Mengurai Kembali Pita-Pita Kaset

Mengurai Kembali Pita-Pita Kaset

Foto didapatkan dari artikel The Lost Art of Cassette Design: 1980s

Hari itu, saya berangkat naik bis dari Malang ke Surabaya. Bawa sekitar 30 kaset, yang isinya rekaman album-album metal. Di sana saya udah janjian ketemu kawan dari Bandung, dan mau barter sama kaset rekaman yang udah saya pesan sejak lama. Begitulah cara kami waktu itu agar tetap bisa mendengarkan musik [metal], sekaligus meng-update album-album langka yang tidak pernah didengar atau beredar di sini sebelumnya...”

Kalimat di atas pernah diuraikan oleh seorang sahabat saya, Ipul (Eks Santhet), sekian tahun lalu. Kawan yang dia maksud dalam obrolan di atas adalah Iwan D, dedengkot skena metal Bandung sekaligus pengelola label Extreme Souls Production (ESP). Mereka berdua memang sudah kenal dan bersahabat sejak lama. Sepertinya disatukan oleh selera kuping yang sama sehingga jadi makin akrab. Selanjutnya, mereka makin sering bertukar inforrmasi, saling barter kaset atau tape-trading satu sama lain.   

Mereka yang tumbuh di era '80 atau '90-an pasti mengenal kaset sebagai satu-satunya medium untuk mendengarkan musik. Ya, karena memang tidak ada pilihan lain. Sebab CD masih terlalu asing dan piringan hitam hanyalah tumpukan barang antik penuh debu yang tergeletak di gudang rumah kakek.

"Kaset memang sempat mengajarkan orang-orang untuk berbagi lagu dan musik dengan cara yang romantik..."

Ada sebuah zaman di mana anak-anak muda giat berburu berbagai rilisan album musik di toko kaset, di kotanya masing-masing. Sebut saja toko Aquarius di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Jogja. Duta Suara di daerah Sabang Jakarta. Kotamas dan Popeye di Yogya. Juga Kawan dan Yukawi di Malang. Serta masih banyak lagi toko-toko kaset yang tersebar di berbagai pertokoan dan area pusat kota masing-masing.

Mereka yang ulet, ingin dapat sesuatu yang langka, dan hanya punya dana pas-pasan, pasti doyan berburu kaset ke lapak-lapak loakan atau barang bekas di daerahnya. Beberapa kawan saya bahkan sudah khatam keliling kota besar sekedar untuk memburu kaset di lapak-lapak bekas Jatinegara, Taman Puring, Jalan Surabaya, Cihapit, Dewi Sartika, Dipati Ukur, Pasar Beringharjo, Gembong, pelataran Delta Plaza, Siswa, Sarinah, Talun, dan sejumlah spot terpencil lainnya.

Kawan saya yang lain lebih unik lagi, dia kurang suka berburu tapi cukup jago meramu. Dia menghabiskan uang jajannya sekadar untuk membeli setumpuk kaset kosong. Dia perekam kaset yang teliti dan ulung. Dia suka merekam/mengkopi kaset kawan-kawannya dengan medium double tape deck lawas yang ada di kamarnya.

Dia juga suka merekam lagu-lagu pilihan sendiri dan dijadikan kaset kompilasi yang eksklusif. Bahkan beberapa kali saya pergoki dia sedang asyik merekam lagu-lagu favorit yang diputarkan melalui stasiun radio swasta kala itu. Kadang komplit dengan selipan suara penyiarnya dan salam-salaman dalam sesi request lagu. Beberapa tahun kemudian, saya mulai tahu kalau yang kerap dia lakukan itu dinamakan home taping atau mixtape.

Kaset memang sempat mengajarkan orang-orang untuk berbagi lagu dan musik dengan cara yang romantik. Bicara soal mixtape dan romantikanya, kritikus musik Rob Sheffield pernah menuliskan banyak hal soal nostalgia sekeping kaset dan proses mixtape dalam bukunya yang keren berjudul Love Is A Mix Tape.

Memang, mixtape akan semakin berarti jika itu dibagikan spesial untuk orang-orang terdekat. Persis seperti yang pernah dikatakan oleh salah satu penggagas Cassette Store Day, DJ Jen Long, "Anyone who makes me a [cassette] mixtape will have a permanent place in my heart. I'm starting to re-consider my gifting process. Even if tapes remain a niche, the possibility of melting a lover’s heart with a homemade mixtape is stronger than ever.”

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner