Menyerahkan Diri dan

Menyerahkan Diri dan "Terjebak" dalam Harmonika

Saya mengenal dan mengawali ketertarikan saya pada dunia musik dari nyanyian. Sejak kecil, saya tertarik dengan dunia tarik suara yang diperkenalkan oleh kedua orangtua saya lewat karya-karya musisi tanah air dan musisi internasional, seperti Nia Daniati, Krisdayanti, Chrisye, Siti Nurhaliza, Mariah Carey, Whitney Houston, The Beatles, Christina Aguilera, Alicia Keys dan lain-lain.

Bertahun-tahun saya mengejar impian untuk menjadi penyanyi, mengikuti kontes atau lomba nyanyi juga ikut serta dalam konser musik. Saat saya menginjak usia 16 tahun, saya masih duduk di bangku SMA, dan saya memutuskan untuk menjadi penyanyi honorer yang saya lakukan untuk mengisi waktu luang disela-sela kesibukan sekolah seperti mengisi acara, event gathering dan wedding, juga menyanyi di kafe-kafe kota Bandung.

Jujur, saya sangat menikmati prosesnya. Banyak ilmu yang saya dapatkan, baik dari teman-teman sesama musisi, juga pengalaman bermusik yang semakin memantapkan jiwa saya dalam dunia musik. Bagi saya, pengalaman itu sangat berharga dalam membangun kepercayaan diri dan kekuatan mental sebagai penyanyi. Dalam prosesnya pun, tidak sekali dua kali saya beradu argumen dengan kedua orangtua saya demi memperjuangkan keinginan saya sebagai penyanyi profesional. Mungkin saat itu, mereka hanya ingin saya fokus sekolah. Saya mencoba untuk memberikan pengertian, karena hasrat dan obsesi saya dalam bermusik sangat lah besar.

Seiring berjalannya waktu, saya tetap berkomitmen terhadap keputusan yang saya ambil dalam dunia musik, dan saya berjanji terhadap orangtua bahwa musik tidak akan mengganggu kuliah saya. Saat itu, saya mengambil jurusan Psikologi di salah satu universitas swasta di kota Bandung. Setengah mati saya berusaha agar mendapat restu orangtua dalam bermusik, dan satu-satunya cara yaitu membagi pikiran, hasrat dan waktu agar balance. Saya akui, hal itu tidaklah mudah bagi saya. Terkadang, saya merasa tersiksa dengan keadaan tersebut. Tapi janji tetaplah janji, saya harus bertanggungjawab akan hal tersebut.


Saran N' Soul - Foto: Sarah N' Soul docs.

Tahun 2011 akhir, saya bergabung dengan grup duo Sarah N’ Soul bersama Nissan Fortz sebagai vokal dan gitar. Beruntung saya memiliki partner yang memiliki talenta luar biasa dan sangat mengerti kekurangan saya dalam bermusik. Kami mencoba merealisasikan karya demi karya dan mimpi berikutnya adalah membuat album.

Proses yang dilalui oleh Sarah N’ Soul sungguh luar biasa. Di situ lah saya menemukan kebebasan dalam berkarya. Suatu waktu, Sarah N’ Soul beruntung, karena saat itu saya diberi kesempatan untuk menyaksikan penampilan yang memukau dari permainan harmonikanya kang Hari Pochang, yang akrab dengan panggilan kang Pochang dalam sebuah event komunitas Ruang Putih dan Bandung Blues Society. Itu lah pertama kalinya saya diperkenalkan kepada suara yang nyaring namun indah rasanya, membuat saya takjub dan bertanya-tanya “alat musik apa yang sedang dimainkan itu?”. Saya belum pernah melihat secara langsung musisi yang memainkan alat musik tersebut, dan harus saya akui, saya jatuh cinta saat pertama kali mendengar keunikan suaranya.

Sarah Saputri

Sarah Saputri adalah seseorang yang memiliki ketertarikan pada dunia tarik suara dan alat musik harmonika. Kecintaannya pada dunia musik dituangkan dalam grup duo Sarah N' Soul.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner