 90an – awal 2000an. Rilisan – rilisan band “daerah” tidak kalah dengan rilisan band–band dari kota besar , malah di kota besar belum tentu ada band-band dengan formula musik yang sama dengan band–band dari “daerah” .

Kota seperti Palembang punya band seperti ((AUMAN)) dan Gerram, yang dimana musiknya punya karakter kuat dan tidak ada band dengan formula musik yang sama dengan mereka di kota–kota lain. Beberapa band  Palembang memiliki suatu karakter khas yang tidak bisa kita dapatkan dari band–band di kota lain.

Kota lainnya, adalah Solo yang mencengangkan saya dengan unit industrial metal “ Matius 3 ayat 2”. Disaat kota – kota lain minim band bergenre industrial dan unit black metal berkualitas seperi Djiwo yang unik mengakulturasikan unsur sejarah, spiritual dan sastra jawa yang dipadukan dengan formula musik black metal mereka . Disusul Cirebon punya unit black metal dengan  sound album dan materi yang berkualitas seperti Poison Nova yang albumnya dirilis label asal Jakarta Lawless Records dan juga “Toreh” yang memadukan industrial dan grunge. Band ini sedikit mengingatkan saya dengan dua album awal KOIL  . Lalu sebuah kota kecil di Jawa Timur, Kediri punya label indie “Resting Hell” yang produktif merilis band–band seperti, Slutguts Oath, Kontrasosial, Milisi Kecoa dan band–band lainya yang berasal dari luar Kediri, di samping itu label ini juga merilis band – band asal kotanya sendiri. Di Sumatra Utara tepatnya di Medan, beberapa tahun terakhir ini juga banyak menghasilkan band death metal dan grindcore berkualitas seperti Djin , Pargochy dan Muntah Kawat.

Kemajuan skena di “daerah” begitu juga dengan event-event musik indie berkualitas, dan berskala masif di luar pulau Jawa seperti Rock in Celebes, yang awalnya dihelat di Makassar dan tahun ini mulai diadakan juga di kota – kota lain di pulau Sulawesi seperti Kendari, Manado, layaknya acara “Soundwave” di Australia. Di Kalimantan ada event tahunan bergengsi Kukar Rockin Fest di kutai kartanegara. Impact dari event tersebut pasti menyulut anak muda dari daerah – daerah itu jadi lebih bergairah berkreasi dalam musik dan akan memunculkan band–band baru yang mungkin akan berpotensi besar .

Mungkin sebenarnya dulu, sudah ada band-band potensial dari luar kota-kota besar yang mendominasi skena indie Indonesia, tetapi belum terekspos karna terbatasnya akses komunikasi untuk promosi. Tapi sekarang dengan kemajuan teknologi dan akses internet semakin membuka mata dan telinga kita akan fenomena semakin banyaknya band-band berkualitas di bumi pertiwi.

Senang dan bangga rasanya menjadi bagian dari skena Indonesia yang semakin hari semakin berkembang, dan selalu ada perasaan takjub saat mendengarkan rilisan–rilisan baru dari band–band “daerah “ yang kualitas musik dan rekamannya tidak kalah dengan band–band kota besar .

Photos Credit :

gigsplay.com

www.restinghell.com

www.djarumcoklat.com

www.metal-archives.com

themetalrebel.com

www.todarknes6.com

www.metal-archives.com

aumanrimau.wordpress.com

siargerram.bandcamp.com

Vokalis dari band death metal Ibukota, Deadsquad.

Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.

alaiumrecords@gmail.com

www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner