Mengais Gairah pada Setiap Rak Toko Rekaman

Mengais Gairah pada Setiap Rak Toko Rekaman


Foto di RSD Indonesia 2019 | Sumber: Facebook RSDIndonesia

Setelah mengalami momen RSD beberapa tahun ini, saya masih mengamini opini dari seorang kawan: “Sering-sering datang ke toko rekaman independen di kotamu, atau lapak-lapak yang ada. Lalu beli rilisan band lokal yang disukai. Biar ekosistem ini tetap hidup dan bergerak. Sesimpel itu aja sih sebenarnya semangat RSD itu...”

Saya mengambil intisari dari kalimat kawan saya tadi, digabung dengan segala asa dan kritik soal RSD dari beberapa kepala. Sepertinya benar, perayaan RSD di setiap daerah (kota maupun negara) itu pasti berbeda dan kadang agak sulit untuk dibandingkan. Namun, menjaga atmosfir dan kesakralan RSD sebagaimana harapannya di awal adalah hal penting yang lain. Demi keberlangsungan ekosistem musik yang lebih sehat dan berkesinambungan.

Mengingat kabar tutupnya beberapa toko rekaman kecil, saya makin sadar kembali bahwa RSD itu bukan semata-mata soal transaksi jual-beli atau seberapa “rare” album eksklusif yang dirilis pada hari itu. Juga bukan sekedar kalender event tahunan yang kudu dirayakan bak “festival dagang” yang berorientasi profit atau berkemas entertainment belaka. Toh merayakan RSD tidak selalu sama seperti bikin records fair pada umumnya – yang bisa dilakukan kapanpun, dalam kemasan apapun.

Sebab, yang paling menyenangkan adalah mengalami momen RSD sebagai sebuah peristiwa budaya yang, mau tidak mau, musti tetap melibatkan gairah sekaligus kesadaran tinggi. Plus sedikit bumbu sentimentil dan nostalgia, serta upaya untuk mencintai musik dalam medium terbaiknya.

Meski kodrat resminya RSD tahun ini jatuh pada tanggal 13 April 2019. Tapi toh setiap kota merayakannya di tanggal yang berbeda-beda. Mungkin menyesuaikan dengan kondisi, kesempatan dan peluang yang ada. Tidak masalah, selama semangatnya masih sama. Malah positifnya, lapak-lapak yang nekat justru bisa “tur” ikut momen RSD di kota sebelah. Kawan-kawan di Salatiga, Bali dan Semarang malah baru mau bikin RSD-nya dalam waktu dekat nanti.

Lantas, selepas RSD mau apa lagi?! Begini, kita masih punya banyak sisa hari untuk berkunjung ke toko rekaman atau lapak musik terdekat. Jadi jangan ragu untuk melangkahkan kaki ke Blok M Square, Pasar Santa, Jalan Surabaya, Jatinegara, Grieve, Lawless, Cihapit, DU68, Eternal, Omuniuum, KeepKeep, Luwes YK, Belukar, Cempaka, dan berbagai toko rekaman lainnya. Rasanya beda kok dibandingkan dengan memelototi tagar #jajanrock atau beli secara online.

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner