Mengantisipasi Serangan Balik dari Lini yang Berdistorsi

Mengantisipasi Serangan Balik dari Lini yang Berdistorsi

Foto di atas merupakan dokumentasi Exhumation.

Rangkuman bakal album metal yang perlu diantisipasi pada tahun 2020. Mulai dari Carnivored, Death Vomit, Exhumation, Marka, hingga Mesin Tempur.

Mari kita awali dengan kabar historis dulu. Musik heavy metal baru saja mencapai usia 50 tahun. Itu merujuk pada dalil sahih yang paling dipercaya oleh banyak kalangan bahwa heavy metal lahir di bumi bersamaan dengan debut album Black Sabbath yang dirilis tanggal 13 Februari 1970. Sejak hari itu, riwayat musik rock tidak pernah sama lagi. 

Dari kota kelahiran heavy metal, Birmingham di Inggris, kita langsung lompat saja ke Indonesia pada hari ini. Tahun 2020 baru saja berjalan dan belum genap mencapai dua bulan. Ini masih awal tahun baru dan energi musik cadas di negeri ini masih saja terpacu kencang. Di mana-mana, dalam berbagai level, mesin heavy metal memang sulit untuk diredam, apalagi dimatikan. Nyaris mustahil.

Mau bukti?! Cek saja rilisan-rilisan yang baru beredar di pasar domestik. Saya sendiri masih rajin memutar CD Celestial Verses milik SSSLOTHHH, yang dirilis akhir tahun 2019 kemarin. Itu album bagus, sangat direkomendasikan bagi penyuka Eyehategod, Neurosis, atau Church of Misery. Kalau doyan irama metal yang agak old school silakan coba album Ilusi Soliteris milik Rottenblast atau Macabre Lullabies milik Noose, yang baru dirilis sebulan lalu. Lantas, demi pesta thrash metal yang hakiki, putar juga kompilasi Primal Decay dari Grimloc Records.

Memang di era disrupsi digital sekali pun, band-band metal masih terus menjaga roda industri dan budayanya sendiri dengan merilis rekaman fisik. Itu yang mereka lakoni bersama dengan habitatnya yang khas dan penggemarnya yang loyal. Kalau mau jujur, itu juga salah satu faktor yang membedakan scene metal dengan genre musik lainnya.

Beruntung kita memiliki beberapa label rekaman yang punya dedikasi tinggi dan rela “menjual jiwanya pada iblis” – seperti Blackandje, Lawless, Disaster, ESP, Resting Hell, Hitam Kelam, Disembowel, dan masih banyak lagi. Semoga bisnis mereka selalu lancar dan baik-baik saja.

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner